Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS METRO

Dorong Masyarakat Naik Kendaraan Umum, Transjakarta Siap Berikan Layanan Optimal

Kompas.com - 13/09/2023, 11:00 WIB
A P Sari

Editor

"Jarak dari rumah ke kantor itu sekitar 25 kilometer. Kalau mengendarai motor sendiri pasti capek. Jadi, saya memutuskan untuk naik bus Transjakarta. Lebih hemat dan tidak perlu macet-macetan," ungkap Dita. 

Dari rumah, Dita naik ojek online (ojol) ke halte Transjakarta terdekat. Meskipun harus transit dua kali, ia enggan beralih ke kendaraan umum lain.

Baca juga: Pakai Bus Listrik, Transjakarta Berhasil Kurangi 9,9 Persen Emisi 

"Sejauh ini, saya nyaman menggunakan bus Transjakarta, karena sudah hafal kondisi jalan dan jadwal bus. Semoga, sistem transit lebih mudah dan armadanya lebih banyak. Kalau bisa ditambahkan juga angkutan penghubung seperti Mikrotrans di daerah perumahan," ucapnya.

Penggunaan transportasi umum oleh masyarakat, termasuk bus Transjakarta, membuka peluang bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Dengan menghadirkan sarana transportasi umum yang baik, polusi udara dari sumber bergerak dapat ditekan. Demikian pula kemacetan yang merupakan salah satu masalah klasik kota Jakarta. 

Climate and Energy Campaigner Greenpeace Bondan Andriyanu juga berpendapat, optimalisasi transportasi umum, seperti bus Transjakarta, memang menjadi salah satu solusi mengatasi polusi udara. Hanya saja, ia menganggap perlu pematangan program berdasarkan data riil dari lapangan, agar sesuai dengan jenis dan penyebab polusi yang dialami Jakarta saat ini.

Baca juga: Dorong Masyarakat Naik Bus Listrik, Transjakarta: Penumpang Akan Happy karena Tak Mengotori Lingkungan 

"Jika data yang dipakai menunjukkan bahwa penggunaan transportasi dapat mengurangi polusi, cara ini bisa saja berhasil. Namun, harus ditentukan juga berapa persen kendaraan pribadi yang harus dikurangi, untuk dapat membuat masyarakat beralih menggunakan transportasi umum. Penggunaan metode push and pull perlu dipertimbangkan," urainya. 

Bondan pun berharap, Pemprov DKI Jakarta melakukan monitoring dan evaluasi berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan. Selain itu, sebagai penyedia transportasi massal, Transjakarta juga harus meningkatkan mutu layanannya untuk menarik pelanggan lebih banyak. 

"Misalnya, dengan memberlakukan sistem pembayaran yang mudah dan murah serta rute yang terintegrasi dengan lebih baik. Jangan sampai ketika masyarakat ingin beralih, pihak penyedia layanan tidak siap," paparnya. 

Bondan pun berharap, upaya mendorong penggunaan transportasi umum dapat benar-benar menurunkan kadar polusi udara yang mulai mengancam kesehatan masyarakat. Sebab, pemerintah sudah harus menjadikan polusi udara sebagai masalah prioritas, sehingga harus dicarikan solusi yang berdampak.

Baca juga: Bus Listrik Efektif Kurangi Polusi, Transjakarta: Pengurangan Emisi 9,9 Persen 

"Jika solusi dari sisi transportasi berhasil, pemerintah harus menemukan cara agar dapat diaplikasikan dalam jangka panjang. Selain itu, karena polusi udara tidak 'ber-KTP', perlu ada riset untuk mencari sumber dan persebarannya, agar bisa dikurangi atau dihentikan," bebernya. 

Di sisi lain, Bondan mengharapkan pemerintah dapat bekerja sama dan berkoordinasi lintas sektoral untuk mencari solusi berkelanjutan, baik untuk jangka pendek maupun panjang. Ia pun berharap, solusi yang dicetuskan dapat menjadi solusi nyata dan tidak hanya dari sisi transportasi saja. 

Menurutnya, pemerintah dapat membuka kerja sama dengan pihak yang memiliki concern sama terhadap polusi udara, seperti ahli, komunitas, hingga masyarakat lintas sektoral. Hal ini akan membantu dalam menentukan regulasi dan penanggulangan masalah polusi udara yang lebih komprehensif serta tepat sasaran. 

"Sebenarnya, masalah polusi sudah terdengar sejak 2019. Jadi, jika pemerintah berhasil menemukan solusi yang tepat, kita tidak bingung jika hal serupa terjadi lagi. Keterlibatan seluruh aspek masyarakat sangat penting untuk dapat mengatasi masalah ini," pungkas Bondan. (Rindu Pradipta Hestya)

Baca juga: PT Transjakarta Akan Tambah 48 Unit Bus Listrik Tahun Ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com