JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah berencana melarang penjualan rokok secara batangan atau ketengan untuk menjaga kesehatan masyarakat.
Beberapa warga menanggapi secara negatif rencana tersebut. Salah satunya adalah Tigor (39), seorang perokok aktif yang kerap membeli rokok ketengan.
Ia mengaku berkeberatan dengan larangan tersebut.
Baca juga: Dilarang Jual Rokok Ketengan, Pedagang: Masa Orang Tak Punya Uang Dipaksa Beli Sebungkus
Alasannya, tidak semua orang memiliki pendapatan tetap, termasuk Tigor yang bekerja sebagai ojek daring.
"Keberatan dan enggak setuju. Kita belum ada penghasilan tetap, cuma ojek online yang kadang pesanannya bagus, kadang juga enggak," ujar Tigor di Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, Jumat (30/12/2022).
Untuk membeli sebungkus rokok, ia harus melayani setidaknya tiga pesanan.
Dari sisi pedagang, lanjut Tigor, pedagang kaki lima dan penjual kopi keliling lebih sering menawarkan rokok ketengan daripada rokok bungkusan.
Baca juga: Yayasan Lentera Anak Usul Gambar dan Tulisan Peringatan di Produk Rokok Jadi 90 Persen
"Penjual ada penurunan pendapatan, udah pasti. Soalnya lebih untung gede kalau jual ketengan," ujar dia.
Hal serupa juga dituturkan oleh Heri (41). Menurut dia, larangan untuk menjual rokok ketengan terasa merugikan bagi perokok aktif sepertinya.
"Karena yang tadinya bisa irit, jadi enggak irit. Sehari memang bisa beli sebungkus, tapi untuk apa kalau bisa beli hanya 3-6 batang? Harganya lebih murah," kata dia.
Tanti, seorang pemilik warung di Kecamatan Duren Sawit mengatakan kebanyakan pelanggan di warungnya lebih sering membeli rokok secara ketengan daripada bungkusan.
"Misal mau beli rokok satu (batang) saja, masa harus beli sebungkus? Apalagi kalau enggak punya uang," ujar dia.
Baca juga: Simak, Ini Daftar Harga Jual Rokok Terbaru yang Berlaku per 1 Januari 2023
Sebagai informasi, Tanti menjual rokok filter ketengan sebesar Rp 2.000 per batang.
Sementara untuk rokok bungkusan, harga paling murah adalah Rp 15.000 per bungkus, dan paling mahal Rp 37.000 per bungkus.
Namun, sebagian besar pelanggan Tanti lebih sering mengutang daripada langsung membayar.