Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Hidup di Jakarta Saat Hujan dan Banjir seperti Neraka..."

Kompas.com - 27/10/2022, 12:14 WIB
Ellyvon Pranita,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hujan di Jakarta bukanlah sesuatu yang melulu syahdu bagi kebanyakan warganya. Namun, kadang justru menjauhkan banyak orang dari hal-hal yang bersifat puitis, apalagi situasi merelaksasi diri.

Sebaliknya, hujan justru seringkali memunculkan perasaan stres, bahkan depresi.

Inilah yang dirasakan para pekerja Ibu Kota ketika hujan deras melanda.

Wilga (27) salah satunya, seorang aparatur sipil negara (ASN) sebuah instansi pemerintahan di Jakarta.

Baca juga: Pekerja Ibu Kota Dukung Heru Budi: Bagus Banget kalau WFH Saat Banjir

Kata dia, perasaan campur aduk yang membuat tidak nyaman muncul ketika hujan tiba.

"Merasakan seperti tinggal di neraka kalau pas hujan dan banjir (di Jakarta)," ujar Wilga kepada Kompas.com, Rabu (26/10/2022).

Betul, hujan deras memang seringkali menimbulkan banjir dan genangan di sejumlah ruas Ibu Kota.

Bila banjir terjadi, arus lalu lintas otomatis terkunci. Macet luar biasa tidak terhindarkan, membuat kesal para pekerja.

Baca juga: Heru Budi Minta Jajarannya Terapkan WFH jika Jakarta Banjir

"Kalau banjir dan macet, bergerak pun enggak bisa," keluh Wilga.

Wilga yang merupakan seorang rantauan membandingkan perasaannya saat hujan di Jakarta dengan suasana ketika hujan di daerah asalnya di sebuah kabupaten di Sumatera Selatan.

Ia dahulu tidak begitu membenci hujan dan tidak begitu takut dengan banjir, karena dirinya hanya melihat peristiwa ini melalui media sosial atau berita di televisi.

Namun, setelah bekerja di Jakarta, dia baru merasakan secara nyata bagaimana rasanya jadi korban banjir.

Baca juga: Jalan TB Simatupang Macet, Pengendara Motor Istirahat di Akses Masuk Tol JORR

Sama seperti Wilga, Janero (26) seorang pegawai swasta yang bekerja di Jakarta Timur juga merasakan perasaan yang tidak jauh berbeda.

"Khawatir banget ya, apalagi kalau (hujan) disertai angin kencang pas di jalan. Banyak kejadian tiang listrik roboh atau pohon yang nimpuk (menimpa) pengendara atau malah bikin jalanan tambah macet," ujar Janero saat dihubungi terpisah.

Menurut pengamatannya, tidak membutuhkan waktu lama bagi hujan di Jakarta untuk berubah menjadi banjir dan genangan di mana-mana. Apalagi, banjir dan genangan itu lama surutnya.

Sementara, bila banjir itu terjadi pada jam-jam kerja, para pekerja dan masyarakat akan sangat terganggu.

Baca juga: Bukan Instruksi, Heru Budi Hanya Imbau Swasta Terapkan WFH Saat Jakarta Banjir

Mereka bisa datang terlambat ke kantor, atau ketika pulang mereka bisa sangat kelelahan, gelisah, khawatir baik saat menyetir kendaraan sendiri maupun menunggu di sarana transportasi umum sekalipun.

"Kalau untuk sekelas kota Jakarta, kayaknya enggak memungkinkan untuk tidak banjir. Jadi paling tidak pengendalian air atau bisa diusahakan penyurutan air bisa cepat," harap Janero.

Perasaan seperti di neraka saat hujan dan banjir melanda Jakarta ini juga dirasakan oleh seorang pekerja swasta lainnya yaitu Theresia atau yang akrab disapa Rere (30).

Rere merupakan warga Kampung Makasar, Jakarta Timur yang bekerja di Kawasan Sudirman Central Business District (SCBD), Jakarta Selatan.

Rere merasakan perasaan ibarat di neraka saat hujan dan banjir di Jakarta karena dirinya harus menghabiskan waktu berjam-jam untuk bisa sampai ke tujuan.

Bahkan, ia pernah menghabiskan waktu di perjalanan pulang dari kerja hampir tiga jam karena macet dan banjir.

"Iya kalo weekdays (hari-hari kerja) dan hujan emang double trouble banget tuh, aku sampe tiga jam di jalan padahal kalau enggak macet, paling Taman Mini ke SCBD cuma satu jam sudah plus macet wajar ya," ujar Rere.

"Suasana banjir dan macet membuat para pekerja semakin mencekam," tambah dia.

Rere merupakan pekerja yang sehari-harinya memang masih mengandalkan transportasi umum untuk akses ke tempat tujuannya, termasuk ke kantornya.

