"Mau saja mulai, tapi kan kalau di medsos, perlu usaha dari awal lagi. Jadi, sama saja kayak merintis usaha lagi awal," tambah dia.
Edi (40), pedagang pakaian di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, mengaku takut ditertawakan konsumen apabila ia berdagang secara online.
Edi menyebutkan, kualitas barang yang ia jual terlalu tinggi apabila dijual di toko online. Sementara itu, pedagang di toko online memasang harga terlalu murah.
"Kalau di online itu kan barang-barang low-end, barang-barang murah. Kalau kami di sini barang impor. Barang impor atau barang premium, jadi kalau kami live (jual melalui siaran langsung), itu orang skip (lewat) doang," ujar Edi kepada Kompas.com di Pasar Tanah Abang, Rabu.
Baca juga: Tak Jualan di Medsos, Pedagang Pasar Tanah Abang: Nanti Ditertawakan karena Pasang Harga Tinggi
"Kalau (berdagang) barang impor (di live medsos), kami diketawain oranglah ketika pasang harga (tinggi). Enggak masuk," lanjut dia.
Edi mencontohkan, satu buah baju anak dengan kualitas premium biasa ia jual dengan harga Rp 125.000-Rp 150.000.
Jika dibandingkan dengan yang dijual melalui fitur siaran langsung di media sosial, harga baju premium yang dijual Edi bisa dua kali lipat lebih mahal.
Perbedaan harga barang impor kualitas premium dan barang yang dijual melalui media sosial pun akan sangat terlihat.
Pertimbangan itulah yang membuat Edi memilih tidak berdagang lewat media sosial.
"Kami enggak berani masuk online karena modal barangnya saja, kami sudah tinggi," kata dia.
(Penulis: Joy Andre | Editor: Ihsanuddin, Nursita Sari)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.