Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpatahkannya Tudingan Ada Bocah Main Rem Tangan Penyebab Bus Peziarah Meluncur ke Sungai di Tegal

Kompas.com - 10/05/2023, 06:38 WIB
Larissa Huda

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Anak-anak yang sedang bermain di sekitar bangku kemudi dituding jadi pemicu meluncurnya bus rombongan peziarah asal Serpong Utara ke sungai di Tegal, Jawa Tengah, Minggu (7/5/2023).

Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie telah membantah isu yang menyebut anak kecil menjadi penyebab kecelakaan bus rombongan peziarah itu di objek wisata Guci, Tegal.

"Jadi penjelasan dari Kalpolres Tegal itu tidak ada anak kecil yang melepaskan rem tangan. Ada anak kecil di situ tapi dipangku sama ibunya kok," ujar Benyamin, Selasa (9/5/2023).

Baca juga: 5 Korban Kecelakaan Bus Peziarah di Guci Tegal Jalani Operasi di RSU Tangsel

Benyamin memastikan anak kecil yang ada di dalam bus dalam pengawasan orangtuanya saat peristiwa kecelakaan terjadi.

Kondisi rem tangan terkunci

Tim KNKT melakukan pengecekaan sistem pengereman bus yang kecelakaan di Guci, Tegal, saat diparkir di area Terminal Dukuhsalam, Tegal, Selasa (9/5/2023).Kompas.com/ Tresno Setiadi Tim KNKT melakukan pengecekaan sistem pengereman bus yang kecelakaan di Guci, Tegal, saat diparkir di area Terminal Dukuhsalam, Tegal, Selasa (9/5/2023).

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) juga meragukan soal adanya dugaan anak-anak yang jadi penyebab kecelakaan itu.

Pasalnya, dari hasil pemeriksaan bangkai Bus Duta Wisata yang diparkir di Terminal Bus Dukuhsalam Tegal, diketahui rem tangan berfungsi normal dan dalam kondisi terkunci.

Baca juga: Walkot Tangsel Bantah Anak Kecil Lepas Rem Tangan Bus Peziarah yang Kecelakaan di Guci Tegal

"Kemungkinan itu sangat tipis (kecelakaan disebabkan oleh anak-anak). Pasalnya, tuas rem tangan dalam kondisi ditarik pengemudi bus," ucap Senior Investigator KNKT, Ahmad Wildan, Selasa.

"Pada saat diangkat roda juga terkunci dan bus meluncur dengan lambat atau tertahan rem tangan," ujar dia.

Namun, Wildan menyatakan KNKT akan mengukur kemampuan rem tangan menahan beban di laboratorium ATPM Hino.

Berdasarkan pemeriksaan di lokasi kejadian, posisi bus saat parkir di areal parkir pasar Guci berada di turunan dengan kemiringan 23-28 persen.

Padahal, kemampuan rem tangan hanya dengan kemiringan 18 persen. Selain itu, kondisi kontur tanah di areal parkir juga tanah gembur sehingga ganjal ban roda mudah ambles.

Baca juga: Buntut Kecelakaan Bus di Tegal, Walkot Tangsel Minta Dishub Ramp Check Kendaraan Rombongan Peziarah

Kesaksian penumpang lain

Di hari nahas itu Tiamah (61) mengaku sedang menunggu bus yang akan pulang dari Tegal menuju Serpong. Dia duduk di bagian depan, dekat dengan bangku sopir.

Tiamah melihat ban bus "tersangkut" di saringan air. Ia pun mendengar bunyi aneh sebelum bus tanpa pengemudi menyelonong menuju sungai.

"Iya saya lihat ban tersangkut di saringan air, saya mendengar 'bunyi apa tuh kresek-kresek', setelah itu mobil jalan sendiri turun ke bawah," kata dia.

Saat itu, menurut Tiamah, mesin bus sudah dalam posisi menyala. Namun, ia menyatakan sopir bus tidak sedang duduk di bangku kemudi.

Baca juga: Detik-detik Mencekam Kecelakaan Bus Peziarah di Tegal: Terguling 3 Kali, Teriakan Histeris, dan Ban Tersangkut

Ia menduga bus sedang dipanaskan sebelum melakukan perjalanan pulang ke Serpong. Bahkan pada saat itu, kata Tiamah, sudah banyak penumpang yang naik.

"Katanya sih ada bocah kecil yang mainin rem. Tapi, saya enggak lihat (anak kecil) itu. Posisinya saya dekat bangku sopir," kata dia.

Tak lama kemudian Tiamah terkejut, kecelakaan yang menewaskan dua orang dan puluhan orang luka-luka pun terjadi.

Bus menyelonong sendiri tanpa pengemudi, semua orang yang ada di dalam berteriak. Bahkan Tiamah sampai membaca istighfar tiada henti.

Berdasarkan informasi, ada 36 orang yang berada di dalam bus saat kecelakaan terjadi. Dua di antaranya meninggal, 34 korban lainnya mengalami luka ringan sampai berat.

(Penulis : Firda Janati, Tresno Setiadi (Kontributor Tegal) | Editor : Ihsanuddin, Ambaranie Nadia Kemala Movanita, Robertus Belarminus)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com