Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kronologi Lengkap Tewasnya Satu Keluarga di Kalideres, Dian Terpuruk dan Meninggal Terakhir

Kompas.com - 10/12/2022, 09:56 WIB
Mita Amalia Hapsari,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Misteri kematian satu keluarga di Kalideres, yang menimbulkan banyak tanya, akhirnya terungkap.

Polda Metro Jaya bersama tim ahli gabungan akhirnya membuat kesimpulan dan mengungkapkan apa yang terjadi pada Rudyanto Gunawan (71), Renny Margaretha Gunawan (68), Dian Febbyana (42), dan Budyanto Gunawan (68) di dalam rumah itu.

Menarik cerita bertahun-tahun sebelumnya, keluarga tersebut dinilai tertutup oleh keluarga besar.

Menurut adik Margaretha, Ris Astuti (64), mereka jarang bertemu sejak keluarga kakaknya pindah ke Kalideres dari rumah keluarga besar Gunawan di wilayah Gunung Sahara, Jakarta Pusat.

Mereka tak lagi merayakan Natal bersama dan hanya sesekali bertemu selama 25 tahun ini. Bahkan, kali terakhir Ris berkomunikasi dengan kakaknya, yakni sekitar lima tahun lalu untuk sekadar mengucapkan selamat ulang tahun.

Baca juga: Dugaan yang Terpatahkan dalam Tewasnya Keluarga Kalideres: Bukan Kelaparan, Bunuh Diri, atau Pengikut Sekte

 


"Kami sudah lama enggak saling kontak. (Terakhir berkomunikasi) mungkin lima tahun lalu," ujar Ris saat dijumpai di Mapolsek Kalideres, Sabtu (12/11/2022).

Selain keluarga, keempat orang itu juga dikenal para tetangga sebagai keluarga yang jarang bersosialisasi.

Padahal, keluarga itu telah menghuni rumah di Perumahan Citra Garden 1, Kalideres, Jakarta Barat, sejak 1997.

Hanya ada segelintir orang yang pernah akrab dan berkomunikasi dengan keluarga tersebut. Seperti tetangga sebelah rumah, ketua RT setempat, pedagang jamu langganan, dan pedagang kue di pasar yang kerap dititipkan produk jualan oleh keluarga itu.

Bagi pedagang jamu dan pedagang kue, Dian dan Margaretha dikenang sebagai orang yang ramah dan berkesan baik.

Namun, kejanggalan mulai dirasakan pedagang jamu, R, ketika Dian tiba-tiba ingin meminjam uang kepadanya.

Baca juga: Kasus Ditutup, Jenazah Sekeluarga yang Tewas di Kalideres Segera Diserahkan ke Keluarga

"Dia pernah WA (WhatsApp) ke saya minjam duit Rp 50 juta buat operasi. Operasi untuk apa saya enggak tahu," ujar R kepada wartawan, Selasa (15/11/2022).

Kejanggalan juga dirasakan tetangga sebelah keluarga itu, Tio (58). Pada Februari atau Maret 2022, Tio pertama kali mencium bau busuk yang diduga dari rumah tersebut.

"Pertama cium bau busuk bulan Februari ke Maret (2022). Bau begini juga, cuma baunya enggak begitu menyengat kayak begini," kata Tio.

Namun, bau busuk itu hilang beberapa hari kemudian.

Bau busuk lalu kembali tercium pada November 2022 selama sepekan. Bau itu dirasakan semakin kuat setiap hari.

Berangkat dari bau tersebut, para warga kemudian memaksa masuk ke rumah tersebut, yang berujung pada temuan mayat Dian dan anggota keluarga lainnya, Kamis (10/11/2022).

Baca juga: Chat Emosional di Ponsel Keluarga Kalideres Ditulis Dian, Berisi Curhat Percintaan dan Motivasi

Jasad Margaretha ditemukan sudah mengering dalam satu kamar yang terkunci dari dalam bersama jasad Dian yang masih basah.

