DEPOK, KOMPAS.com - Supiyati (46) tak menyangka bahwa putranya, PA (4), terdiagnosis stunting oleh tenaga kesehatan posyandu pada 2022.
Padahal, anaknya terbilang cukup aktif dan tak memiliki riwayat penyakit infeksi berulang sejak bayi.
"Enggak nyangka, soalnya emang anaknya aktif, tidak sakit, tidak pernah bermasalah maksudnya enggak ada apa-apa, enggak lemes," kata Supiyati saat ditemui di Posyandu Melati 4, Cilangkap, Tapos, Depok, Rabu (5/4/2023).
Kendati demikian, Supiyati baru menyadari kondisi seperti itu tidak menjamin anaknya bakal terlepas dari stunting.
Baca juga: Kecewa Anaknya Terdiagnosis Stunting, Ningsih Bangkit untuk Perbaikan Gizi
Menurut Supiyati, pola makan yang diterapkan pada anaknya justru menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tumbuh kembang terhambat.
Sebab, Supiyati menyebut PA tak pernah mau mengonsumsi nasi dan daging.
"Gizinya, emang seharusnya ayam itu kan harus masuk (dikonsumsi), cuma kan dia (PA) enggak mau nasi, geli sama nasi, untuk lauk semacam daging itu juga enggak," ujar Supiyati.
Karena pola makan yang seperti itu PA akhirnya terdiagnosis stunting lantaran memiliki tinggi dan berat badan tak sesuai dengan usia.
Baca juga: Ahli Gizi: Orangtua Kini Lebih Terbuka soal Anak Stunting, asal Penyampaiannya Tidak Judgemental
"Tinggi badan 97 sentimeter BB (berat badan) 13,7 kilogram, cuma memang enggak kurang-kurang sekali sih sebenarnya. Tapi, statusnya stunting," ujarnya.
Untuk itu, Supiyati berupaya membujuk putranya agar terbiasa mengonsumsi makanan yang sudah dianjurkan ahli gizi meski hal itu berat ia lakukan.
"Sampai sekarang masih pemantauan puskemas. Dari sana disuruh makan yang itu ayam, cuma memang masuk sedikit-sedikit," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.