Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Puluhan PKL Kota Tua Jakarta Tolak Direlokasi, Ingin Jualan di Tempat Ramai

Kompas.com - 28/09/2022, 18:12 WIB
Mita Amalia Hapsari,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Kota Tua disebut masih menolak rencana relokasi ke lokasi binaan.

Kepala Suku Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi Usaha Kecil Menengah (Sudin PPUKM) Jakarta Barat Iqbal Idham menyebutkan, terdapat puluhan pedagang yang berunjuk rasa di Balai Kota DKI Jakarta untuk menolak relokasi.

"Jumat kemarin, ada sekitar 30 sampai 50 pedagang demo ke Balai Kota," sebut Iqbal Idham saat dihubungi, Rabu (28/9/2022).

Dalam aksi tersebut, Iqbal berujar, para pedagang menuntut tiga hal terkait relokasi PKL di kawasan Kota Tua.

"Tuntutan mereka adalah agar tetap bisa berjualan. Klasifikasinya ada tiga, pertama, mereka menolak relokasi ke lokasi binaan maupun Gedung Kemenkeu. Kedua, mereka ingin ditempatkan di tempat yang layak dan ramai. Ketiga, mereka minta berjualan di Jalan Kali Besar Barat," ujar Iqbal.

Baca juga: Rencana Relokasi PKL di Kota Tua Masih Menuai Penolakan

Menengok ke belakang, Iqbal menuturkan bahwa relokasi PKL ke Lokbin Kota Intan yang berjarak 400 meter dari Kota Tua pernah dilakukan pada 2018.

Namun, saat itu, pedagang memutuskan untuk kembali ke jalanan lantaran merasa penjualannya sepi.

"2018 mereka semua masuk ke lokbin, tapi mereka keluar lagi dengan alasan pengunjungnya sepi. Berangkat dari pengalaman, mereka berasumsi bahwa Kota Intan tidak mungkin ramai. Begitu juga Gedung Kemenkeu," jelas Iqbal.

Menyikapi protes pedagang, Iqbal menyebutkan, saat ini pemerintah telah menciptakan strategi untuk meramaikan Lokbin Kota Intan.

Baca juga: Curhat Pedagang Cendera Mata di Kota Tua, Banjir Rezeki Saat Ada Rombongan Bus Pariwisata

Salah satunya dengan menjadikan Lokbin Kota Intan sebagai pintu masuk wisatawan Kota Tua.

"Tahun ini kami berupaya secara sistematis agar Lokbin Kota Intan menjadi pintu masuk kawasan Kotu. Pertama, rekayasa lalu lintas yang mendukung agar arus kendaraan pengunjung melewati Kota Intan," sebut Iqbal.

"Kedua, lokbin juga telah menjadi kantong parkir. Jadinya, pengunjung harusnya parkir di Kota Intan, barulah mereka berjalan masuk ke Kota Tua," imbuh dia.

Iqbal menyebutkan, pihaknya masih terus berdiskusi bersama para PKL, khususnya pedagang yang masih menolak direlokasi.

Baca juga: Wagub DKI Pastikan PKL yang Masih Jualan di Kota Tua Akan Ditertibkan

Ia berharap segera ada titik terang antara kedua belah pihak.

"Pemerintah inginnya secepatnya terselesaikan, kami ambil pola diskusi yang diharapkan dapat menimbulkan kesadaran bersama antara masyarakat dan juga PKL. Ini untuk memajukan Kota Tua bersama. Kami berdiskusi bukan cma 2-3 kali, tapi bisa 10 kali," ungkap Iqbal.

"Namanya diskusi, ada tarik ulur, tidak satu pihak memaksa kehendak, kami dengarkan kemauan mereka," pungkas dia.

Di sisi lain, Iqbal mengatakan, respons positif juga didapatkan dari sejumlah pedagang. Setidaknya, sudah ada lebih dari 400 PKL yang bersedia direlokasi ke Lokbin Kota Intan.

"Di Kota Intan sudah ada 415 pedagang yang mendaftar, tapi yang aktif berjualan belum segitu," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com