Jasad Budyanto ditemukan dalam keadaan basah, telentang dengan kepala menyender pada sofa di ruang tengah.

Sedangkan jasad Rudyanto ditemukan dalam keadaan kering di kamar belakang.

Perkiraan waktu kematian

Pada 13 Mei 2022, tiga orang pegawai koperasi mendatangi rumah tersebut, lantaran Dian dan Budi hendak menggadaikan rumah itu.

Baca juga: Pakar Psikologi Forensik Ungkap Sosok Dian yang Tewas di Kalideres, Sangat Bergantung pada Ibunya
Saat itu lah, salah satu pegawai tanpa sengaja melihat jasad Reni Margaretha Gunawan di dalam kamar. Namun, ia tidak melaporkan kejadian itu ke polisi akibat permintaan Budyanto.

"Ada kata-kata dari Budiyanto. Apabila dilaporkan kepada pihak kepolisian dan RT, kita berdua akan menyusul mati," ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi, Jumat (9/12/2022).

Saat itu, pegawai koperasi mengaku tidak melihat keberadaan Rudyanto. Mereka hanya bertemu Dian dan Budi saja.

Ketua Apsifor Reni Kusumowardhani menduga, Margaretha meninggal pada Mei 2022, sedangkan Rudyanto, meninggal sebelum itu.

"Ada penarikan dana besar pada akhir Januari ke Februari 2022, tetangga juga merasakan bau bangkai. Maret, broker rumah bertemu Margaretha, ia diduga meninggal Mei," kata Reni, dalam konferensi pers pengungkapan kasus itu, Jumat.

Selain itu, ia juga menduga adanya kematian lain pada Oktober 2022. Hal itu berdasarkan kalender di rumah yang ditandai seperti kultur keluarga China.

"Ada barang bukti kalender di belakang rumah yang tertanda pada 4 atau 5 Oktober 2022. Sedangkan, kalender di kamar depan itu 22 Oktober," kata Reni.

Selain itu, ia juga menilai Dian meninggal terakhir lantaran kondisi rumah yang bersih dan pintu kamar Dian yang terkunci dari dalam.

"Sehingga kami tarik kesimpulannya, berdasarkan barang bukti, TKP, karakter, dan kebiasaan perilaku masing-masing, maka urutan kematian diperkirakan Rudyanto pertama, lalu Renny Margaretha, lalu Budyanto, baru Dian," jelas dia.

Sementara, Dokter Forensik Asri M. Pralebda, mengungkap penyebab kematian keempatnya wajar lantaran penyakit.

"Urutan kematian sebagai berikut. Pertama Rudyanto akibat permasalahan saluran cerna. Kedua Reni Margaretha Gunawan karena kanker payudara. Ketiga adalah Budyanto karena serangan jantung, dan terakhir Dian disebabkan oleh gangguan pernapasan," kata Asri di konferensi yang sama, Jumat.

Hidup bersama mayat

Setelah kematian Rudyanto dan Margaretha, Dian dan Budyanto hidup bersama kedua mayat tersebut di dalam rumah.


Psikolog Forensik, Reni menduga keduanya tak dimakamkan karena terkendala tabungan yang sedikit.

"Karena kondisi keuangan menipis, uang yang ada, dibutuhkan untuk menghidupi dua orang yang tersisa yakni Dian dan Budi," kata Reni.

Di samping itu, para ahli menilai Dian mengalami situasi pathological grieving. Dian dianggap membangun suatu keyakinan seolah-olah ibunya masih hidup.

"Ada situasi denial anaknya, Dian, dalam bentuk pathological grieving. Dian membangun suatu keyakinan seolah-olah ibunya masih hidup. Jenazah Renny diperlakukan seperti orang yang masih hidup, dirawat, dibersihkan," jelas dia.

