Dalam perjalanannya, seperti dikisahkan dalam buku Jaya: 50 Years and Beyond (2012), Ciputra mengalami perjalanan yang sulit saat membangun Pasar Senen.
Baca juga: Sejarah Pasar Senen, Bekas Tempat Tuan Tanah Belanda hingga PKL Era Ali Sadikin
Ciputra harus memindahkan pedagang, mendata penghuni, dan memindahkan warga yang bermukim di sana.
Bahkan, seorang yang mengaku tentara menolak pindah dari tanah kediamannya. Orang itu mendatangi Ciputra dan meletakkan pistol di meja kantornya.
Selain itu, saat membebaskan tanah untuk proyek Senen, Ciputra juga dihalang-halangi seorang makelar.
Makelar itu memengaruhi orang-orang agar tidak membebaskan tanah di sana.
Makelar lalu dipanggil ke Balai Kota oleh Gubernur DKI Jakarta yang kala itu dijabat oleh Ali Sadikin, kemudian ditempeleng.
Terapi kejut yang diberikan Ali Sadikin ternyata manjur dan tak ada lagi yang menghalangi Ciputra membangun Senen.
Tahun 1974, untuk pertama kali, Pasar Senen terbakar karena terjadi kerusuhan Malapetaka Lima Belas Januari (Malari).
Kemudian, pada 23 November 1996, Pasar Senen Blok IV dan V kembali terbakar. Tahun 2003, terjadi kebakaran di Blok IV dan V. Kemudian tahun 2010 juga terjadi kebakaran.
Tahun 2014, Blok III terbakar. Tahun 2016, kebakaran di Pusat Grosir Senen Jaya. Terakhir, pada 2017, Blok I dan II terbakar.
Karena lokasinya yang sangat strategis, Pasar Senen Blok I dan II yang terbakar direvitalisasi dengan konsep kawasan berorientasi transit (transit oriented development/ TOD).
Konsep TOD itu dirancang untuk memperbaiki moda transportasi yang ada sekaligus menata pedagang kaki lima. Dengan konsep itu, Senen diharapkan menjadi poros perdagangan yang hidup.
Baca juga: Revitalisasi Pasar Senen Dimulai
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, adopsi konsep kawasan berorientasi transit dalam revitalisasi Pasar Senen telah menggeser arah pembangunan di Jakarta yang sebelumnya berorientasi kendaraan pribadi (car oriented development).
Kawasan Senen diproyeksikan memiliki koneksi intermoda paling lengkap, mulai dari terminal bus, stasiun KRL Commuterline, hingga LRT Jakarta.
Konektivitas kawasan tersebut akan terhubung dengan baik untuk memudahkan pergantian moda transportasi.
"Oleh karena itu, saya berharap lokasi ini kelak menjadi multifungsi serta bisa menjadi salah satu ikon sentra perdagangan di Jakarta," ujar Anies.
(Harian Kompas : Dian Dewi Purnamasari/Kompas.com : Ihsanuddin)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.