"Enggak ada lapangan kak, paling ke asrama polisi, iya Palmerah. Tapi lebih dekat ke sini," ujar Arpan.
Baca juga: Main Layangan di TPU Grogol Kemanggisan, Anak-anak: Enggak Ada Tempat Lain
Pantauan Kompas.com, memang kawasan tersebut adalah pemukiman padat penduduk. Jangankan tanah lapang, lahan untuk rumah saja masih berdesakan.
Kejar terus sampai kaki berdarah
Arfan bertutur, karena bermain di TPU, ia dan anak-anak lain tak jarang tersandung saat mengejar layangan putus.
Tentu saja, nisan-nisan dan gundukan tanah pemakaman tidak ditujukan sebagai tempat bermain.
"Kalau layangan putus ya dikejar, kalau enggak dapat, nungguin yang putus. Kalau enggak dapat lagi, ya pulang, haha," ujar Arfan.
"Ini, Kak, kaki dia pernah kena paku pas kejar layangan," imbuh Arfan tertawa lebar sambil menunjuk kaki bocah lain bernama Oji (8).
Sedangkan bocah yang disebut hanya cengengesan saja, sembari ikut memperlihatkan bekas lukanya.
"Pernah juga saya, keseruduk. Itu kan ada kayu ada pakunya keinjak ini. Ya berdarah," ujar Oji sambil menunjuk tumitnya.
"Dia kagak kapok mah, noh buktinya maen lagi ha-ha. Kalau saya paling luka-luka doang. Kagak (kapok) lah. Tetap semangat, layangan itu penting," kata Arfan menimpali.
Ingin ada lapangan bermain
Selain Arfan dan Oji, bocah lain bernama Dodi (15) juga menyampaikan keinginan serupa untuk bisa menikmati lapangan luas sebagai tempat bermain.
Bagi dia, kuburan menjadi tempat yang pas untuk mengadu layangan lantaran tak ada tanah luas lain tanpa gedung-gedung tinggi dan kabel semrawut dekat rumahnya.
Karena itu, Dodi berharap ada lapangan atau tanah luas bagi mereka untuk bermain layangan tanpa khawatir terluka.
"Pengin sih ada tempat main kayak lapangan, tapi minta sama siapa? Siapa yang mau bikinin, Kak, haha," ujar Dodi.