Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengakuan Korban, Penipu "Tinder Swindler Indonesia" Selalu Menolak Diajak "Video Call"

Kompas.com - 23/08/2023, 18:00 WIB
Larissa Huda

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pelaku penipuan bermodus asmara dan jual beli daring alias “Tinder Swindler Indonesia” selalu menolak ajakan para korbannya untuk melakukan panggilan video (video call).

Para korban sempat curiga atas keengganan terduga pelaku untuk panggilan video. Namun, pelaku selalu mengerahkan bujuk rayunya hingga korban luluh.

Adapun fakta tersebut diungkap oleh salah satu korban berinisial LN. Ia mengaku sempat curiga pada awal perkenalan lantaran pelaku selalu menolak video call.

Baca juga: Penipu Tinder Swindler Indonesia Diduga Lakukan Victim Profiling Sebelum Jerat Korban

"Cuma saya karena merasa dia ganteng, terus kok perhatian. Jadi setiap hari WA (Whatsaap)-in saya terus. Saya enggak WA, dia selalu WA. Tanya keadaan saya, dan sebagainya," ucap LN kepada Kompas.com pada pertengahan Juli lalu.

Menurut LN, pelaku selalu memborbardir dirinya dengan gombalan halus, perhatian, serta waktu untuk saling berbagi informasi dan pengetahuan.

"Dia mengerti saya ini tipe orang yang seperti apa. Tapi memang kalau untuk diajak video call, dia memang kayak marah-marah begitu," ucap LN.

Penolakan untuk video call justru memberikan LN pandangan berbeda terhadap pelaku. Pasalnya, menurut LN, rata-rata pria yang mendekatinya selalu ada maksud tersembunyi.

Baca juga: Cerita Wanita yang Mempersatukan Korban “Tinder Swindler Indonesia” Sebelum Putuskan Lapor Polisi

Biasanya, ucap LN, setiap pria yang menginginkan dirinya sebagai pasangan selalu meminta, setidaknya, bergandengan tangan atau berfoto bersama.

"Tapi dia ini enggak. Makanya saya merasa, oh ini cowok baik ya. Dia pun bahkan enggak minta foto saya. Tapi dia enggak mau saya kirimin dia foto saya," kata LN.

"Kan biasanya kalau cowok-cowok, oh aku mau dong foto kamu hari ini. Tapi kami cewek kan suka sebal ya. Tapi ini cowok beda sendiri. Inilah yang bikin saya tertarik," ujar LN lagi.

Penolakan serupa juga dialami oleh korban berinisial CA. Upaya CA memaksa video call pelaku yang mengaku bernama Kenneth Woo Jin Wi tak pernah berhasil.

Baca juga: Pakar IT Sebut Pelaku Penipuan The Tinder Swindler Indonesia Profesional dan Terpelajar

Saat itu, CA sudah mencurigai gelagat pelaku. Pelaku juga mulai mengendus kecurigaan CA. Situasi itu membuat pelaku bertanya pada CA soal apa yang sedang terjadi.

CA terus memaksa pelaku untuk video call untuk mengklarifikasi semuanya karena ada pekerjaan yang harus ia jaga dan pelaku sudah mendapatkan uangnya.

"Aku pada akhirnya paksa dia video call, tapi tapi lagi-lagi dia enggak mau. Dan dia panik juga kayaknya. Dia kayak mau menuduh bahwa aku enggak percaya sama dia," ucap CA. 

Tapi akhirnya pelaku menelepon CA sambil menangis. Intinya, pelaku minta maaf. CA pun terus mengkonfrontasi situasi. Menurut CA, pelaku akhirnya mengakui bahwa toko itu scam.

Baca juga: Kasus Penipuan Tinder Swindler, Pakar: Urusan Asmara Buat Korban Jadi Gelap Mata

Korban ditawari untuk terjun ke bisnis jual beli daring melalui platform lokapasar, aplikasi palsu yang dibuat semirip mungkin dengan e-commerce besar di Asia Tenggara.

Pelaku menyebut, itu adalah e-commerce besar di Cina. Meski berstatus merchant, korban diminta membeli barang di dalam website itu tanpa bisa mengambil keuntungannya.

Setidaknya, sudah ada 27 orang yang terjaring sebagai korban dan terkumpul di dalam sebuah grup. Bila ditotal, kerugian para korban bisa mencapai lebih dari Rp 3 miliar.

Mereka juga sudah melaporkan kasus itu ke Polda Metro Jaya, Rabu (19/7/2023). Laporan polisi teregister dengan nomor LP/B/4163/VII/2023/SPKT/POLDA METRO JAYA.

Baca juga: Pelaku Tinder Swindler Indonesia Diduga Manfaatkan Kelemahan Hindsight Bias pada Manusia, Apa Itu?

Namun, bagi korban, peristiwa yang dialaminya ini jauh lebih penting untuk diketahui oleh masyarakat Indonesia, terutama para wanita yang hendak membangun hubungan melalui dating apps agar tidak ada korban lagi di kemudian hari.

Catatan redaksi: Apabila Anda merupakan korban penipuan seperti artikel di atas dan ingin berbagi kisah, silakan hubungi tim Megapolitan di sejumlah akun media sosial Kompas.com, yakni Twitter, Instagram, TikTok, atau Telegram.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadwal dan Daftar Kereta Api Tambahan 16-31 Mei 2024

Jadwal dan Daftar Kereta Api Tambahan 16-31 Mei 2024

Megapolitan
Putar Otak Jukir Liar Setelah Dilarang, Ingin Jadi Tukang Servis AC hingga Kerja di Warung

Putar Otak Jukir Liar Setelah Dilarang, Ingin Jadi Tukang Servis AC hingga Kerja di Warung

Megapolitan
Pelajar Depok Nyalakan Lilin dan Doa Bersama di Jembatan GDC untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga

Pelajar Depok Nyalakan Lilin dan Doa Bersama di Jembatan GDC untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga

Megapolitan
FA Curi dan Sembunyikan Golok Tukang Kelapa untuk Bunuh Pamannya di Tangsel

FA Curi dan Sembunyikan Golok Tukang Kelapa untuk Bunuh Pamannya di Tangsel

Megapolitan
Bentuk Tim Lintas Jaya untuk Tertibkan Juru Parkir Liar, Kadishub DKI: Terdiri dari Polisi, TNI, sampai Kejaksaan

Bentuk Tim Lintas Jaya untuk Tertibkan Juru Parkir Liar, Kadishub DKI: Terdiri dari Polisi, TNI, sampai Kejaksaan

Megapolitan
Korban Kecelakaan Bus di Subang Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Korban Kecelakaan Bus di Subang Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Megapolitan
Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Megapolitan
Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Megapolitan
Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Megapolitan
Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisasi Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisasi Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Megapolitan
Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Megapolitan
Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Megapolitan
Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Megapolitan
Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Megapolitan
Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com