JAKARTA, KOMPAS.com - Marbut Masjid Nurul Huda, Puryono (45) mengaku enggan menerima tawaran naik haji andai ada dermawan yang ingin membiayainya.
Kata dia, lebih baik uangnya dipergunakan untuk membangun rumah di kampung halamannya, Tegal, Jawa Tengah, agar istri dan anaknya merasa nyaman.
"Bisa haji ditanggung orang lain, tapi keluarga saya sedih jadi percuma," ujar Yono panggilan akrabnya saat ditemui di Masjid Nurul Huda, Kemang Timur, Jakarta Selatan, Kamis (12/4/2023).
"Lebih baik saya minta uangnya saja untuk bangun rumah, (demi) kenyamanan keluarga saya," tambah dia.
Baca juga: Kisah Puryono, Marbut Masjid yang Digaji Rp 250.000 Setiap Minggu dari Kotak Amal
Yono yang digaji Rp 250.000 per minggu dari kotak amal mengeluhkan kondisi keluarganya yang tinggal di gubuk tua warisan orangtuanya. Dia mengaku bahwa keluarganya kerap merasa resah jika ada bagian rumah yang rusak.
"Saya rumah saja enggak punya. Rumah di kampung warisan orangtua saya, rumah sementara saja lah ibaratnya," kata dia.
"Kalau rumah kan ada tempat tidurnya bagus gitu ya, kalau rumah saya enggak bisa dibetulin ya rusak. Namanya gubuk tua, ya begitu lah," kata Yono sambil menahan tangis.
Kata Yono, andai mendapatkan tawaran itu, ia khawatir ibadah hajinya nanti malah tidak mabrur karena di balik itu ada keluarganya yang mengalami kesulitan. Karenanya da merasa tidak tega dengan hal itu.
Baca juga: Kisah Wasrif, Naik Haji Gratis bersama Wali Kota Jakpus Setelah 7 Tahun Mengabdi sebagai Marbut
"Kalau saya itu ibaratnya naik haji belum mampu, walaupun saya dinaikkan haji, tapi saya sedih kondisi keluarga saya, nanti hajinya enggak mabrur," tambah Yono.
"Daripada dinaikkan haji naik pesawat, biayanya mahal, dan sebagainya, saya lebih memilih untuk keluarga saya," pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.