Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sederet Masalah Sampah yang Bikin Jengkel Warga di Jabodetabek, termasuk TPS Ilegal Pondok Ranji

Kompas.com - 19/06/2023, 18:15 WIB
Larissa Huda

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Sampah yang menggunung masih di sudut-sudut wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) masih menjadi permasalahan pelik bagi masyarakat.

Bagaimana tidak, sampah-sampah ini teronggok di tempat yang bukan semestinya. Tumpukan ini membuat baunya tak sedap menyebar hingga ke permukiman warga sekitar.

Baru-baru ini, warga RT 004 RW 002, Pondok Ranji, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, mengeluhkan adanya aktivitas pembuangan sampah di tempat pembuangan sampah (TPS) ilegal yang terletak di lahan kosong dekat permukiman mereka.

Baca juga: Keluh Warga di Pondok Ranji, Bertahun-tahun Hidup Dekat Tempat Pembuangan Sampah Ilegal

Jarak lahan kosong itu hanya sekitar 300-500 meter rumah warga. Menurut Ketua RT, Ruslan, pembuangan sampah di sana memang sudah berlangsung sejak puluhan tahun.

Namun, semakin lama kondisi TPS ilegal itu semakin padat. Sampah-sampah yang ada semakin tak bisa dikendalikan. Pembuangan sampah di TPS tersebut diminta untuk dihentikan.

Adapun tumpukan sampah tak terkendali itu nyatanya tak hanya terjadi di Pondok Ranji. Kompas.com mencoba merangkum masalah serupa juga terjadi di wilayah lainnya.

TPS ilegal bekas tempat memulung di Pondok Ranji

Lahan kosong yang dijadikan TPS ilegal itu semakin tidak terkontrol. Awalnya, TPS itu merupakan tempat para pemulung untuk mengepul barang bekas.

Kendati demikian, menurut Ruslan, lokasi TPS ilegal itu saat ini melayani sampah-sampah yang berasal dari rumah tangga hingga pasar.

Baca juga: Lahan Kosong di Pondok Ranji Jadi Tempat Pembuangan Sampah Ilegal, Bau Menyengat Tercium ke Permukiman Warga

"Sekarang-sekarang ini yang masuk ke sana itu sampah pasar. Jadi ada keluhan bau dari masyarakat sekitar," ucap Ruslan, saat ditemui di kediamannya, Senin (19/6/2023).

Setidaknya, ada 50 kepala keluarga yang bersinggungan langsung sehingga terkena dampak dari aktivitas pembuangan sampah-sampah di sana.

Gunungan sampah di Kali Baru Depok

Suasana Kali Baru yang terletak di RW11, Jalan Margonda, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat, pada Kamis (15/6/2023).KOMPAS.com/MUHAMMAD NAUFAL Suasana Kali Baru yang terletak di RW11, Jalan Margonda, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat, pada Kamis (15/6/2023).

Warganet mengeluhkan kondisi Kali Baru yang disebut selalu dipenuhi sampah. Kali tersebut berada di RW 11 Jalan Margonda, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat.

Keluhan yang disampaikan melalui unggahan foto akun Instagram @depok24jam pada Selasa (13/6/2023) itu menyebut Kali Baru selalu dipenuhi sampah styrofoam.

"Ini selokan selalu full sampah styrofoam deh. Apalagi kalo hujan, ini sampah udah ngambang aja, airnya mandek, sedih liatnya," demikian yang tertulis dalam foto yang diunggah akun Instagram @depok24jam, dikutip Kamis (15/6/2023).

Baca juga: Gunungan Sampah di Kali Baru Margonda Depok Telah Diangkut

Dalam foto tersebut tampak sampah yang menggunung. Kebanyakan sampah di sana memang terdiri dari styrofoam, tapi ada juga kresek, cup gelas, botol, kayu-kayu, dan lainnya.

Bahkan, karena tertutup sampah, Kali Baru dalam foto unggahan akun @depok24jam tidak tampak seperti kali, malah justru tampak seperti tempat pembuangan sampah.

Sampah makan bahu jalan di Pasar Rubuh Cipondoh

Petugas Dinas Lingkungan hidup Kota Tangerang telah mengangkut tumpukan sampat yang memakan bahu Jalan KH Ahmad Dahlan, Petir, Cipondoh, Tangerang pada Selasa (6/6/2023). Dokumen Pemkot Tangerang Petugas Dinas Lingkungan hidup Kota Tangerang telah mengangkut tumpukan sampat yang memakan bahu Jalan KH Ahmad Dahlan, Petir, Cipondoh, Tangerang pada Selasa (6/6/2023).

Berbagai jenis sampah juga menumpuk di bahu Jalan KH Ahmad Dahlan, tepatnya di depan Pasar Rubuh, Petir, Cipondoh, Tangerang.

Berdasarkan pantauan Kompas.com pada Selasa (6/6/2023), tumpukan sampah itu telah memakan bahu jalan sekitar dua meter dan berjejer sepanjang kurang lebih 20 meter.

