Barkah melihat penghuni kos itu menjebol terali besi di lantai tiga, kemudian melompat ke atap sebuah warung tegal (warteg).
"Itu dia jebol terali sendiri. Karena ada kayak bukaan akses jendela, ukuran 40x40 sentimeter. Yang selamat itu badannya kurus jadi muat melewati bukaan kecil itu, lalu loncat dan jatuh langsung ke atap warteg," tutur Barkah.
Meski demikian, Barkah melihat korban yang terjebak dan tewas di lokasi. Itu terjadi usai dirinya menyelamatkan dua penghuni kos. Barkah bersama rekan-rekannya kemudian melanjutkan proses pemadaman.
"Informasi dari orang warteg, ada dua orang kosan yang terjebak. Beruntung, dua orang itu berhasil diselamatkan oleh tim penyelamat. Korban yang selamat menyatakan bahwa tidak ada orang lagi di dalam. Jadinya, petugas fokus pemadaman," kata Barkah.
Namun, Barkah terkaget saat tim mulai masuk ke lantai tiga gedung itu. Sesosok jasad terlihat berada di dekat tangga yang ia lewati.
"Saat kami melakukan penyemprotan di dalam, ditemukanlah korban. Jenazah berada di sisi sebelah kanan dekat tangga lantai tiga. Saat itu, situasi hampir menguning, artinya kondisi api mulai mereda," ungkap Barkah.
Petugas terus menyisir seluruh lantai tiga. Hati Barkah semakin teriris saat melihat terdapat empat jenazah lainnya dalam keadaan terpanggang.
"Lalu kami sisir ke depan sampai ke teralis (jendela) berjarak sekitar 10 meter. Ternyata di situ banyak korban, ada yang tertimpa teralis bekas gypsum, ada yang paling pojok dekat teralis," kenang Barkah dengan pahit.
Saat melangkahkan kakinya di tengah pekat asap, kata Barkah, petugas menemukan seorang korban lainnya yang gagal menyelamatkan diri.
"Awalnya, hampir setengah jam, kami meyakini hanya menemukan lima jenazah. Saat itu lantai empat belum bisa kami kuasai lantaran sumber air yang terbatas," kata Barkah.
"Ketika api berhasil dikuasai, tim merangsek masuk ke lantai empat yang masih menyala. Ternyata di lantai empat ditemukan korban lainnya. Sehingga totalnya enam orang (korban tewas)," tutur dia.
Sejarah terali besi di Tambora
Camat Tambora Bambang Sutarna menuturkan, rata-rata rumah di wilayahnya dipasangi terali besi.
Sebagian rumah warga yang dipasangi terali besi dan menutupi seluruh bangunan, biasanya rumah model lama.
"Kapan dipasangnya kami tidak tahu, tapi sejak puluhan tahun lalu. Rata-rata bangunan yang dipasang teralis itu yang bangunan lama. Mereka ini memasang teralis di semua sisi, ditutup. Pintunya, terasnya, semua ditutup bahkan lantai atas, atap atas," kata Bambang, Kamis (18/8/2022).