Icha mengaku, penjualannya yang sedikit tidak sebanding dengan usahanya ketika berjualan.
Setiap harinya, ia harus berteriak untuk mendapatkan perhatian pengunjung Pasar Tanah Abang.
Icha sejatinya juga pernah berjualan melalui akun TikTok. Namun, penonton jualannya Icha hanya sedikit.
"Padahal, kita sudah teriak-teriak sampai suara saya habis. Kadang, kita live enggak ada yg checkout," urai Icha.
Mendengar keluhan Icha, Zulkifli menegaskan, Pemerintah Pusat kini hanya mengizinkan sosial media sebagai alat promosi.
Baca juga: Pro-Kontra Pelarangan Social Commerce, Tidak Akan Kembalikan Pembeli di Tanah Abang
Sosial media, lanjutnya, tak diperkenankan untuk berjualan. "Kalau dia mau menjadi social commerce, harus ada izin. Nah, social media, itu dia enggak boleh jualan," kata Zulkifli
"Hanya iklan saja seperti TV, TV kan iklan saja, promosi," urainya.
Salah satu yang terkena kebijakan ini adalah platform TikTok Shop. Pemerintah Pusat melarang operasional TikTok Shop dan hanya mengizinkan TikTok sebagai sosial media.
Dengan kebijakan ini, Zulkifli Hasan berharap perekonomian di pasar-pasar offline seperti Tanah Abang bisa kembali bergairah.
Berbeda dengan Zulkifli Hasan, sejumlah masyarakta yang merupakan konsumen menganggap pelarangan TikTok Shop kurang efektif lantaran tak memberi jaminan pelanggan Pasar Tanah Abang akan kembali.
Pekerja lepas Rico (22), salah satunya. Dia mengetahui dan bersimpati terhadap para pedagang di Pasar Tanah Abang yang sepi pembeli.
Baca juga: Pedagang Pasar Tanah Abang Tak Setuju Penjualan Live Medsos Dihentikan
Menurut dia, pelarangan TikTok Shop bukanlah solusi. “Karena memang sekarang sudah eranya digital, yang konvensional harus menyesuaikan,” sambung dia.
Rico justru berharap Pemerintah bisa memberikan edukasi strategi pemasaran kepada para pedagang agar dapat berjualan secara daring.
Pegawai swasta bernama Putri (28) mengatakan hal serupa. Menurut dia, tanpa TikTok Shop, ada banyak konsumen di berbagai e-commerce lainnya, contohnya Shopee dan Tokopedia.
“Enggak ngaruh (TikTok Shop dilarang). Sebelum ada TikTok Shop aja tuh rame kan orang belanja online di platform lainnya,” kata Putri.
“Kalau dari aku yang faktor mager (males gerak), memang lebih suka belanja online saja,” lanjut dia.
(Tim Redaksi: Xena Olivia, Muhammad Naufal, Ambaranie Nadia Kemala Movanita, Irfan Maullana, Ihsanuddin)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.