Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelakuan Mario Dandy Terungkap di Sidang, Ancam Tembak Korban Pakai Brimob dan Bermesraan Usai Aniaya D

Kompas.com - 14/06/2023, 09:20 WIB
Dzaky Nurcahyo,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Terdakwa kasus penganiayaan D (17), Mario Dandy Satriyo (20), menjalani sidang lanjutan dengan agenda pemeriksaan saksi di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Selasa (13/6/2023).

Total ada empat saksi yang dihadirkan jaksa penuntut umum (JPU).

Tiga saksi di antaranya merupakan satu keluarga yang menjadi saksi Mario menganiaya D. Ketiganya adalah Rudi Setiawan, Natalia Puspitasari, dan anak bungsu mereka berinisial R yang merupakan teman dekat korban.

Baca juga: Mario Dandy Umbar Senyum dalam Sidang Penganiayaan D, Psikolog Forensik: Bisa Jadi Ekspresi Superioritas atau Lega

Sementara itu, satu saksi lainnya adalah ayah kandung D, Jonathan Latumahina.

Dalam sidang kemarin, para saksi mengungkapkan sejumlah keterangan di persidangan. Berikut ini keterangan para saksi:

RS awalnya tolak asuransi D

Mario menganiaya D di Kompleks Green Permata, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, pada 20 Februari 2023.

Anak eks pejabat Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan Rafael Alun Trisambodo itu menganiaya korban di sekitar rumah saksi Rudi dan Natalia.

Setelah dianiaya, D langsung dilarikan ke RS Medika Permata Hijau untuk mendapatkan perawatan.

Namun, ketika pihak keluarga ingin mengurus pembayaran menggunakan asuransi, pihak RS tak bisa memenuhi keinginan itu.

"Ketika mengurus asuransi, ditolak. Kemudian saya tanya, 'Kenapa ditolak?', karena setahu saya asuransi ini bisa meng-cover semua, kemudian saya tanya alasannya apa," ujar Jonathan dalam persidangan.

Baca juga: Sederet Bantahan Mario Dandy dalam Sidang, Mengaku Tak Hidup Mewah di Penjara dan Tawarkan Bantu Korban


Jo, sapaan akrab Jonathan, kemudian diberi sebuah berkas. Berkas itu dibacanya dengan seksama, di sana tertulis bahwa yang memulai perkelahian bukan Mario, tetapi anak semata wayangnya, D.

"Saya tanya, 'Siapa yang menulis?'. Kata pihak RS, 'Bukan dari kami, Pak'. Saya tanya siapa, kemudian dia (petugas RS) menyebut Polsek," ungkap Jo.

"Akhirnya kami urus itu, dibantu sama Mellissa Anggraini, lawyer-nya David, kemudian pihak rumah sakit bisa mengurus asuransi, akhirnya ter-cover," lanjut dia.

Rafael Alun disebut bakal bereskan masalah

Selain itu, Jo menyebutkan bahwa Mario sempat memberikan jaminan kepada dua terdakwa lainnya, Shane Lukas (19) dan anak AG (15).

Mario menjamin bahwa sang ayah, Rafael Alun, akan membereskan seluruh masalah yang ditimbulkan melalui "kuasanya".

"(Mario berkata ke Shane dan AG), 'Tenang saja. Kalian enggak akan kena (hukuman). Nanti diurusin sama papa. Aku saja paling cuma (dihukum) dua tahun delapan bulan'," ujar Jo menirukan pernyataan Mario.

Baca juga: Saat Ayah D Sadar Mario Dandy Bukan Orang Sembarangan: Sampai ke Mana Pun Saya Lawan!

Namun, Jo mengakui perkataan itu tidak didengar telinganya sendiri. Perkataan itu didengar saksi Rudi dan Natalia, lalu disampaikan kepada Jo.

"(Saya) ketemu langsung (dengan saksi). Kan mereka intens jenguk (D) ke rumah sakit," ujar Jonathan.

Namun, Mario membantah keterangan tersebut.

"Saya keberatan soal yang katanya saya mau nyelamatin Shane, ayah saya yang bakal selamatin Shane, itu tidak benar," tutur Mario.

Ancaman tembak korban

Tidak berhenti sampai di sana, Jo juga membeberkan adanya ancaman nyata yang dilontarkan Mario terhadap D melalui pesan WhatsApp.

Pesan itu ditemukan Jo saat melihat riwayat pesan WhatsApp antara sang anak dengan AG.

