Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Sisa Sampah dan Lubang Mencurigakan Jadi Petunjuk Penting Pengungkapan Pembunuhan Berencana Wowon dkk...

Kompas.com - 20/01/2023, 07:17 WIB
Joy Andre,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tiga tersangka kasus pembunuhan berencana dengan cara meracun, yakni Wowon Erawan alias Aki, Solihin, dan Muhammad Dede Solehudin, kini telah ditangkap polisi.

Mereka ditetapkan tersangka setelah diduga kuat membunuh sembilan orang korbannya di dua wilayah berbeda, yakni di Ciketing Udik, Bantargebang, Kota Bekasi, dan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran menuturkan, penangkapan pembunuh berantai ini bermula ketika polisi mendapat laporan dari warga tentang adanya lima orang ditemukan terkapar lemas di wilayah Bantargebang, Kamis (12/1/2023).

Mereka yang terkapar adalah Ai Maimunah (40) dan NR (5) yang berjenis kelamin perempuan; serta Ridwan Abdul Muiz (23), Muhammad Riswandi (17), dan Muhammad Dede Solehudin (34) yang berjenis kelamin laki-laki.

Baca juga: Tak Ada Kejahatan Sempurna, Kelompok Pembunuh Berantai Terbongkar Setelah Racuni Keluarga Sendiri di Bantargebang

Dugaan awal, mereka terkapar karena keracunan.

"Besar kemungkinan ada kematian tanpa kekerasan. Ada sisa bungkus racun di bakaran sampah belakang," jelas Fadil dalam konferensi persnya di Mapolda Metro Jaya, Kamis (19/1/2023).

Proses evakuasi lima orang korban pun langsung dilakukan. Mereka langsung dibawa ke RSUD Bantargebang untuk dirawat. Nahas, tiga dari lima orang itu dinyatakan tewas.

Mereka yang tewas adalah Ai Maimunah, Ridwan Abdul Muiz, dan Muhammad Riswandi.

Ridwan dan Riswandi merupakan anak hasil pernikahan Ai Maimunah dengan mantan suami pertamanya.

Pada hari yang sama, polisi langsung menggelar olah tempat kejadian perkara (TKP). Saat itu, proses olah TKP dilakukan bersama dengan Dinas Kesehatan Kota Bekasi dan puskesmas di wilayah setempat.

Baca juga: Rangkuman Pembunuhan Berencana dan Berantai di Bantargebang: Tega Racuni Anak Istri demi Hilangkan Jejak

Dari hasil olah TKP, polisi menemukan berbagai fakta menarik. Di sana, mereka menemukan sisa bakaran sampah, tetapi tak ada kerusakan di pintu, baik yang ada di kamar maupun pintu depan.

"Hasil di TKP, tidak ada tanda kerusakan pintu di pintu depan maupun belakang. Tidak ada kerusakan tempat tidur belakang dan di depan," ujar Fadil.

Selain tak ada pintu yang rusak, polisi juga tak menemukan adanya cipratan atau cairan darah.

Hal itu diketahui setelah polisi mengecek dengan teknologi pendeteksi darah.


Namun, yang paling mencolok, ada sebuah galian tanah berukuran 1x2 meter dengan tingkat kedalaman 2 meter.

"Selain itu, ada sisa bungkus racun di bekas pembakaran sampah di belakang rumah," jelas Fadil.

Baca juga: Pembunuh Berantai di Bekasi Juga Beraksi di Garut, Jasad Korban Dibuang ke Laut

Dari proses olah TKP itu, polisi membawa belasan sampel termasuk barang hingga muntahan. Sampel dibawa untuk mengetahui apa saja kandungan yang ada di dalamnya.

 

Misteri terkuak

Setelah sampel dibawa dan diteliti di laboratorium, petugas menemukan unsur pestisida di dalam sebuah kopi yang telah diseduh.


"Hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan unsur kimiawi berbahaya atau racun di dalam kopi yang diseduh di ruang belakang dekat sumur, muntahan kamar depan dan tengah," ucap Fadil.

"Hasil Labfor, muntahan itu mengandung larutan pestisida yang kalau dikonsumsi manusia dapat sebabkan kematian," sambungnya.

