JAKARTA, KOMPAS.com - Yuni (64), seorang ibu bagi dua anak perempuan yang berdomisili di Kota Bekasi mengatakan bahwa ada beragam cara untuk melindungi buah hati dari percobaan penculikan.
Menurut dia, hal utama yang harus diperhatikan adalah antar dan jemput anak di sekolah, agar terhindar dari tidak kejahatan.
"Kalau itu (percobaan penculikan) di sekolah, setiap anak yang ingin pulang harus jelas (dijemput) orangtua apa bukan," ujar dia ketika dihubungi, Kamis (9/2/2023).
Adapun hal itu dituturkan oleh Yuni sebagai respons terhadap maraknya percobaan penculikan anak belakangan ini, seperti kasus percobaan penculikan seorang siswi SDN Pondok Kelapa 07 Pagi, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, berinisial S (8) pada 26 Januari 2023 sekitar pukul 10.00 WIB.
Baca juga: Tangan Digenggam Paksa, Anak SD di Pondok Kelapa Hampir Jadi Korban Penculikan
Menurut Yuni, jika anak hendak dijemput, pihak sekolah harus mewajibkan penjemput mengisi buku tamu.
"Kalau mau bawa anak pulang, harus isi daftar tamu di satpam, kalau perlu tinggalin KTP biar jelas (identitasnya)," tegas dia.
Jika ternyata yang menjemput bukan orangtua, pihak sekolah perlu mengontak ayah atau ibu murid bersangkutan.
Baca juga: Maraknya Percobaan Penculikan Anak Bikin Ibu-ibu Makin Khawatir
Menurut Yuni, setiap guru harus aktif dalam upaya pencegahan tersebut guna menjaga keamanan anak didiknya.
"Dari guru juga tetap harus mengontak orangtua kalau pun memang mereka yang jemput anak. Ini buat konfirmasi," kata Yuni.
Untuk di lingkungan rumah, Yuni menuturkan bahwa pengurus RT setempat juga perlu aktif menjaga anak-anak di lingkungannya.
Sebab, peran RT saat ini bukan hanya sekadar mengurus KTP dan kependudukan setempat.
"Mereka juga urus keamanan lingkungan termasuk anak. Jadi bisa bantu pantau anak-anak biar enggak kena culik," ucapnya.
Anggi (25), seorang ibu bagi satu anak asal Jakarta, mengatakan bahwa edukasi dini juga diperlukan agar buah hati tidak menjadi korban penculikan.
"Kayak pengenalan terhadap bahaya di lingkungan sekitar. Kayak apa aja yang perlu dilakukan kalau ada orang asing mendekat," ucapnya ketika dihubungi, Kamis.
Namun, untuk memastikan keamanan anak, lingkungan di sekitar rumah juga perlu dilengkapi kamera CCTV.
"Soalnya orang-orang yang kita kenal pun bisa aja berpotensi jadi pelaku penculikan," ujar Anggi.
Baca juga: Wajahnya Mirip Penculik Anak, Seorang Perempuan Dikepung Warga di Tangerang
Senada dengan Anggi, Ita (36) asal Jakarta pun mengatakan bahwa edukasi dini diperlukan, terutama bagi yang anak-anaknya masih kecil seperti buah hatinya.
Salah satu yang perlu diedukasi kepada anak adalah ketika ada orang asing yang mengajak mereka mengobrol, atau memberikan sesuatu.
Ita tidak menampik bahwa hal itu dapat memengaruhi cara anak-anak memandang sanak saudara yang tidak dikenalnya.
Namun, imbuh dia, orangtua lebih baik melakukan pencegahan percobaan penculikan sejak dini daripada mengambil risiko.
"Efeknya emang anak jadi pendiam di kalangan saudara yang baru pertama kali ketemu atau dikenal, cuma lebih baik mengantisipasi kan?" kata Ita ketika dihubungi, Jumat (10/2/2023).
Baca juga: Percobaan Penculikan di Pondok Kelapa Menyisakan Trauma, Korban Siswi SD Sakit dan Enggan Sekolah
Orangtua pun tidak perlu ambil pusing untuk hal tersebut. Mereka cukup selalu mendampingi anak saat memperkenalkannya ke sanak saudara.
Menurut Ita, cara itu dapat membantu anak memahami bahwa orang yang diperkenalkannya melalui orangtua adalah saudara.
"Anak sambil didampingin biar dia tahu, 'Oh ini saudara saya. Saya aman nih buat interaksi sama mereka karena pengenalannya bareng mamah atau papah saya'. Begitu lebih aman," sambungnya.
Apabila anak gemar bermain di sekitar rumah, sebisa mungkin mereka selalu didampingi.
Menurut Ita, orangtua bisa sambil memperkenalkan anak ke para tetangga supaya kedua belah pihak saling familiar satu sama lain.
"Mereka (tetangga) juga tau ini anaknya siapa. Jadi kalau, amit-amit, anak diculik atau ada percobaan penculikan, mereka bisa bantu ngamanin anak ini," ucap Ita.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.