Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Serahkan Sepucuk Surat, Massa Aksi Solidaritas untuk Warga Rempang di Depan Kedubes China Membubarkan Diri

Kompas.com - 19/09/2023, 14:04 WIB
Dzaky Nurcahyo,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah aktivis yang menggelar aksi solidaritas di depan Kedutaan Besar (Kedubes) China, Setiabudi, Jakarta Selatan, telah membubarkan diri.

Pantauan Kompas.com, massa aksi yang terdiri dari berbagai elemen organisasi mulai membubarkan diri secara teratur sekitar pukul 12.15 WIB.

Mereka membubarkan diri setelah menyerahkan sepucuk surat kepada satpam sebagai perwakilan Kedubes China.

Baca juga: Puluhan Aktivis Gelar Aksi di Depan Kedubes China, Solidaritas untuk Warga Pulau Rempang

Penanggung jawab aksi solidaritas, Rizaldi mengatakan, surat itu berisi permohonan untuk meninjau bagaimana praktik Xinyi Group yang berniat berinvestasi di Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco Park.

"Kami mendesak Kedubes China untuk me-review dan melihat bagaimana praktik PT Xinyi dalam menanamkan modalnya dalam proyek PSN di Pulau Rempang," ujar dia kepada wartawan, Selasa (19/9/2023).

"Apakah penanaman modal itu sudah sesuai dengan standar HAM yang memang telah diatur oleh pemerintah China itu sendiri," sambung dia.

Rizaldi dan puluhan aktivis lainnya menilai, keran investasi yang dibuka pemerintah kepada Xinyi Group melanggar HAM.

Sebab, masyarakat Pulau Rempang seolah-olah diusir dari tanahnya sendiri dan hak-haknya sebagai manusia tak dipenuhi.

Baca juga: Janji Hunian Layak Tak Kunjung Ditepati, Warga Kampung Bayam Bisa Tergusur Dua Kali

"Di Rempang kita melihat beberapa bentuk pelanggaran HAM, yakni pelanggaran untuk mendapatkan rasa aman, masyarakat tak memperoleh akses kesehatan. Bahkan akses pendidikan juga sama, sama-sama ditutup,", ungkap dia.

Diberitakan sebelumnya, lebih dari 20 aktivis dari berbagai elemen menggelar aksi solidaritas atas dugaan kriminalisasi dan intimidasi terhadap masyarakat Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau.

Pantauan Kompas.com, mereka mulai melakukan aksi sekitar pukul 11.00 WIB.

Beberapa dari mereka membawa beberapa poster yang berisikan sindiran kepada pemerintah.

"Stop kriminalisasi dan intimidasi," bunyi tulisan salah satu poster.

"Lindungi hak rakyat atas wilayah kelola sebagai hak asasi manusia," bunyi tulisan di poster lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Megapolitan
Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Megapolitan
Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung 'Political Will' Heru Budi

Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung "Political Will" Heru Budi

Megapolitan
Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Megapolitan
Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Megapolitan
Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Megapolitan
Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com