Namun demikian, mesin alkon tidak setiap waktu menyala.
"Ibaratnya kan kami enggak harus setiap hari tunggu mesin, enggak setiap hari warga ada waktu untuk menghidupkan mesin, karena kan punya pekerjaan masing-masing," kata Fitri.
Baca juga: Telat Bayar Didatangi lalu Disegel, Giliran Dapat Air Malah Kotor
Fitri menuturkan, krisis air ini membuat sengsara, khususnya bagi IRT seperti dirinya.
Dia terpaksa merogoh saku lebih untuk mencuci pakaian ke tempat laundry terdekat.
"Warga sini kalau cuci baju, ya (ke tempat) laundry. Ya kami mau bagaimana lagi? Orang enggak punya air. Jadi, double ruginya," tutur Fitri.
Selain itu, krisis air bersih membuat Fitri kesulitan saat hendak mencuci beras. Kini, dia harus menggunakan air galon untuk mencuci beras.
"Ya pakai air galon kalau cuci beras. Masak sayur dan semuanya, ya air galon," ucap Fitri.
Baca juga: Warga Rawa Badak Utara Bayar Rp 20.000 ke Tetangga atau Urunan Bensin demi Air Bersih
Karena muak dengan krisis air berkepanjangan, Fitri pun menyindir PAM Jaya.
"PAM Jaya mah 'baik'. Kami masak sayur sudah enggak perlu garam. Orang airnya sudah asin," seloroh Fitri.
Menurut Fitri, layanan yang diberikan PAM Jaya bertolak belakangan dengan perlakuan badan usaha milik daerah (BUMD) DKI itu.
PAM Jaya akan mendatangi setiap rumah warga yang telat bayar tagihan air per bulannya. Sementara itu, air yang didapatkan warga tak layak dikonsumsi.
"Jangan kami telat bayar lalu didatangi, terus disegel. Air saja enggak boleh telat bayarnya, giliran kami dapat air, kayak begini," celetuk Fitri.
Meskipun air yang didapat berbau atau asin, Fitri memastikan bahwa dia tetap membayar tagihan per bulan kepada PAM Jaya. Hal ini juga dilakukan warga sekitar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.