“Mungkin satu atau dua orang di antara korban memaksa yang lain untuk mati. Dengan kata lain, dia ini membuat orang lain lapar. Baru setelah yang dua itu mati, maka tinggal dia yang menunggu untuk mati,” papar Adrianus.
Skenario ketiga ini adalah yang paling diyakini Adrianus. Pasalnya, berdasarkan hasil otopsi pertama, waktu kematian keempatnya berbeda-beda.
Suami (Rudyanto Gunawan) dan istrinya (Margaretha Gunawan) disebut meninggal dunia lebih dahulu, yakni sekitar 3 pekan sebelum penemuan jasad. Sementara, anak keduanya (Dian Febbyana) dan ipar Rudyanto (Budyawan Gunawan) meninggal dunia sekitar dua pekan setelah penemuan.
Adapun, posisi masing-masing jasad saat ditemukan, yakni Rudyanto ditemukan dalam posisi tertidur di atas kasur di kamar belakang.
Kemudian, Margaretha ditemukan di kamar depan dalam posisi tertidur di atas kasur. Di kamar yang sama juga ditemukan jasad Dian, tetapi letaknya di lantai.
Terakhir, yakni ipar dari Rudyanto bernama Budyanto Gunawan yang ditemukan dalam posisi terlentang di sofa ruang tamu.
“Jadi saya berpikir, ada yang mati duluan dan itu adalah orang yang dipaksa, baru kemudian yang lain mengikuti,” ujar Adrianus.
Namun demikian, Adrianus menekankan bahwa tiga skenario soal dalang ini sama-sama didorong oleh ide yang bersumber dari sosok, entah satu atau banyak. Bukan tidak mungkin ada sekte tertentu yang menaungi mereka.
Oleh sebab itu, bila analisis ini benar adanya, ia mendesak polisi menangkap sosok yang menyebarkan ide tersebut demi mencegah jatuhnya korban lain.
“Kalau melihat pengalaman-pengalaman kematian yang bersifat suicidal lainnya, memang ada kelompoknya, ada pemimpinnya, ada gurunya. Kalau benar demikian, polisi perlu mengejarnya sehingga mereka tidak bisa melenggang kangkung. Karena bisa terjadi lagi pada orang lain,” ujar Adrianus.
Ia juga menekankan bahwa analisisnya ini belum menjadi kebenaran. Sebab, polisi hingga saat ini masih menyelidiki penyebab di balik tewasnya satu keluarga itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.