Hal ini berdasarkan kesaksian pegawai koperasi yang mengatakan bahwa Dian bersikeras menyebut bahwa ibunya masih hidup. Dian bahkan disebut masih menyuapi susu dan menyisir rambut sang ibu.

Selama hidup bersama mayat orangtuanya itu juga, Dian kerap mengirim pesan ke ponsel lain yang ada di keluarga itu.

Pesan itu berisi curahan hati Dian dalam rangka mengekspresikan emosi negatifnya sekaligus memotivasi dirinya melalui tulisan.

"Seperti dia lagi marah, kesal, dia lagi lelah. Tapi terselip selalu kata-kata motivasional. Dia bilang kalau kita hanya bisa lulus, kalau kita bisa melampaui ujian Tuhan," ujar Reni.

Reni mencontohkan salah satu pesan tersebut berisi relasi percintaan Dian yang belum menikah meski sudah berusia 42 tahun.

Terselip pula pesan yang menggambarkan kegundahan hati Dian soal kondisi keluarganya dan keinginannya mendapatkan jodoh.

"Jadi ada konten tentang pernikahan untuk mendapatkan jodoh," kata Reni.

Menurut Reni, isi pesan yang ditulis Dian dalam percakapan satu arah di ponsel itu tidak sepenuhnya bernada emosi negatif.

Dian juga menulis kalimat yang memotivasi diri Dian untuk melawan pikiran-pikiran negatifnya.

Meski begitu, Reni memastikan bahwa tidak ada kalimat terkait dengan keinginan atau hasrat mengakhiri hidup. Temuan itu justru memperkenalkan dugaan bahwa Dian masih berusaha untuk bertahan hidup sampai akhir hayatnya.

"Kalimat-kalimat yang juga positif yang meng-counter dia. Tidak ada ke arah bunuh diri, " kata Reni.

Sementara Budyanto, diyakini memiliki kepribadian untuk mencari solusi-solusi alternatif. Dalam keadaan keuangan terhimpit, Budi pun berinisiatif menjual aset-aset.

Salah satunya, mobil yang sempat diduga menghilang, ternyata dijual oleh Budy. Budi juga diduga yang mencetuskan ide menggadaikan rumah yang berujung pada kedatangan pegawai koperasi ke rumahnya.

"Lalu ada pergeseran situasi berharap menjadi hopeless. Situasi berlanjut, sumber keuangan sudah habis, upaya menjual aset sudah tidak ada, membuat psikologisnya tidak berdaya, yang kemudian berpengaruh pada kesehatan fisik," ungkap Reni.

Dengan ditemukannya kesimpulan tersebut, penyelidikan kasus kematian empat orang satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat, dinyatakan selesai dan dihentikan.

Jenazah keempatnya pun segera diserahkan kepada pihak keluarga. Jenazah yang kini berada di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, akan diantarkan dalam waktu dekat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Megapolitan
Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Megapolitan
Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Pelaku Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Pelaku Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Megapolitan
Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Megapolitan
17 Kambing Milik Warga Depok Dicuri, Hanya Sisakan Jeroan di Kandang

17 Kambing Milik Warga Depok Dicuri, Hanya Sisakan Jeroan di Kandang

Megapolitan
Pintu Rumah Tak Dikunci, Motor Warga di Sunter Dicuri Maling

Pintu Rumah Tak Dikunci, Motor Warga di Sunter Dicuri Maling

Megapolitan
Viral Video Geng Motor Bawa Sajam Masuk Kompleks TNI di Halim, Berakhir Diciduk Polisi

Viral Video Geng Motor Bawa Sajam Masuk Kompleks TNI di Halim, Berakhir Diciduk Polisi

Megapolitan
Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Bakal Dipindahkan ke Panti ODGJ di Bandung

Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Bakal Dipindahkan ke Panti ODGJ di Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Curi Uang Korban

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Curi Uang Korban

Megapolitan
Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Megapolitan
Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Megapolitan
DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

Megapolitan
Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com