Polisi Belum Jelaskan Alasan Laporan Rocky Gerung Hina Presiden Jokowi Termasuk Delik Biasa

JAKARTA, KOMPAS.com - Polda Metro Jaya belum memberikan alasan mengapa laporan terhadap pengamat politik Rocky Gerung yang diduga menghina Presiden Joko Widodo disebut aduan delik biasa.

Direktur Reserse Kriminal Khusus (Dirkrimsus) Kombes Ade Safri Simanjuntak mengatakan laporan tersebut termasuk delik biasa.

Delik biasa adalah delik yang dapat diproses tanpa persetujuan dari korban atau Presiden Joko Widodo yang di sini merasa dirugikan.

Baca juga: Terima Laporan Rocky Gerung Hina Presiden, Polisi: Itu Delik Biasa

"Dugaan tindak pidana yang dilaporkan oleh kedua pelapor yang tertuang dalam Laporan Polisi (LP) merupakan delik biasa," ungkap Ade Safri saat dihubungi, Rabu (2/8/2023).

Polda Metro Jaya menerima dua laporan terkait Rocky Gerung yang diduga menghina Presiden Joko Widodo.

Dua laporan yang dimaksud yakni pelapor atas nama S Hidayat Hasibuan, dengan Laporan Polisi nomor LP/B/4459/VII/2023/SPKT/Polda Metro Jaya, tertanggal 31 Juli 2023.

Kedua, pelapor atas nama Ferdinand Hutahaean, dengan Laporan Polisi nomor LP/B/4465/VIII/2023/SPKT/Polda Metro Jaya, tertanggal 1 Agustus 2023.

Diketahui, Rocky Gerung berbicara ketika berorasi dalam acara persiapan aksi akbar 10 Agustus 2023.

Baca juga: Polda Metro Terima 2 Laporan soal Rocky Gerung Diduga Hina Jokowi, Kini Lakukan Penyelidikan

Terdapat potongan video yang merekam Rocky diduga menghina Presiden Joko Widodo.

"Begitu Jokowi kehilangan kekuasaannya, dia jadi rakyat biasa, enggak ada yang peduli nanti. Tetapi, ambisi Jokowi adalah mempertahankan legasinya. Dia mesti pergi ke China buat nawarin IKN. Dia mesti mondar-mandir dari satu koalisi ke koalisi yang lain untuk mencari kejelasan nasibnya. Dia memikirkan nasibnya sendiri. Dia enggak mikirin nasib kita," kata Rocky.

"Itu b*** yang t**. Kalau dia b*** pintar, dia mau terima berdebat dengan Jumhur Hidayat. Tapi b*** ** itu sekaligus b** yang pengecut. Ajaib b*** tapi pengecut," kata Rocky.