"Dari kecil sudah sering kebanjiran, tiap tahun. Memang sempat enggak ada banjir beberapa tahun lalu. Tapi sekarang banjir bisa setahun dua kali," kata Lasinah di kediamannya, Senin.
Jika luapan tak begitu besar, maka banjir yang menggenangi rumahnya hanya setinggi mata kaki, seperti pada Minggu (6/11/2022) kemarin.
Namun jika luapan besar terjadi, maka banjir bisa mencapai dua meter.
"Banjir paling parah itu waktu kecil sampai setinggi rumah. Kalau sekarang-sekarang itu sekitar 1 meteran. Parahan dulu memang. Kalau sekarang enggak tinggi tapi kadang ada arus. Kemarin sih pendek cuma semata kaki," kata Lasinah.
Akibat sering dilanda banjir, ia memutuskan untuk tidak membeli perabotan untuk di rumahnya. Pasalnya, banjir yang terus bertamu ke rumah setiap tahun selalu merusak perabotannya.
"Saking capeknya sama banjir, saya enggak punya barang-barang perabotan. Kasur aja enggak punya, elektronik apa lagi," kata Lasinah.
Baca juga: Anak Kali Pesanggrahan di Srengseng Sering Meluap, Warga Minta Dibangun Tanggul
Ia lelah setiap kali banjir datang, dia harus mengangkat perabotan ke tempat yang lebih tinggi. Apalagi kini usianya tak lagi muda.
"Kenapa enggak punya, gara-gara capek tiap tahun kena banjir. Sekalinya ada barang, capek taruh ke atas, kalau banjir. Tidurnya jadi pakai kasur lantai yang gampang dilipat," ungkap Lasinah.
Saat banjir melanda cukup tinggi, Lasinah dan keluarga lebih memilih untuk mengungsi. Akhir-akhir ini dia bersama warga lain mengungsi ke musala terdekat.
Namun, beberapa tahun lalu, Lasinah mengaku bisa mengungsi ke TPU Joglo yang terletak di seberang sungai.
Permukaan tanah area pemakaman itu memang jauh lebih tinggi dari permukimannya, sehingga terhindar dari rendaman banjir.
"Kalau banjir tuh sedikit-sedikit, lama-lama surut terus mendadak tinggi. Kalau begitu, kita langsung evakuasi ke pemakaman," kata Lasinah.
Atas keadaannya itu, Lasinah pun berharap, pemerintah mau membantu mengeruk atau membuat tanggul di sekitar sungai untuk meminimalisasi dampak luapan sungai.
"Harapannya kali dikeruk. Dulu sempat ada yang dikeruk di seberang sana. Sekarang enggak ada," ungkap Lasinah.
Selain Lasinah, Ketua RT 07 RW 03 Srengseng, Abdul Aziz (43), juga meminta hal yang sama.
"Kami inginnya, kali ini dikeruk, dikasih tanggul, biar kalau ada air naik, ya enggak masuk rumah warga," ungkap Aziz di Srengseng, Senin.
Aziz menyebut hingga kini belum ada penanggulangan banjir seperti pembangunan tanggul ataupun turap di sekitar sana.
"Memang belum ada tindak lanjutnya. Belum ada penanggulangan sih selama 6 tahun ini. Tapi memang kami belum mengajukan bantuan tertulis bersurat, baru penyampaian lisan ke pejabat," lanjut dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.