Dari fakta awal yang ada, polisi kemudian menepis seluruh narasi tentang keracunan.

Baca juga: Kapolda Metro: Aksi Pembunuh Berantai di Bekasi dan Cianjur Mirip Kasus Ryan Jombang

Fadil menyatakan bahwa kasus di Bantargebang merupakan peristiwa pembunuhan rumit yang dieksekusi oleh Wowon dkk dengan cara yang sederhana, yaitu dengan diracun.

 

Penangkapan Wowon dkk dan pembunuhan di Cianjur

Berdasarkan penemuan dan pemeriksaan sampel, Wowon dkk akhirnya ditangkap. Wowon dan Dullah ditangkap di wilayah Cianjur.

Muhammad Dede Solihin ditetapkan sebagai tersangka setelah dirinya berpura-pura menenggak kopi agar dirinya terlihat sebagai korban.

Penetapan tersangka ini semakin membuat kasus menjadi semakin rumit.

Selain tiga orang yang tewas di Bantargebang, Wowon dkk mengaku ada sejumlah korban lain yang telah mereka bunuh di wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Fadil bahkan sampai menyebut Wowon dkk sebagai pembunuh berantai.

Baca juga: Polisi: Dua Korban Pembunuh Berantai di Cianjur merupakan TKW

Di Cianjur, ada empat korban lain yang telah dibunuh oleh Wowon dkk. Terdapat tiga liang kubur korban setelah tim dari kedokteran forensik dan Labfor terjun ke Cianjur.

Lebih lanjut, Fadil juga mengatakan bahwa ada satu kerangka lain yang dibuang oleh tersangka ke laut.

"Di TKP Cianjur ada empat kerangka, kemudian ada pengakuan tersangka, satu kerangka lain dalam pencarian, di Garut, ada satu orang dikubur setelah sebelumnya dibuang ke laut," jelas Fadil.

Jika dirinci, total ada sembilan korban yang nyawanya direnggut oleh tiga tersangka tersebut.

Fadil menyebutkan, serangkaian pembunuhan di Cianjur, Jawa Barat, dilatarbelakangi untuk menguras harta korbannya.

Para tersangka mengaku bisa membuat orang lain kaya dengan janji-janji yang dikemas bumbu supranatural.

"Awalnya penipuan, janji dan motivasi kesuksesan hidup. Setelah korban serahkan harta, lalu 'dihilangkan'," ucap Fadil.

Baca juga: Motif Sekeluarga Diracun di Bekasi, Korban Dianggap Berbahaya karena Tahu Pembunuhan Berantai

Sementara untuk pembunuhan di Bantargebang, mereka membunuh keluarganya sendiri karena dianggap berbahaya dan takut tindak pidananya terkuak.

"Keluarga dekat dianggap berbahaya karena mereka tahu pelaku ini membunuh korban-korbannya yang lain," jelas Fadil.

 

Korban bisa bertambah

Pada momen yang sama, Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi menyatakan, tak tertutup kemungkinan ada korban lain yang belum diketahui.

Hal tersebut ia lontarkan, mengingat pihaknya masih terus menelusuri berbagai tempat yang dijadikan oleh Wowon dkk sebagai lokasi eksekusi.

"Kami masih dalami, apakah masih ada korban lain, kemudian apakah mungkin ada partner in crime yang lain. Kami buka posko di Cianjur nanti. Kami akan selidiki sampai tuntas, kami akan didampingi tim ahli dan tim psikologi forensik," ucap Hengki.

Meski telah menjelaskan motif sementara, petugas akan terus mendalami motif yang lain.

Hengki menyatakan, pihaknya akan melibatkan sejumlah ahli untuk mendalami keterangan para tersangka tersebut.

"Hari ini, tim otopsi psikologi forensik dampingi kami untuk melihat motif sebenarnya. Kalau penipuan, mengapa anak dua tahun dibunuh, anak lima tahun diracun," ucap Hengki.

"Penyelidikan kami belum selesai, kami tidak berdasarkan keterangan tersangka, kami harus bicara sesuai fakta dan alat bukti tersebut," tambah dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Megapolitan
Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com