JAKARTA, KOMPAS.com - Pelaku penipuan bermodus asmara dan jual beli daring alias “Tinder Swindler Indonesia” selalu menolak ajakan para korbannya untuk melakukan panggilan video (video call).
Para korban sempat curiga atas keengganan terduga pelaku untuk panggilan video. Namun, pelaku selalu mengerahkan bujuk rayunya hingga korban luluh.
Adapun fakta tersebut diungkap oleh salah satu korban berinisial LN. Ia mengaku sempat curiga pada awal perkenalan lantaran pelaku selalu menolak video call.
"Cuma saya karena merasa dia ganteng, terus kok perhatian. Jadi setiap hari WA (Whatsaap)-in saya terus. Saya enggak WA, dia selalu WA. Tanya keadaan saya, dan sebagainya," ucap LN kepada Kompas.com pada pertengahan Juli lalu.
Menurut LN, pelaku selalu memborbardir dirinya dengan gombalan halus, perhatian, serta waktu untuk saling berbagi informasi dan pengetahuan.
"Dia mengerti saya ini tipe orang yang seperti apa. Tapi memang kalau untuk diajak video call, dia memang kayak marah-marah begitu," ucap LN.
Penolakan untuk video call justru memberikan LN pandangan berbeda terhadap pelaku. Pasalnya, menurut LN, rata-rata pria yang mendekatinya selalu ada maksud tersembunyi.
Biasanya, ucap LN, setiap pria yang menginginkan dirinya sebagai pasangan selalu meminta, setidaknya, bergandengan tangan atau berfoto bersama.
"Tapi dia ini enggak. Makanya saya merasa, oh ini cowok baik ya. Dia pun bahkan enggak minta foto saya. Tapi dia enggak mau saya kirimin dia foto saya," kata LN.
"Kan biasanya kalau cowok-cowok, oh aku mau dong foto kamu hari ini. Tapi kami cewek kan suka sebal ya. Tapi ini cowok beda sendiri. Inilah yang bikin saya tertarik," ujar LN lagi.
Penolakan serupa juga dialami oleh korban berinisial CA. Upaya CA memaksa video call pelaku yang mengaku bernama Kenneth Woo Jin Wi tak pernah berhasil.
Saat itu, CA sudah mencurigai gelagat pelaku. Pelaku juga mulai mengendus kecurigaan CA. Situasi itu membuat pelaku bertanya pada CA soal apa yang sedang terjadi.
CA terus memaksa pelaku untuk video call untuk mengklarifikasi semuanya karena ada pekerjaan yang harus ia jaga dan pelaku sudah mendapatkan uangnya.
"Aku pada akhirnya paksa dia video call, tapi tapi lagi-lagi dia enggak mau. Dan dia panik juga kayaknya. Dia kayak mau menuduh bahwa aku enggak percaya sama dia," ucap CA.
Tapi akhirnya pelaku menelepon CA sambil menangis. Intinya, pelaku minta maaf. CA pun terus mengkonfrontasi situasi. Menurut CA, pelaku akhirnya mengakui bahwa toko itu scam.
Korban ditawari untuk terjun ke bisnis jual beli daring melalui platform lokapasar, aplikasi palsu yang dibuat semirip mungkin dengan e-commerce besar di Asia Tenggara.
Pelaku menyebut, itu adalah e-commerce besar di Cina. Meski berstatus merchant, korban diminta membeli barang di dalam website itu tanpa bisa mengambil keuntungannya.
Setidaknya, sudah ada 27 orang yang terjaring sebagai korban dan terkumpul di dalam sebuah grup. Bila ditotal, kerugian para korban bisa mencapai lebih dari Rp 3 miliar.
Mereka juga sudah melaporkan kasus itu ke Polda Metro Jaya, Rabu (19/7/2023). Laporan polisi teregister dengan nomor LP/B/4163/VII/2023/SPKT/POLDA METRO JAYA.
Namun, bagi korban, peristiwa yang dialaminya ini jauh lebih penting untuk diketahui oleh masyarakat Indonesia, terutama para wanita yang hendak membangun hubungan melalui dating apps agar tidak ada korban lagi di kemudian hari.
Catatan redaksi: Apabila Anda merupakan korban penipuan seperti artikel di atas dan ingin berbagi kisah, silakan hubungi tim Megapolitan di sejumlah akun media sosial Kompas.com, yakni Twitter, Instagram, TikTok, atau Telegram.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/08/23/18000031/pengakuan-korban-penipu-tinder-swindler-indonesia-selalu-menolak-diajak