Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disebut Kembali Fasilitasi Prostitusi, Begini Wajah Kalijodo Sebelum Berubah Jadi Ruang Publik Ramah Anak...

Kompas.com - 04/10/2022, 06:46 WIB
Ivany Atina Arbi

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Waktu menunjukkan pukul 02.00, tetapi semua tempat hiburan malam di kawasan Kalijodo masih ramai oleh suara musik dan pengunjung.

Perempuan berpakaian terbuka dan laki-laki yang menjadi tamu bercengkerama di sebuah tempat hiburan. Disjoki memainkan musik. Lampu warna-warni ”menari” di antara pengunjung.

Deskripsi di atas menggambarkan situasi di kawasan prostitusi Kalijodo yang dipotret oleh harian Kompas pada medio Februari 2016.

Catatan tersebut dibuat beberapa pekan sebelum rezim Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kala itu membongkar kawasan yang sudah puluhan tahun identik sebagai pusat prostitusi di DKI Jakarta tersebut.

Baca juga: Memastikan Prostitusi di Kalijodo Tidak Hidup Kembali...

Penertiban

Penertiban salah satu "distrik lampu merah" yang terhampar di perbatasan Jakarta Utara di Kecamatan Penjaringan dan Jakarta Barat di Kecamatan Tambora ini bisa dikatakan terjadi secara tiba-tiba.

Semua dipicu oleh kecelakaan lalu lintas yang melibatkan mobil Toyota Fortuner berisikan satu sopir dan delapan penumpang dengan sepeda motor Yamaha Mio yang dinaiki oleh pasangan suami-istri di Jalan Daan Mogot Kilometer 15, Jakarta Barat.

Pengemudi dan penumpang sepeda motor tewas seketika di lokasi tabrakan. Setelah menabrak sepeda motor, mobil oleng dan menabrak tiang listrik. Dua di antara sembilan penumpang di dalam mobil Fortuner hitam itu juga tewas.

Belakangan diketahui, 9 orang yang menumpang Fortuner maut itu baru saja bersenang-senang di Kalijodo. Berdasarkan pengakuan pengemudi mobil itu kepada polisi, ia diketahui meminum beberapa gelas bir putih sebelum kejadian.

Menanggapi peristiwa itu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama memerintahkan lurah dan camat untuk segera menertibkan tempat hiburan di kawasan Kalijodo. Menurut Basuki, kawasan Kalijodo tidak memiliki manfaat dan malah sering disalahgunakan untuk tempat prostitusi dan minum minuman keras.

Baca juga: Kasatpol PP Jakut Pastikan Tak Ada Aktivitas Prostitusi di Kawasan Kalijodo

Sejarah Kalijodo

Dikutip dari harian Kompas, dulunya pangkalan pekerja seks komersial (PSK) ada di sekitar Jembatan Dua, di Jalan Tubagus Angke, yang sekarang jadi pasar.

”Kala itu, permukaan tanah di Jembatan Dua lebih rendah daripada permukaan tanah di Kalijodo. Kalijodo masih berupa bukit kecil,” ujar Reginal alias Ceceng, warga yang telah bermukim di kawasan Kalijodo sejak 1950-an.

Hidung belang memilih para PSK di Jembatan Dua, lalu membawa PSK pilihannya “ke atas” atau ke kawasan Kalijodo, di mana terdapat deretan rumah bordil. Satu yang paling terkenal adalah rumah bordil milik Tjong Wie Pien

Di antara beberapa rumah bordil di Kalijodo, rumah Tjong Wie dianggap paling mentereng. ”Cuma dia yang penerangan rumahnya sudah memakai diesel. Suhian suhian lain masih memakai lampu petromaks (lampu pompa berbahan bakar minyak tanah). Sebagian kecil suhian pakai lampu tempel,” tutur Ceceng.

Setelah Tjong Wie dan orang-orang Tionghoa pemilik rumah bordil lainnya mundur, orang-orang Banten, Mandar, dan Bugis yang tinggal di sekitar Luar Batang, Muara Angke, Jakarta Utara, mengambil alih.

Tradisi centeng, mandor, dan kekerasan baru muncul awal tahun 1980-an, yaitu ketika muncul nama Asman asal Mandar, Sulawesi Selatan, menguasai bisnis prostitusi dan judi di Kalijodo.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Megapolitan
Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Megapolitan
Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Megapolitan
Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Megapolitan
Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Megapolitan
Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Megapolitan
Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Megapolitan
Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Megapolitan
Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Megapolitan
Polisi Masih Buru Pemasok Narkoba ke Rio Reifan

Polisi Masih Buru Pemasok Narkoba ke Rio Reifan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com