Ia tidak menampik bahwa anggaran yang dibutuhkan mungkin besar.
"Tapi pendapatan pemerintah setempat saya rasa masih cukup untuk sekadar pemugaran gambar di dinding. Niat awalnya kan supaya gambar informatif itu bisa mengedukasi orang-orang yang lewat jalanan ini," ujar Yusuf .
Jadwal pembersihan rutin
Neni (32) yang juga warga Jakarta mengatakan bahwa mural menjadi kotor dan kusam adalah hal wajar.
Letaknya yang berada di pinggir jalan membuat mural mudah terpapar debu dari kendaraan.
Perempuan yang sering melewati area bermural di Stasiun Jatinegara ini menambahkan, dinding informatif itu pun bisa kotor karena tangan orang-orang iseng.
"Menurut saya alangkah baiknya pemerintah bikin jadwal rutin untuk pembersihan. Sayang aja tembok informatif begini dibiarin kotor, informasinya nanti ketutup dong," kata Neni.
"Bisa dibersihin dua minggu sekali, kayak digosok aja yang kotor atau dicat ulang biar warnanya enggak pudar," sambungnya.
Harus rutin dibersihkan
Warga Jakarta bernama Gia (28) mengatakan bahwa mural di kawasan Stasiun Jatinegara informatif.
Sebab, mural tidak sekadar menampilkan karya seni lukis, tetapi juga dilengkapi informasi seputar gambar tersebut.
"Jadi yang lihat mural enggak cuma dimanjain matanya sama visual yang warna-warni, (tapi) sekalian belajar," katanya di lokasi.
Namun, beberapa mural yang tampilannya kotor dirasa sangat mengganggu.
Gia mengungkapkan, ada beberapa mural yang dicoret-coret, dan memiliki cat yang terkelupas.
"Buat yang cat tembok putih, sudah kotor itu gambarnya. Kalau menurut saya saja nih, kayaknya harus rutin dibersihin kalau dicat ulang belum bisa," ujar Gia di lokasi.
"Sayang banget sudah capek-capek nyari informasi, ngegambar, tapi hasil akhirnya kotor. Informasinya jadi kurang enak dilihat," imbuh dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.