"Ancamannya cukup parah kalau saya bilang, karena di situ disebutkan akan melakukan penembakan kepada D, akan nelepon Brimob, akan 'menyelesaikan' D, persis seperti di minutasi sidang AG saat Dandy jadi saksi," tutur dia.

"WhatsApp-nya dengan nomornya AG, tetapi di WhatsApp tersebut beberapa kali pelaku menyebutkan 'gua Dandy'. Jadi, handphone-nya AG dipakai Dandy," imbuh Jo.

Baca juga: Senyum dan Tawa Mario Dandy dalam Sidang Penganiayaan D, Benarkah Tak Ada Penyesalan?

Jo mengatakan, Mario menebar ancaman penembakan lantaran D tak mau menemui dirinya beberapa saat sebelum penganiayaan terjadi.

"Di situlah kemudian ada ancaman mau nembak. 'Lu kalau batu (tidak mau menemui Mario), gue teleponin Brimob gue lu'. Ada nembak, ada mau manggil Brimob. Seperti itu," kata Jo.

Mario Dandy pecicilan seperti petinju

Sementara itu, saksi Rudi menceritakan gestur kurang pantas yang ditunjukkan Mario setelah menganiaya korban. Mario disebut tidak bisa diam ketika D sudah tersungkur di atas aspal.

"Waktu posisi saya ketemu dia (Mario), fisiknya bergerak terus, gerak terus," ungkap Rudi dalam persidangan.

Hakim yang bingung dengan pernyataan saksi kemudian bertanya maksud "gerak terus".

Baca juga: Kesaksian Rudy Saat Bawa Korban Penganiayaan Mario ke RS

Rudi kemudian menjelaskan, gerak terus yang dimaksud layaknya seorang yang tidak bisa diam, bergerak ke sana ke mari.

"Si pelaku ini bergerak terus (setelah menganiaya), pecicilan gitu, masih energik," jawab Rudi.

"Seperti petinju itu ya? Kayak Muhammad Ali, loncat-loncat gitu gimana?" tanya hakim.

"Ya kurang lebih, masih emosi. Masih membara emosinya," timpal Rudi.

Mario bermesraan dengan AG

Selain Rudi, Natalia juga memberikan keterangan baru di persidangan.

Saat datang ke Mapolsek Pesanggrahan setelah penganiayaan D, saksi Natalia mengaku melihat Mario dan AG bermesraan.

Natalia bahkan menilai Mario dan AG tak memiliki rasa penyesalan. Sebab, keduanya masih sempat tertawa.

Momen itu dilihat dengan mata kepala Natalia bersama sang suami saat diperiksa di Mapolsek Pesanggrahan.

Baca juga: Mario Dandy Senyum Lebar Begitu Sidang Pemeriksaan Saksi Berakhir

Ruang tempat pemeriksaan Natalia dan Rudi dengan ruangan tempat Mario, Shane, dan AG saat itu hanya dibatasi kaca. Oleh sebab itu, aktivitas mereka terlihat jelas.

"Yang saya lihat dengan mata kepala saya sendiri adalah anak pelaku (AG) dan pelaku (Mario Dandy) itu bisa-bisanya bermesra-mesraan dengan wajah semringah, bukan wajah penyesalan," ujar Natalia di hadapan majelis hakim.

"Lalu Shane 'genjrang-genjreng' (gitar), bukan memetik ya, tapi benar-benar 'genjrang-genjreng' dengan ekspresi tanpa ada perasaan (menyesal)," tambah dia.

Natalia juga tak habis pikir dengan kelakuan ketiga terdakwa. Natalia menilai, para terdakwa tidak menunjukkan rasa empati sedikit pun.

"Gini deh, dia kan tahu saya ini orangtua dari temannya yang mereka siksa, terus mereka enggak menunjukkan empati, 'Eh ada orangtua teman itu, lu jangan kelihatan happy dong jangan kelihatan nyanyi-nyanyi dong', kan harusnya begitu," ujar Natalia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Megapolitan
Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Megapolitan
Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Megapolitan
Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Megapolitan
Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Megapolitan
Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Megapolitan
Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Megapolitan
Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi 'Pilot Project' Kawasan Tanpa Kabel Udara

Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi "Pilot Project" Kawasan Tanpa Kabel Udara

Megapolitan
Keluarga Korban Begal Bermodus 'Debt Collector' Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Keluarga Korban Begal Bermodus "Debt Collector" Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Megapolitan
Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com