Tumpukan sampah itu didominasi oleh plastik yang berisi sampah sayuran dan sampah rumah tangga. Kondisi sampah itu telah mengering, tetapi mengeluarkan bau tak sedap.

Baca juga: Ini Langkah Pemkot Tangerang Cegah Sampah Menumpuk Lagi di Bahu Jalan Pasar Rubuh

Alhasil, para pengguna jalan, baik roda dua maupun roda empat, kesulitan melintas. Terlebih, apabila kendaraan itu melintas secara bersamaan bakal menimbulkan kemacetan.

Pemerintah Kota Tangerang telah menyiapkan sejumlah langkah untuk mencegah sampah kembali menumpuk di bahu jalan itu, salah satunya dengan membuat bank sampah.

Trotoar Pasar Induk Cibitung jadi TPS liar

Petugas kebersihan saat membersihkan sampah yang memenuhi trotoar jalan di Jalan Bosih Raya, samping pasar Cibitung, Kabupaten Bekasi.Dok.Pemkab Bekasi. Petugas kebersihan saat membersihkan sampah yang memenuhi trotoar jalan di Jalan Bosih Raya, samping pasar Cibitung, Kabupaten Bekasi.

Trotoar di depan Pasar Induk Cibitung dipenuhi sampah yang berserakan. Kondisi ini terlihat di Jalan Bosih Raya, Cibitung, Kabupaten Bekasi.

Pantauan Kompas.com di lokasi, Senin (5/6/2023), sampah rumah tangga yang dibungkus plastik tampak mendominasi, kebanyakan berisi sayur yang sudah mulai membusuk.

Baca juga: Saat Trotoar Jadi TPS Liar di Pasar Induk Cibitung, Pejalan Kaki Mengalah dan Jalanan Kumuh

Plastik berisi sampah rumah tangga itu membuat pejalan kaki kesulitan berjalan di trotoar. Mereka akhirnya "mengalah" pada tumpukan sampah dan berjalan di pinggir jalan raya.

Padahal, luas trotoar hampir dua meter. Namun, akibat diokupansi sampah, trotoar jadi tidak ramah bagi pejalan kaki. Warga sekitar mengeluhkan TPS liar yang menutup trotoar itu.

Pihak Kelurahan Wanasari memastikan segera memasang CCTV di trotar Pasar Induk Cibitung tepatnya di Jalan Bosih Raya, Cibitung, Kabupaten Bekasi.

Gunungan sampah di Pasar Kemiri Muka

Gunungan sampah di TPS Pasar Kemiri Muka yang bersinggungan langsung dengan kios pedagang.KOMPAS.com/M Chaerul Halim Gunungan sampah di TPS Pasar Kemiri Muka yang bersinggungan langsung dengan kios pedagang.

Kondisi Pasar Kemiri Muka, Depok, semakin jorok lantaran sampah-sampah di tempat pembuangan sementara (TPS) sudah menggunung.

Menurut pedagang setempat, gunungan sampah itu terjadi selama dua bulan terakhir. Akibatnya, tumpukan sampah mengganggu aktivitas jual beli di Pasar Kemiri Muka.

Selain sampah pedagang, sampah-sampah di sana juga berasal dari enam RW di sekitar Pasar Kemiri Muka, yaitu sayuran, buah-buahan, keranjang, karung, dan sampah rumah tangga.

Baca juga: Jamin Sampah di Pasar Kemiri Muka Bersih dalam 2 Minggu, Pemkot Depok Beri Syarat Ini

Ketua Kerukunan Pedagang Pasar Kemiri Muka Depok (KPPKMD) Karno Sumardo mengatakan, kondisi sampah yang menggunung itu bukan karena petugas Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok tak mengangkut.

Namun, intensitas pengangkutan sampah yang dilakukan petugas DLHK Kota Depok tak sebanding dengan sampah yang masuk di TPS tersebut. Sampah yang masuk ke TPS Pasar Kemiri Muka bisa mencapai tiga truk per hari.

Hal itu memicu kegeraman para pedagang Pasar Kemiri Muka. Buntutnya, para pedagang memasang sejumlah banner berisi protes yang ditujukan ke DLHK Kota Depok.

Warga Buang Sampah Sembarangan di Ciledug

Keberadaan tumpukan sampah yang berjajar di tengah jalan raya Ciledug, Kota Tangerang membuat masyarakat terganggu.Meskipun persoalan sampah berjajar di tengah jalan raya ini sudah menjadi pemandangan biasa bagi sebagian masyarakat, tetapi tidak sedikit pula di antara mereka mengeluhkan kondisi itu, Senin (9/1/2023).KOMPAS.com/Ellyvon Pranita Keberadaan tumpukan sampah yang berjajar di tengah jalan raya Ciledug, Kota Tangerang membuat masyarakat terganggu.Meskipun persoalan sampah berjajar di tengah jalan raya ini sudah menjadi pemandangan biasa bagi sebagian masyarakat, tetapi tidak sedikit pula di antara mereka mengeluhkan kondisi itu, Senin (9/1/2023).