Selama ini, ia sudah merasakan penat dan lelah sekali harus berlomba-lomba dengan para pekerja lainnya yang mengandalkan transportasi umum seperti Transjakarta.

Kalau hujan dan banjir terjadi, maka rasa penat dan lelah itu bisa berlipat-lipat.

Sebab, mereka harus menunggu jam kedatangan bus yang lama, petugas di setiap shelter yang kurang untuk mengatur traffic, armada yang sedikit, akan ditambah situasi yang sesak penuh pas hujan.

"Penuh dan lama banget busnya," ujarnya.

Ketika situasi banjir ditambah macet itu terjadi saat pergi bekerja, maka dirinya pasrah untuk hal-hal yang mengganggu perasaannya hari itu.

Jelas kemacetan saat banjir akan membuat dia tidak sampai tepat waktu ke kantor. Pakaian yang dikenakan juga bisa kotor karena percikan tanah di jalanan yang basah.

Keterlambatannya tiba di kantor juga bisa membuat pekerjaannya menumpuk di atas meja, sehingga kondisi itu tidak produktif baginya.

Lantas, jika situasi hujan dan banjir ditambah dengan kemacetan jalanan di Jakarta ini dialami Rere saat waktunya pulang ke rumah.

Itu juga tidak mengurangi perasaan mencekam dalam hati Rere. Sebab, perjalanan pulang ke rumah yang lama akan membuatnya lama pula untuk segera beristirahat.

Terlebih lagi, saat dirinya masih punya pekerjaan kantor yang harus dikerjakan di rumah. Maka perjalanan pulang itu akan menyisakan lelah pikiran, lelah fisik dan akhirnya beberapa pekerjaan bisa jadi terbengkalai.

"Iya sedih, lemes aja gitu, karena pasti akan berjam-jam di jalan (kalau banjir dan macet Jakarta)," ucap dia.

Hal terburuk yang bisa terjadi, para pekerja juga justru bisa jatuh sakit. Itu akan membuat kinerja di kantor menurun jika mereka sakit.

Oleh sebab itu, baik Wilga, Jenero, dan Rere, sama-sama mendukung rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengatur jam kerja saat banjir atau hujan deras.

Salah satu bentuk pengaturan jam kerja itu adalah penerapan bekerja dari rumah alias work form home (WFH).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hal-hal yang Belum Terungkap dalam Kasus Kematian Brigadir RAT: Motif hingga Sosok Pengusaha Tambang

Hal-hal yang Belum Terungkap dalam Kasus Kematian Brigadir RAT: Motif hingga Sosok Pengusaha Tambang

Megapolitan
Rute Transjakarta 8N Kebayoran - Petamburan via Asia Afrika

Rute Transjakarta 8N Kebayoran - Petamburan via Asia Afrika

Megapolitan
Ahok Beberkan Solusi Penanganan Macet Jakarta, Berharap Direalisasikan Gubernur DKI

Ahok Beberkan Solusi Penanganan Macet Jakarta, Berharap Direalisasikan Gubernur DKI

Megapolitan
DJ East Blake Terancam 12 Tahun Penjara akibat Sebar Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih

DJ East Blake Terancam 12 Tahun Penjara akibat Sebar Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Pertimbangkan Usul DPRD DKI soal Sekolah Gratis Negeri dan Swasta

Pemprov DKI Jakarta Pertimbangkan Usul DPRD DKI soal Sekolah Gratis Negeri dan Swasta

Megapolitan
Komisi E DPRD DKI Desak Pemprov Wujudkan Sekolah Gratis Negeri dan Swasta, dari TK sampai SMA

Komisi E DPRD DKI Desak Pemprov Wujudkan Sekolah Gratis Negeri dan Swasta, dari TK sampai SMA

Megapolitan
Inikah Akhir Perjalanan Rosmini, Ibu Pengemis yang Marah-marah?

Inikah Akhir Perjalanan Rosmini, Ibu Pengemis yang Marah-marah?

Megapolitan
DJ East Blake Serahkan Diri ke Polisi Usai Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

DJ East Blake Serahkan Diri ke Polisi Usai Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Megapolitan
Maju Mundurnya Ridwan Kamil untuk Pilkada DKI Jakarta...

Maju Mundurnya Ridwan Kamil untuk Pilkada DKI Jakarta...

Megapolitan
Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak: Pelaku Rekan Kerja, Motif Ekonomi Jadi Alasan

Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak: Pelaku Rekan Kerja, Motif Ekonomi Jadi Alasan

Megapolitan
DJ East Blake Ambil Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih Diam-diam karena Sakit Hati Diputuskan

DJ East Blake Ambil Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih Diam-diam karena Sakit Hati Diputuskan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Megapolitan
Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Megapolitan
Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com