JAKARTA, KOMPAS.com - Petugas penyedia jasa lainnya perorangan (PJLP) di Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Utara, Bahri (25) memiliki harapan tersendiri untuk DKI Jakarta yang memasuki usia ke-496.
Harapan perantau dari Madura ke Jakarta sejak 2017 itu berangkat dari pengalamannya saat dia terseok-seok mencari pekerjaan di Ibu Kota.
"Mungkin harapannya lebih mudah mencari pekerjaan untuk orang yang belum dapat pekerjaan. Karena, Jakarta ini saya rasa, kalau enggak salur menyalur, susah," ungkap Bahri saat ditemui Kompas.com di Jalan Yos Sudarso, Sungai Bambu, Tanjung Priok, Jakarta Utara, belum lama ini.
Baca juga: Kisah Pijar, Eks Napi Tawuran yang Sukses Rintis Kedai Kopi Sendiri...
"(Maksudnya) bawaan. Sekarang cari pekerjaan di Jakarta, kalau enggak saling membawa, enggak bisa masuk. Harus ada orang-orang tertentu," tutur Bahri lagi.
Bahri menekankan, harapan ini sebenarnya bukan hanya ditujukan khusus untuk DKI Jakarta, tetapi juga untuk kota-kota lainnya di Indonesia.
"Mungkin se-Indonesia, dalam mencari pekerjaan itu ya penginnya yang bersih, di perusahaan, PT, swasta, maupun pemerintah, ya bersih saja," ucap Bahri.
Dia mengungkapkan, saat pertama kali datang ke Jakarta dalam kondisi tidak ada bekal sama sekali.
"Saya dulu masuknya polos, ya sekarang susah, buat masuk kayak begini susah. Enggak di sini doang, mungkin di PT mana juga susah," imbuh Bahri.
Untuk diketahui, Bahri nekat bertolak dari kampung halamannya di Madura, Jawa Timur, ke Jakarta dengan berbekal pendidikan sekolah menengah kejuruan (SMK).
Baca juga: Kalau Ingin Punya Uang di Jakarta, Harus Kerja Keras...
Bertahun-tahun tinggal di Ibu Kota, Bahri merasakan betul kerasnya Jakarta, terutama saat beradaptasi di masa-masa awal merantau.
Beradaptasi di lingkungan yang jauh berbeda dengan kehidupan di kampung halaman menjadi pengalaman tak terlupakan bagi Bahri. Pengalaman itu begitu membekas di hatinya.
"Ya dari lingkungan saja sih. Di sini orang-orangnya beda, kalau di daerah timur sana, mungkin lebih santun, lebih menghargai satu sama lain. Kalau di sini, ya gitu saja. Ya mengertilah," kata Bahri.
"Sembarangan bahasa sudah pernah saya rasakan. Intinya kalau soal keras, ya keras di sini," imbuh dia.
Selain itu, persaingan di Ibu Kota juga sangat ketat. Bahri merasakan persaingan ketat saat mencari pekerjaan di Jakarta.
Baca juga: Meski Hidup Sulit, Adang Tak Ingin Anaknya Ikut Jadi Penjual Gulali
Saat pertama kali tiba di Ibu Kota pada 2017, Bahri mencoba berbagai macam pekerjaan, salah satunya menjadi kuli panggul di pasar.
"Kuli panggul di pasar-pasar. Habis itu ketemu teman, lalu diajak ke hotel sebagai pencuci piring. Beberapa bulan kemudian ketemu teman lagi, diajak kerja ke ekspedisi. Habis itu ya ke sini, kebetulan bertemu teman juga," ucap Bahri.
Kini Bahari bekerja sebagai petugas penyedia jasa lainnya perorangan (PJLP) di Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Utara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.