JAKARTA, KOMPAS.com - Pelaku penipuan bermodus asmara dan jual beli daring alias “Tinder Swindler Indonesia” mencitrakan diri dengan cerita cukup sempurna di mata para korbannya.
Pelaku menonjolkan dirinya seolah memiliki pekerjaan yang menjanjikan untuk masa depan para korbannya. Kepada salah seorang korban berinisial AN, pelaku mengaku bekerja di bidang teknologi informasi (IT).
"Dia juga bilang ke saya kalau dia punya perusahaan IT software dengan pekerja sejumlah 19 orang karyawan dengan rentang umur 25-32 tahun," tutur AN kepada Kompas.com, pertengahan Juli lalu.
Baca juga: Saat Para Korban Tinder Swindler Indonesia Berjejaring demi Hentikan Kejahatan Serupa...
Pria yang mengaku bernama Kenneth ini pernah bilang berkuliah di jurusan IT di Shanghai Jiao Tong University, Cina. Ia juga bilang pernah tinggal di sana selama beberapa tahun.
"Dia akhirnya balik ke Malaysia karena papanya meninggal dan ibunya sendiri. Jadi dia mau nemenin ibunya. Dia bilang punya kakak, tapi di Singapura dan sudah menikah," ucap AN.
Sementara itu, pelaku bercerita pada korban lain berinisial IS bahwa ia seorang supervisor auditor. Kendati demikian, kata IS, pelaku mengatakan punya pekerjaan sampingan.
Dari situlah IS mulai dibujuk rayu untuk ikut terjun ke bisnis jual beli daring fiktif untuk mendapatkan untung dari para korbannya.
Baca juga: Penipu “Tinder Swindler Indonesia” Diduga Jaringan Besar
Sebelum menawarkan bisnis ini, pelaku terlebih dahulu mendapatkan kepercayaan korban melalui komunikasi intens berisi perkenalan latar belakang hingga banjir ungkapan cinta.
Dari komunikasi itu, IS juga ditawari untuk terjun ke bisnis jual beli daring melalui platform Cashopee, aplikasi palsu yang dibuat semirip mungkin dengan Shopee.
Pelaku menyebut, itu adalah e-commerce besar di Cina. Meski berstatus merchant, korban diminta membeli barang di dalam website itu tanpa bisa mengambil keuntungannya.
Setidaknya, sudah ada 27 orang yang terjaring sebagai korban dan terkumpul di dalam sebuah grup. Bila ditotal, kerugian para korban bisa mencapai lebih dari Rp 3 miliar.
Baca juga: Wanita Korban “Tinder Swindler” Versi Indonesia Kebanyakan “Single Mom”, Kaya, dan Sedang Cari Jodoh
Mereka juga sudah melaporkan kasus itu ke Polda Metro Jaya, Rabu (19/7/2023). Laporan polisi teregister dengan nomor LP/B/4163/VII/2023/SPKT/POLDA METRO JAYA.
Namun, bagi korban, peristiwa yang dialaminya ini jauh lebih penting untuk diketahui oleh masyarakat Indonesia, terutama para wanita yang hendak membangun hubungan melalui dating apps agar tidak ada korban lagi di kemudian hari.
Catatan redaksi: Apabila Anda merupakan korban penipuan seperti artikel di atas dan ingin berbagi kisah, silakan hubungi tim Megapolitan di sejumlah akun media sosial Kompas.com, yakni Twitter, Instagram, TikTok, atau Telegram.)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.