JAKARTA, KOMPAS.com - Lasmiati (64) merupakan orangtua dari Heri Hartanto, salah satu dari empat korban meninggal dari Tragedi Trisakti, 12 Mei 1998 lalu.
Heri kala itu tewas tertembak saat melakukan aksi tuntutan kepada Presiden Soeharto agar segera turun dari jabatannya sebagai kepala negara.
Lasmiati bercerita kala mendapati kabar bahwa anaknya telah tiada.
Saat itu, ketika ia sedang pergi berlibur bersama keluarga di rumah villanya di kawasan Jatibening, Bekasi, salah satu teman Heri menghampirinya.
Lasmiati ingat betul momen itu. Usai Adzan Maghrib berkumandang, tak lama beberapa mobil datang ke villanya.
"Pas maghrib, ada temen anak saya datang ke Jatibening, mereka berkata "Tanye, itu Heri di RS" gitu kata mereka," ujar Lasmiati saat dikunjungi di kediamannya di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Rabu (17/5/2023).
Baca juga: Kala Hujan Peluru Tewaskan Heri Hartanto di Depan Kampus Trisakti...
Awalnya Lasmiati dan keluarga menduga bahwa Heri kecelakaan dan masuk rumah sakit. Sebab, Heri suka sekali berpacu dengan kecepatan tinggi saat mengendarai mobilnya.
"Dalam pikiran saya heri kecelakaan. Karena biasanya dia kalau bawa mobil itu kenceng ya ugal-ugalan. Saya pikir kecelakaan," ucap dia.
Lasmiati akhirnya bertanya kepada teman-teman Heri, "Kenapa?," jawab tegas Lasmiati.
Teman-teman Heri seakan tidak mau memberi tahu awalnya. "Heri di rumah sakit," tiru Lasmiati.
Lasmiati kembali menjawab, "ya sudah saya sama keluarga ke sana," ucap Lasmiati sambil terburu-buru.
Namun, teman-teman Heri seakan melarang Lasmiati dan keluarga pergi naik mobilnya.
"Enggak Tange jangan bawa mobil, ayo naik mobil saya saja," lanjut Lasmiati mengikuti percakapan teman-teman Heri.
Dari Jatibening, mereka langsung bergegas ke RS Sumber Waras, Grogol, Jakarta Barat.
Baca juga: Tangis Pilu Karsiyah, Ibunda Hendriawan Korban Tragedi Trisakti 1998: Dia Janji Akan Pulang...
Ketika sampai di sana, Lasmiati dan keluarga datang ke ruangan UGD, namun Heri tidak ditemukan di situ. Ia dan keluarga bertemu pihak rumah sakit saat itu
"Orang rumah sakit bilang 'sudah di belakang', ternyata itu di kamar mayat, sudah ditutup selimut," ujar dia.
Ketika sampai di kamar mayat, isak tangis keluarga Heri sempat pecah. Lasmiati masih ingat betul kondisi kamar mayat saat itu.
"Ada empat jenazah berjajar, saya ke sana Ya Allah kata saya, bahkan ada darah anak saya yang masih menetes di lantai. Saya kagetnya di situ," kata dia.
Jasad Heri kata Lasmiati ada di bagian dekat pintu kamar mayat. Posisinya keempat jenazah sudah tertutup kain putih.
Lasmiati mengatakan, saat itu di depan kamar mayat, banyak sekali dosen Trisakti dan mahasiswa yang berjaga.
Hal itu dikarenakan ada desas-desus jika keempat jasad tersebut akan diculik dan dihilangkan oleh aparat.
"Dijaga oleh pihak kampus, dosen dan teman-temannya. Karena saat itu ada isu mau dihilangkan dan mau culik jasadnya, takut itu diculik sama aparat jadi hilang ceritanya dan buktinya," ucap dia.
Baca juga: Saat Ganjar Kenang Tragedi Trisakti 25 Tahun Lalu...
Usai semua orang tua datang menengok ke kamar mayat, jasad satu persatu dimandikan oleh pihak rumah sakit.
Setelah itu, keempat jasad korban langsung dibawa oleh pihak kampus ke Trisakti untuk dishalatkan.
Menurut Lasmiati, ketika keempat jenazah dishalatkan, banyak tokoh politik maupun pemerintah yang datang saat itu.
"Banyak yang datang tokoh di situ, Amien Rais, Megawati, Wiranto, ada yang lainnya," ucap Lasmiati.
"Itu di kampus A. Malam kan tuh, sampai pagi di kampus, baru dibawa ke rumah saya jam 06.00 WIB kalau enggak salah," tambah dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.