Pemandangan tak biasa juga terjadi di sejumlah sudut kota Tangerang, Banten, di mana sampah ditumpuk di area dalam dan sekitar jalan raya.

Di Jalan HOS Cokroaminoto, Karang Tengah, Tangerang, pada Selasa (25/4/2023), tampak plastik-plastik sampah rumah tangga berjejer di pembatas jalan.

Baca juga: Fenomena Sampah di Tengah Jalan Ciledug: Pagi Menggunung, Siang Dibersihkan...

Sementara itu, kendaraan roda dua dan roda empat melintas di sisi kiri dan kanan pembatas jalan tersebut. Di sisi jalan lainnnya, ada pula pemotor yang kedapatan tengah membuang sampah rumah tangganya di pinggir Jalan HOS Cokroaminoto.

Tumpukan sampah bahkan berjejer di depan toko dan minimarket di jalan tersebut. Kondisi ini kerap membuat kesal pemilik toko karena tempat usahanya menjadi kotor dan bau.

(Penulis : Firda Janati, M Chaerul Halim, Muhammad Naufal | Editor : Fabian Januarius Kuwado, Ihsanuddin, Irfan Maullana, Ambaranie Nadia Kemala Movanita)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Usahanya Ditutup Paksa, Pemilik Restoran di Kebon Jeruk Bakal Tempuh Jalur Hukum jika Upaya Mediasi Gagal

Usahanya Ditutup Paksa, Pemilik Restoran di Kebon Jeruk Bakal Tempuh Jalur Hukum jika Upaya Mediasi Gagal

Megapolitan
Aktor Utama Pabrik Narkoba di Bogor Masih Buron, Polisi: Sampai Lubang Semut Pun Kami Cari

Aktor Utama Pabrik Narkoba di Bogor Masih Buron, Polisi: Sampai Lubang Semut Pun Kami Cari

Megapolitan
Polisi Amankan 8 Orang Terkait Kasus Pembacokan Remaja di Depok, 4 Ditetapkan Tersangka

Polisi Amankan 8 Orang Terkait Kasus Pembacokan Remaja di Depok, 4 Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Bukan Melompat, Disdik DKI Sebut Siswa SMP Jaksel Terpeleset dari Lantai 3

Bukan Melompat, Disdik DKI Sebut Siswa SMP Jaksel Terpeleset dari Lantai 3

Megapolitan
Insiden Siswa SMP Lompat dari Lantai 3, KPAI Minta Disdik DKI Pasang Sarana Keselamatan di Sekolah

Insiden Siswa SMP Lompat dari Lantai 3, KPAI Minta Disdik DKI Pasang Sarana Keselamatan di Sekolah

Megapolitan
3 Saksi Diperiksa Polisi dalam Kasus Dugaan Penistaan Agama yang Jerat Pejabat Kemenhub

3 Saksi Diperiksa Polisi dalam Kasus Dugaan Penistaan Agama yang Jerat Pejabat Kemenhub

Megapolitan
Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Matraman

Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Matraman

Megapolitan
Disdik DKI Bantah Siswa di Jaksel Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Dirundung

Disdik DKI Bantah Siswa di Jaksel Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Dirundung

Megapolitan
BNN Masih Koordinasi dengan Filipina Soal Penjemputan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass

BNN Masih Koordinasi dengan Filipina Soal Penjemputan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass

Megapolitan
Polisi Minta Keterangan MUI, GBI, dan Kemenag Terkait Kasus Dugaan Penistaan Agama Pendeta Gilbert

Polisi Minta Keterangan MUI, GBI, dan Kemenag Terkait Kasus Dugaan Penistaan Agama Pendeta Gilbert

Megapolitan
Walkot Depok: Bukan Cuma Spanduk Supian Suri yang Kami Copot...

Walkot Depok: Bukan Cuma Spanduk Supian Suri yang Kami Copot...

Megapolitan
Satpol PP Copot Spanduk Supian Suri, Walkot Depok: Demi Allah, Saya Enggak Nyuruh

Satpol PP Copot Spanduk Supian Suri, Walkot Depok: Demi Allah, Saya Enggak Nyuruh

Megapolitan
Polisi Bakal Panggil Indonesia Flying Club untuk Mengetahui Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Polisi Bakal Panggil Indonesia Flying Club untuk Mengetahui Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Megapolitan
Siswi SLB di Jakbar Dicabuli hingga Hamil, KPAI Siapkan Juru Bahasa Isyarat dan Pendampingan

Siswi SLB di Jakbar Dicabuli hingga Hamil, KPAI Siapkan Juru Bahasa Isyarat dan Pendampingan

Megapolitan
Ada Pembangunan Saluran Penghubung di Jalan Raya Bogor, Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan

Ada Pembangunan Saluran Penghubung di Jalan Raya Bogor, Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com