Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bundaran Senayan, Penanda Batas Kota Lama Sekaligus Penanda Zaman

Kompas.com - 14/11/2022, 04:45 WIB
Ivany Atina Arbi

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Mungkin terdapat beberapa hal yang ada di benak warga Jakarta saat mendengar Bundaran Senayan, di antaranya halte transjakarta, stasiun MRT, Patung Pemuda, JPO artistik, hingga lalulintas padat.

Namun, tidak banyak orang menyadari bahwa Bundaran Senayan adalah penanda zaman yang menjadi pembeda antara Jakarta saat ini dengan Jakarta tempo dulu.

Sekarang wilayah Bundaran Senayan menjadi batas antara jalur bawah tanah MRT yang dimulai dari Bundaran Hotel Indonesia, dengan jalur layang MRT yang berakhir di Lebak Bulus.

Sementara pada awal 1950-an, lokasi di mana Bundaran Senayan saat ini, menjadi batas antara Kota Jakarta dengan area Kebayoran yang akan dijadikan pemerintah saat itu sebagai kota baru untuk perluasan permukiman ibu kota.

Baca juga: Kebayoran, Gudang Kayu yang Menjelma Jadi Kawasan Elite Jakarta

Dalam buku Pembangunan Kotabaru Kebajoran yang diterbitkan Kementerian Pekerdjaan Umum dan Tenaga RI tahun 1953 disebutkan, pusat kota Jakarta kala itu masih di sekitar Jalan Medan Merdeka.

Adapun lokasi permukiman penduduk terpusat di wilayah Kota Tua, lalu kemudian melebar hingga wilayah Jatinegara.

Di dalam buku yang sama, ditulis bahwa 10 tahun sebelum pembangunan permukiman Kebayoran, lokasi tersebut masih sunyi sepi, penuh semak belukar, kebun-kebun, dan padang hijau.

Keputusan pemerintah membangun “kota baru” di wilayah Kebayoran dikarenakan kebutuhan mendesak akan perluasan lokasi permukiman akibat lonjakan penduduk Jakarta.

Berdasarkan arsip harian Kompas, jumlah penduduk Jakarta pada 1952 mencapai 2,5 juta jiwa. Padahal dua tahun sebelumnya, jumlah penduduk masih sekitar 1,5 juta jiwa. Sementara pada 1940, jumlah penduduk Jakarta hanya berkisar 700.000 jiwa.

Baca juga: Patung Pemuda, Simbol Kobaran Semangat Pemuda Membangun Tanah Air

Pemerintah pun berpikir untuk membuka area permukiman baru. Lokasi di selatan-barat daya Jakarta ini dipilih karena saat itu belum banyak dihuni orang.

Jarak lokasi baru ini juga tidak terlalu jauh, yakni sekitar 8 km dari pusat kota Jakarta. Jalur kereta api yang ada juga dirasakan strategis untuk mengangkut bahan bangunan.

Kebayoran dibangun di atas tanah seluas 730 hektar. Selain permukiman, ada juga lokasi bangunan khusus, yakni markas polisi yang kini menjadi Mabes Polri, taman, dan jalan.

Dibangun bundaran

Sejalan dengan perkembangan wilayah Kebayoran, jalan protokol Kota Jakarta pun diperpanjang hingga jalan yang saat ini bernama Jalan Panglima Polim.

Sebagai pembatas wilayah sekaligus bagian dari rekayasa lalulintas agar lebih tertib dibangunlah sebuah bundaran kota yang populer bernama Bundaran Senayan karena lokasinya di Senayan.

Baca juga: Patung Pemuda Senayan Tak Terganggu Pembangunan MRT

Salah satu penanda kota yang ada di Bundaran Senayan adalah patung Pemuda Membangun.

Patung yang terbuat dari beton bertulang, semen, dan dilapisi teraso ini memiliki wujud pemuda kekar yang membawa obor lidah api.

Dilansir dari situs web Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta, Patung Pemuda Membangun mulai dibangun pada Juli 1971 oleh tim pembangunan Insinyur Seniman Arsitektur atau ISA.

Tim tersebut dipimpin Imam Supardi dan Munir Pamuncak sebagai penanggung jawab pelaksana.

Mulanya, patung yang juga dijuluki Pizza Man ini akan diresmikan pada peringatan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1971.

Baca juga: Berbahaya, Trotoar Berlubang di Kebayoran Baru, Bikin Khawatir Pejalan Kaki

Namun, pembangunannya membutuhkan waktu lebih panjang sehingga peresmian baru terlaksana pada Maret 1972.

Semangat membara

Seperti namanya, patung Pemuda Membangun dibangun sebagai simbol semangat pemuda yang membara dalam membangun Tanah Air.

Berdasarkan catatan Kompas, patung Pemuda Membangun merupakan sumbangan Pertamina kepada Pemprov DKI Jakarta dengan disponsori Sjarnubi Said dan Imam Supardi. Pengerjaan patung dibantu Isa Sculpture Group Djakarta.

Perancang patung Munir Pamuntjak mengatakan, patung ini bukan patungnya orang Kebayoran ataupun Jakarta, melainkan bersifat nasional.

”Gelora semangat pemuda-pemuda Indonesia dalam rangka Pelita itulah lambang dari patung itu,” katanya (Kompas, 20 Maret 1972).

Baca juga: Dinas Pariwisata DKI Datangi Bar Mr.Braid di Kebayoran Lama, Telusuri Dugaan Promosi Prostitusi

Jika di masa lalu Bundaran Senayan menjadi tonggak perluasan permukiman di ibu kota, di era modern Bundaran Senayan kembali berperan menjadi tonggak awal pembangunan moda angkutan massal Ibu Kota yang modern berupa MRT.

Harapan membubung, MRT dapat mengawali terwujudnya sistem transportasi publik untuk mengakomodir kepentingan warga, seperti saat permukiman Kebayoran dibangun pertama kali. 

(Kompas.com: Ira Gita Natalia Sembiring, Walda Marison/harian Kompas: Agnes Rita Sulistyawati, Denty Piawai Nastitie)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tawuran Pecah di Gang Bahari Jakut, 1 Korban Jarinya Nyaris Putus

Tawuran Pecah di Gang Bahari Jakut, 1 Korban Jarinya Nyaris Putus

Megapolitan
Dharma Pongrekun Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen ke KPU Jakarta

Dharma Pongrekun Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen ke KPU Jakarta

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 13 Mei 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 13 Mei 2024

Megapolitan
Pungli di Masjid Istiqlal Patok Tarif Rp 150.000, Polisi: Video Lama, Pelaku Sudah Ditangkap

Pungli di Masjid Istiqlal Patok Tarif Rp 150.000, Polisi: Video Lama, Pelaku Sudah Ditangkap

Megapolitan
Orangtua Korban Tragedi 1998 Masih Menunggu Anak-anak Pulang Sekolah...

Orangtua Korban Tragedi 1998 Masih Menunggu Anak-anak Pulang Sekolah...

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, Senin 13 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, Senin 13 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Peringati Tragedi Mei 1998, Peserta 'Napak Reformasi' Khusyuk Doa Bersama dan Tabur Bunga

Peringati Tragedi Mei 1998, Peserta "Napak Reformasi" Khusyuk Doa Bersama dan Tabur Bunga

Megapolitan
Diduga Bakal Tawuran, 33 Remaja yang Berkumpul di Setu Tangsel Dibawa ke Kantor Polisi

Diduga Bakal Tawuran, 33 Remaja yang Berkumpul di Setu Tangsel Dibawa ke Kantor Polisi

Megapolitan
Rute KA Dharmawangsa, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Dharmawangsa, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com