Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/10/2022, 05:43 WIB
Ellyvon Pranita,
Irfan Maullana

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengaku senang karena saat ini sudah ada obat penawar untuk penyakit gagal ginjal akut (acute kidney injury/AKI) pada anak.

Widyastuti mengatakan, pihaknya berterima kasih kepada Kementerian Kesehatan yang sudah bertindak cepat menyediakan obat penawar untuk mempercepat penanganan kasus ini.

“Kami juga beri apresiasi terhadap langkah cepat Kemenkes yang dapatkan antidotum atau zat penawarnya, obat penawarnya, sehingga kasus bisa ditangani dengan baik,” kata Widyastuti dalam webinar, Selasa (25/10/2022).

Baca juga: Kemenkes: Setelah Diberi Fomepizole, 10 dari 11 Pasien Gangguan Ginjal Akut di RSCM Membaik

Untuk diketahui, obat penawar yang dimaksud adalah antidotum fomepizole.

Kemenkes memutuskan menggunakan obat penawar ini setelah melakukan tes toksikologi pada sejumlah pasien gagal ginjal akut yang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Tes toksikologi dilakukan berlandasarkan dugaan pemicu penyakit gagal ginjal akut tersebut adalah keracunan kandungan senyawa kimia etilen glikol (EG) yang ditemukan sebagai campuran obat sirup.

EG akan berbahaya jika berada di atas ambang batas aman secara medis.

Baca juga: Menkes Sebut Fomepizole Miliki Efikasi Tertinggi untuk Kesembuhan Gangguan Ginjal Akut

Adapun antidotum fomepizole akan dipesan sekitar 200 vial dari luar negeri setelah rumah sakit rujukan RCSM melihat adanya perbaikan dari pasien setelah diberi obat itu.

Sejauh ini didapatkan bahwa pasien yang diberikan obat penawar itu mulai bisa buang air kecil.

Padahal, salah satu gejala yang banyak ditemukan pada pasien gagal ginjal akut misterius anak yakni jumlah air seni yang semakin sedikit, bahkan tidak bisa buang air kecil sama sekali.

“Pesan saya ke teman-teman di RS, mohon untuk info ini diteruskan di tim masing-masing, sehingga mitigasi untuk melakukan identifikasi deteksi dini kasus tersebut di tempat kerja masing-masing bisa segera ditangani,” jelas Widyastuti.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Dishub DKI Targetkan 70 ETLE Tambahan Selesai Dipasang 31 Desember

Dishub DKI Targetkan 70 ETLE Tambahan Selesai Dipasang 31 Desember

Megapolitan
Pembunuhan 4 Bocah di Jagakarsa dan Ancaman Serius 'Suicide Epidemic'

Pembunuhan 4 Bocah di Jagakarsa dan Ancaman Serius "Suicide Epidemic"

Megapolitan
Emak-emak Pakai Toga bak Wisudawan di Cempaka Putih, Rayakan Kelulusan 'Sekolah Lansia'

Emak-emak Pakai Toga bak Wisudawan di Cempaka Putih, Rayakan Kelulusan "Sekolah Lansia"

Megapolitan
Polisi Duga Jenazah 4 Anak di Jagakarsa Sudah Tewas Lebih dari 3 hari

Polisi Duga Jenazah 4 Anak di Jagakarsa Sudah Tewas Lebih dari 3 hari

Megapolitan
Siswa SD yang Kakinya Diamputasi karena Kanker Tulang Sempat Sedot Cairan Paru-Paru

Siswa SD yang Kakinya Diamputasi karena Kanker Tulang Sempat Sedot Cairan Paru-Paru

Megapolitan
Lapas Kelas II A Tangerang Bentuk Tim Khusus Buru Tahanan Kasus Penganiayaan yang Kabur

Lapas Kelas II A Tangerang Bentuk Tim Khusus Buru Tahanan Kasus Penganiayaan yang Kabur

Megapolitan
Polisi Akan Periksa Kondisi Kejiwaan Ayah Terduga Pelaku Pembunuhan 4 Anak di Jagakarsa

Polisi Akan Periksa Kondisi Kejiwaan Ayah Terduga Pelaku Pembunuhan 4 Anak di Jagakarsa

Megapolitan
Pedagang Keluhkan Kualitas Cabai Terkadang Jelek, padahal Harga Naik Jadi Rp 100.000 Per Kg

Pedagang Keluhkan Kualitas Cabai Terkadang Jelek, padahal Harga Naik Jadi Rp 100.000 Per Kg

Megapolitan
Ayah di Jagakarsa Diduga Lakukan Pembunuhan Berencana pada 4 Anaknya, Pakar: Harus Dihukum Mati

Ayah di Jagakarsa Diduga Lakukan Pembunuhan Berencana pada 4 Anaknya, Pakar: Harus Dihukum Mati

Megapolitan
Yenny Wahid Selipkan Pesan Pilih Ganjar-Mahfud Saat Hadiri Hadiri Istigasah di Depok

Yenny Wahid Selipkan Pesan Pilih Ganjar-Mahfud Saat Hadiri Hadiri Istigasah di Depok

Megapolitan
Tahanan yang Kabur dari Lapas Kelas II A Tangerang Baru Dititipkan Kurang dari Sebulan

Tahanan yang Kabur dari Lapas Kelas II A Tangerang Baru Dititipkan Kurang dari Sebulan

Megapolitan
Kasus Ayah Diduga Bunuh 4 Anak Kandung di Jagakarsa Naik ke Penyidikan

Kasus Ayah Diduga Bunuh 4 Anak Kandung di Jagakarsa Naik ke Penyidikan

Megapolitan
Masih Uji Coba, Bus Transjakarta Rute Bandara Soekarno-Hatta Tetap Gratis sampai 2024

Masih Uji Coba, Bus Transjakarta Rute Bandara Soekarno-Hatta Tetap Gratis sampai 2024

Megapolitan
Tolak RUU DKJ soal Gubernur Jakarta Ditunjuk Presiden, Ketua DPP PKS: Mengebiri Hak Demokrasi Warga Jakarta

Tolak RUU DKJ soal Gubernur Jakarta Ditunjuk Presiden, Ketua DPP PKS: Mengebiri Hak Demokrasi Warga Jakarta

Megapolitan
Sosiolog: Faktor Ekonomi Diduga Jadi Pemicu Pembunuhan 4 Bocah di Jagakarsa

Sosiolog: Faktor Ekonomi Diduga Jadi Pemicu Pembunuhan 4 Bocah di Jagakarsa

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com