JAKARTA, KOMPAS.com - Bekerja sebagai kuli angkut di Pelabuhan Sunda Kelapa bukan tanpa risiko. Doclo (23) bahkan pernah merasakan bagaimana pahit getirnya profesi ini.
Doclo sehari-hari membanting tulang demi mengangkut muatan berat dari truk ke atas kapal.
Suatu ketika dia terpeleset dari kapal dan tercebur ke laut. Tak hanya itu, sebelum tubuhnya menyentuh permukaan air, rahang Doclo lebih dulu membentur sampan atau perahu kecil.
"Kan sobek (rahangnya), kena sampan. Jatuh dari atas kapal, kena sampan," ucap Doclo saat ditemui Kompas.com di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, Senin (13/3/2023).
Baca juga: Kisah Kuli Angkut di Pelabuhan Sunda Kelapa, Kerja Sepagi Mungkin demi Bayaran Lebih Besar
Akibat kecelakaan kerja tersebut, Doclo langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan. Rahangnya dijahit.
Kendati demikian dia tidak kapok menjadi kuli angkut di Pelabuhan Sunda Kelapa.
"Enggak, ini buktinya masih kerja," seloroh Doclo disambut tawa teman-temannya.
Wahyu (20), teman seprofesi Doclo, meledeknya.
"Dia mah memang hobi kecelakaan, Bang," ucap Wahyu.
Baca juga: Kuli Angkut di Pelabuhan Sunda Kelapa Rugi Besar di Kala Musim Hujan
Karena rawan kecelakaan, Arga (22), yang juga teman Wahyu dan Doclo, memastikan bahwa profesi kuli angkut telah ditunjang asuransi.
"Ada kok (asuransinya). Di sini ada BPJS-nya juga ada. Kami punya kartu pas. Itu kartu anggota buruh," kata Arga.
Arga yang sudah bekerja selama 3,5 tahun sebagai kuli angkut mengaku lebih banyak senang dibandingkan duka dalam menjalani profesi ini.
Satu hal yang membuatnya bertahan sejauh ini adalah solidaritas sesama rekan seprofesi.
"Senangnya, ya kami kebersamaan kayak begini. Beda sama tempat lain. Dulu juga, saya sebelum di sini, saya kerja di PT. Kekompakan juga beda sama yang di sini. Kalau di sini, bukannya ini ya, kalau kita happy-happy, minum-minum bareng," kata Arga.
Baca juga: Kisah Porter Stasiun Pasar Senen, Ada yang Berusia 70 Tahun Masih Bekerja Angkut Barang Penumpang
Purwanto (37) yang baru bekerja selama 6 bulan terakhir menjadi kuli angkut ini juga pernah merasakan duka.
"Dukanya paling kalau enggak ada barang. Kalau misalkan dalam permasalahan, di sini banyak permasalahan, kita kompak. Misalkan ada permasalahan teman, kan ini teman kita semua, jadi kompak. Misalnya digebukin orang, kita samperin," ucapnya sambil tertawa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.