JAKARTA, KOMPAS.com - Kebakaran menghanguskan 400 rumah di Jalan Kapuk Utara II, RW 03, Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, pada Minggu (30/7/2023).
Adapun jumlah pengungsi korban kebakaran Kapuk Muara mencapai 1.188 jiwa. Dari jumlah tersebut, terhitung ada sekitar 200 kepala keluarga (KK) yang tinggal di tenda pengungsian.
Berdasarkan pantauan Kompas.com pada Senin (31/7/2023) pukul 13.30 WIB, sejumlah korban kebakaran tengah mengais besi-besi di rumah mereka masing-masing yang sudah hangus terbakar.
Salah satu korban kebakaran bernama Kartono (49) mengatakan, besi atau kawat yang dia kumpulkan bersama anggota keluarganya setidaknya bisa dijual demi membeli sebungkus nasi.
Baca juga: Pemkot Jakut Pastikan Penuhi Kebutuhan Dasar Korban Kebakaran Kapuk Muara
"Ini lagi beres-beres, sedang bersihkan, lumayan untuk kebutuhan," kata Kartono.
Rumah Kartono masuk dalam area RT 001/RW 003, Kapuk Muara, tempat di mana pertama kali api berkobar.
Kartono mengatakan, ia membutuhkan uang tambahan guna membeli nasi bungkus untuk makan keluarganya.
"Ya lumayan, untuk beli nasi bungkus. Kalau beras kan masaknya saja enggak ada tempatnya, enggak ada kompor. Untuk sementara untuk beli nasi," lanjut dia.
Baca juga: Polda Metro Periksa Kesehatan dan Beri Trauma Healing bagi Korban Kebakaran di Kapuk Muara
Meski Kartono menyadari harga besi yang dikumpulkanya tidak seberapa, setidaknya dengan uang itu ia bisa mencukupi kebutuhan di luar bantuan yang diberikan sejumlah pihak terhadap korban kebakaran.
Sementara itu di tenda pengungsian, salah satu korban kebakaran di Kapuk Muara, Jakarta Utara, bernama Manda (21) mengeluhkan kurangnya air bersih.
Setelah rumah keluarganya habis dilahap api pada Minggu (30/7/2023), ia belum juga menerima air bersih.
"Sebenarnya enggak muluk-muluk ya, kayak air bersih saja. Soalnya dari kejadian kemarin enggak ada air," kata Manda saat ditemui Kompas.com.
Baca juga: Sempat Semprotkan APAR, Korban Kebakaran di Kapuk Muara: Api Malah Balik Arah, Besar Banget!
Karena belum ada air bersih, Manda mengatakan, tidak sedikit korban kebakaran yang belum mandi, bahkan terpaksa menahan buang air kecil atau besar.
"Enggak mandi-mandi, buang air saja susah banget. MCK belum ada di sini," ujar Manda.
Selain air bersih, Manda menuturkan, tidak sedikit pengungsi yang memiliki balita juga membutuhkan popok bayi.