JAKARTA, KOMPAS.com - Anak-anak yang sedang bermain di sekitar bangku kemudi dituding jadi pemicu meluncurnya bus rombongan peziarah asal Serpong Utara ke sungai di Tegal, Jawa Tengah, Minggu (7/5/2023).
Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie telah membantah isu yang menyebut anak kecil menjadi penyebab kecelakaan bus rombongan peziarah itu di objek wisata Guci, Tegal.
"Jadi penjelasan dari Kalpolres Tegal itu tidak ada anak kecil yang melepaskan rem tangan. Ada anak kecil di situ tapi dipangku sama ibunya kok," ujar Benyamin, Selasa (9/5/2023).
Baca juga: 5 Korban Kecelakaan Bus Peziarah di Guci Tegal Jalani Operasi di RSU Tangsel
Benyamin memastikan anak kecil yang ada di dalam bus dalam pengawasan orangtuanya saat peristiwa kecelakaan terjadi.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) juga meragukan soal adanya dugaan anak-anak yang jadi penyebab kecelakaan itu.
Pasalnya, dari hasil pemeriksaan bangkai Bus Duta Wisata yang diparkir di Terminal Bus Dukuhsalam Tegal, diketahui rem tangan berfungsi normal dan dalam kondisi terkunci.
Baca juga: Walkot Tangsel Bantah Anak Kecil Lepas Rem Tangan Bus Peziarah yang Kecelakaan di Guci Tegal
"Kemungkinan itu sangat tipis (kecelakaan disebabkan oleh anak-anak). Pasalnya, tuas rem tangan dalam kondisi ditarik pengemudi bus," ucap Senior Investigator KNKT, Ahmad Wildan, Selasa.
"Pada saat diangkat roda juga terkunci dan bus meluncur dengan lambat atau tertahan rem tangan," ujar dia.
Namun, Wildan menyatakan KNKT akan mengukur kemampuan rem tangan menahan beban di laboratorium ATPM Hino.
Berdasarkan pemeriksaan di lokasi kejadian, posisi bus saat parkir di areal parkir pasar Guci berada di turunan dengan kemiringan 23-28 persen.
Padahal, kemampuan rem tangan hanya dengan kemiringan 18 persen. Selain itu, kondisi kontur tanah di areal parkir juga tanah gembur sehingga ganjal ban roda mudah ambles.
Baca juga: Buntut Kecelakaan Bus di Tegal, Walkot Tangsel Minta Dishub Ramp Check Kendaraan Rombongan Peziarah
Di hari nahas itu Tiamah (61) mengaku sedang menunggu bus yang akan pulang dari Tegal menuju Serpong. Dia duduk di bagian depan, dekat dengan bangku sopir.
Tiamah melihat ban bus "tersangkut" di saringan air. Ia pun mendengar bunyi aneh sebelum bus tanpa pengemudi menyelonong menuju sungai.
"Iya saya lihat ban tersangkut di saringan air, saya mendengar 'bunyi apa tuh kresek-kresek', setelah itu mobil jalan sendiri turun ke bawah," kata dia.
Saat itu, menurut Tiamah, mesin bus sudah dalam posisi menyala. Namun, ia menyatakan sopir bus tidak sedang duduk di bangku kemudi.
Ia menduga bus sedang dipanaskan sebelum melakukan perjalanan pulang ke Serpong. Bahkan pada saat itu, kata Tiamah, sudah banyak penumpang yang naik.
"Katanya sih ada bocah kecil yang mainin rem. Tapi, saya enggak lihat (anak kecil) itu. Posisinya saya dekat bangku sopir," kata dia.
Tak lama kemudian Tiamah terkejut, kecelakaan yang menewaskan dua orang dan puluhan orang luka-luka pun terjadi.
Bus menyelonong sendiri tanpa pengemudi, semua orang yang ada di dalam berteriak. Bahkan Tiamah sampai membaca istighfar tiada henti.
Berdasarkan informasi, ada 36 orang yang berada di dalam bus saat kecelakaan terjadi. Dua di antaranya meninggal, 34 korban lainnya mengalami luka ringan sampai berat.
(Penulis : Firda Janati, Tresno Setiadi (Kontributor Tegal) | Editor : Ihsanuddin, Ambaranie Nadia Kemala Movanita, Robertus Belarminus)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.