JAKARTA, KOMPAS.com – Pelaku penipuan “Tinder Swindler” versi Indonesia menggunakan bisnis jual beli daring fiktif untuk mendapatkan untung dari puluhan korbannya.
Pelaku menyasar wanita mapan yang masih melajang, dan melancarkan bujuk rayu agar korban mau berbisnis bersama demi membangun masa depan.
Salah satu korban berinisial DH (41) mengungkapkan, sebelum menawarkan bisnis ini, pelaku terlebih dahulu mendapatkan kepercayaan korban melalui komunikasi intens berisi perkenalan latar belakang.
“Dalam tiga-empat hari, aku merasa klik sama dia. Karena dia ini pintar banget. Kelihatan dari cara dia berbicara dan topik pembicaraan kami,” ujar DH saat berbincang dengan Kompas.com di salah satu kafe bilangan Jakarta Barat, Sabtu (15/7/2023).
Baca juga: Kisah “Tinder Swindler” Versi Indonesia: Pelaku Bermodus Romansa, Korban Merugi Miliaran
Kepada DH, pelaku mencitrakan diri sebagai pria bernama Andrew, warga negara Malaysia, berusia 30-an akhir yang pernah menikah tetapi sang istri meninggal dunia karena kanker.
Andrew mengaku berprofesi sebagai auditor di perusahaan minyak Malaysia.
Selain itu, Andrew mengaku, ditinggal orangtua sejak usia lima tahun. Ia diasuh oleh paman dan bibi yang meninggal dunia ketika ia memasuki masa kuliah.
“Dia mencoba bangun empati dan membuat saya berpikir, kok ada orang ganteng yang nasibnya kayak begitu ya? Dia juga cerita panjang soal masa lalunya pernah jobless dan enggak punya teman. Dia baru dapat teman setelah sukses dan sebagainya,” ujar DH.
Puncak dari komunikasi ini adalah janji pelaku akan melepaskan pekerjaannya di Malaysia dan pergi ke Jakarta untuk menikahi DH.
Pada momen inilah pelaku kemudian menyinggung bisnis jual beli daring yang disebutnya sebagai salah satu sumber kekayaannya selama ini.
Bisnis itu disebut sangat penting sebagai fondasi finansial ketika nanti mereka sudah berumah tangga.
Bisnis jual beli daring yang dimaksud adalah sebuah website. Pelaku menyebut, itu adalah e-commerce besar di China.
Baca juga: Pig Butchering, Modus Penipuan Investasi Kripto Mirip “Tinder Swindler di Netflix
DH pertama-tama diminta membuat akun di website itu. Artinya, DH mendaftarkan diri jadi merchant di sana.
Meski berstatus merchant, DH diminta membeli barang di dalam website itu seperti meja, kursi, lampu hias, dan sebagainya. Pembelian dilakukan menggunakan aplikasi penyedia transaksi menggunakan dollar.
Sekilas, mekanisme kerjanya seperti dropshipper di mana pemilik toko tidak mesti berurusan dengan barang dan pengemasan.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.