Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengurai Dugaan Sekte “Kiamat Sudah Dekat” di Balik Misteriusnya Kematian Sekeluarga di Kalideres...

Kompas.com - 16/11/2022, 12:58 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Jessi Carina

Tim Redaksi

“Mungkin satu atau dua orang di antara korban memaksa yang lain untuk mati. Dengan kata lain, dia ini membuat orang lain lapar. Baru setelah yang dua itu mati, maka tinggal dia yang menunggu untuk mati,” papar Adrianus.

Skenario ketiga ini adalah yang paling diyakini Adrianus. Pasalnya, berdasarkan hasil otopsi pertama, waktu kematian keempatnya berbeda-beda.

Suami (Rudyanto Gunawan) dan istrinya (Margaretha Gunawan) disebut meninggal dunia lebih dahulu, yakni sekitar 3 pekan sebelum penemuan jasad. Sementara, anak keduanya (Dian Febbyana) dan ipar Rudyanto (Budyawan Gunawan) meninggal dunia sekitar dua pekan setelah penemuan.

Adapun, posisi masing-masing jasad saat ditemukan, yakni Rudyanto ditemukan dalam posisi tertidur di atas kasur di kamar belakang.

Kemudian, Margaretha ditemukan di kamar depan dalam posisi tertidur di atas kasur. Di kamar yang sama juga ditemukan jasad Dian, tetapi letaknya di lantai.

Terakhir, yakni ipar dari Rudyanto bernama Budyanto Gunawan yang ditemukan dalam posisi terlentang di sofa ruang tamu.

“Jadi saya berpikir, ada yang mati duluan dan itu adalah orang yang dipaksa, baru kemudian yang lain mengikuti,” ujar Adrianus.

Namun demikian, Adrianus menekankan bahwa tiga skenario soal dalang ini sama-sama didorong oleh ide yang bersumber dari sosok, entah satu atau banyak. Bukan tidak mungkin ada sekte tertentu yang menaungi mereka.

Oleh sebab itu, bila analisis ini benar adanya, ia mendesak polisi menangkap sosok yang menyebarkan ide tersebut demi mencegah jatuhnya korban lain.

“Kalau melihat pengalaman-pengalaman kematian yang bersifat suicidal lainnya, memang ada kelompoknya, ada pemimpinnya, ada gurunya. Kalau benar demikian, polisi perlu mengejarnya sehingga mereka tidak bisa melenggang kangkung. Karena bisa terjadi lagi pada orang lain,” ujar Adrianus.

Ia juga menekankan bahwa analisisnya ini belum menjadi kebenaran. Sebab, polisi hingga saat ini masih menyelidiki penyebab di balik tewasnya satu keluarga itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com