TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Suhu panas di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, juga turut dirasakan pedagang rujak buah segar pinggir jalan.
Salah seorang pedagang mengatakan kepada Kompas.com, beberapa hari belakangan ini kawasan Ciputat memang terasa lebih panas dari biasanya.
"Emang panas banget, saya ngerasanya gitu. Ini saya enggak pakai kaus (pendek) akhirnya, nyengat (panasnya) sakit kena kulit," kata Roni penjual rujak di pinggir Jalan Ciputat Raya, Tangerang Selatan, Kamis (27/4/2023).
Roni mengatakan, dirinya tidak mengetahui alasan pasti tentang perubahan iklim di kawasan tempatnya berdagang.
Namun yang pasti, dia ikut merasakan dampak dan ada perubahan saat berdagang, yakni lebih lama menggunakan payung.
"Enggak tahu ya (alasan) kenapa akhir-akhir ini lebih panas. Saya pakai payung jualannya pas mulai siang, ini kan di bawah pohon tapi tetep panas," kata dia.
"Kalau dampaknya bagi saya sih apa ya enggak terlalu ada, cuma emang terasanya lebih panas aja dari biasanya," sambung dia.
Sebagai pedagang di pinggir jalan, Roni mengatakan perubahan suhu udara di Ciputat tidak terlalu memengaruhi penjualannya.
Baca juga: Kisah Rifa-Kayla Berpacaran di Kota Tua: Main Sepeda meski Diterpa Cuaca Panas
"Yang beli ya biasa, ada saja, biasanya pada beli emang pas siang makan rujak itu lebih enak," katanya.
Sebagai informasi, dari data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ciputat menjadi kota paling panas di Indonesia dengan suhu mencapai 37,2 derajat Celsius pada 17 April 2023 lalu.
Suhu ini merupakan suhu harian tertinggi atau maksimum yang tercatat dibanding kota-kota lain di Indonesia sampai 20 April 2023.
"Dalam lima hari terakhir suhu maksimum tertinggi tercatat di Balai Besar BMKG Wilayah II, Ciputat, yaitu 37,2 derajat celsius pada tanggal 17 April," ujar Peneliti iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Siswanto, kepada Harian Kompas, Rabu (19/4/2023).
Baca juga: Kemenkes Minta Masyarakat Waspada jika Alami 7 Gejala Ini karena Cuaca Panas
Siswanto menjelaskan kepada Harian Kompas bahwa tren pemanasan global dan perubahan iklim akibat aktivitas manusia memicu kenaikan suhu di Indonesia dan negara tropis lainnya.
Namun, fenomena suhu tinggi yang terjadi saat ini di Indonesia tampaknya lebih dikontrol oleh pengaruh posisi gerak semu matahari dan mulai bertiupnya angin monsun kering dari Benua Australia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.