Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepi Pelanggan, Hamid Tukang Patri Kini Andalkan Belas Kasih Orang demi Bayar Kontrakan

Kompas.com - 07/10/2023, 12:36 WIB
Baharudin Al Farisi,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang tukang patri bernama Hamid (78) mengungkapkan, di zaman sekarang, sudah jarang yang menggunakan jasanya.

Sebab, material perabot dapur sudah beralih menjadi plastik.

"Iya (sulit dapat pelanggan), sekarang serba plastik, rantang yang plastik, baskom plastik," kata Hamid saat ditemui Kompas.com di Jalan Ampera Raya, Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (5/10/2023).

Baca juga: Kisah Hamid, Lebih dari 50 Tahun Geluti Profesi Tukang Patri di Jakarta

Padahal, tarif yang Hamid patok untuk jasanya tidak terlalu besar dan itu tergantung tingkat kesulitan.

"(Kalau ada pelanggan, satu kali patri) Rp 10.000, kadang Rp 15.000, tergantung tingkat kesulitan. Tapi, kadang ada yang, 'ya sudah, Pak, kembaliannya untuk Bapak'. Ya alhamdulillah," sambung dia.

Karena sepinya pelanggan, Hamid banyak menghabiskan waktu dengan berdiam diri, melamun, memandang Jalan Ampera Raya, dan terkadang tertunduk lesu.

"Kalau ada yang patri ya kerja, kalau enggak ada yang tambal, ya begini, nongkrong. Habis mau bagaimana? enggak ada pekerjaan," ujar Hamid.

Namun, ada saja orang baik. Mereka memberikan rezeki kepada Hamid untuk kehidupan sehari-harinya.

Baca juga: Teka-teki Jasad Ibu-Anak Tinggal Tulang di Depok Terjawab Sudah...

"Rezekinya ada saja yang dikasih dari Allah. Kadang diberikan Rp 50.000, kadang Rp 100.000. Saya bukan minta atau mengemis, ya nerima saja. Orang kasih, masa ditolak. 'Pak, ada rezeki', gitu. Alhamdulillah," ujar dia.

Ia tidak menampik mengandalkan orang yang memberikan sedekah kepadanya untuk membayar kontrakan.

"Ngontrak. kalau enggak, ya saya di kampung. Ini karena ada yang kasih, kalau enggak ada, ya saya enggak bisa mengontrak, di kampung saja," ucap Hamid.

Tidak segan, ia mengungkapkan berapa biaya sewa per bulan kontrakannya.

"Rp 800.000, mahal. Ada yang murah di Jagakarsa, tapi jauh," ungkap dia.

Hamid yang sudah lebih 50 tahun menjadi tukang patri ini menegaskan bahwa ia tidak ingin menjadi pengemis.

Baca juga: Ibu yang Tewas Tinggal Tulang Bersama Anaknya di Depok Disebut Delusional dan Paranoid

"Kalau mengemis kan Rp 1.000, Rp 2.000, malu, nanti diusir sama petugas kamtib. Saya kan bukan mengemis, kalau mengemis, dibawa sama kamtib," kata dia.

Oleh karena itu, Hamid memilih tetap menjadi tukang patri meski pendapatan tidak seberapa dan hanya mengandalkan sedekah dari orang lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pilkada DKI Jalur Independen Dinilai Sepi Peminat karena Beratnya Syarat Dukungan

Pilkada DKI Jalur Independen Dinilai Sepi Peminat karena Beratnya Syarat Dukungan

Megapolitan
Maju Pilkada Jakarta, Dharma Pongrekun: Dukungan Rakyat yang Menitipkan Masa Depannya

Maju Pilkada Jakarta, Dharma Pongrekun: Dukungan Rakyat yang Menitipkan Masa Depannya

Megapolitan
Gunungan Sampah Longsor, TPA Cipayung Depok Sudah Tutup 2 Hari

Gunungan Sampah Longsor, TPA Cipayung Depok Sudah Tutup 2 Hari

Megapolitan
Soal Wacana Juru Parkir Liar Minimarket Diberi Pekerjaan, Pengamat: Lebih Baik Dijadikan Jukir Legal

Soal Wacana Juru Parkir Liar Minimarket Diberi Pekerjaan, Pengamat: Lebih Baik Dijadikan Jukir Legal

Megapolitan
Walkot Tangsel Sebut “Study Tour” ke Luar Daerah Bisa Diganti Kegiatan Sosial

Walkot Tangsel Sebut “Study Tour” ke Luar Daerah Bisa Diganti Kegiatan Sosial

Megapolitan
Kumpulkan 749.298 Dukungan Warga untuk Pilkada DKI, Dharma Pongrekun: Kuasa Tuhan

Kumpulkan 749.298 Dukungan Warga untuk Pilkada DKI, Dharma Pongrekun: Kuasa Tuhan

Megapolitan
Menurut Pakar, Dua Hal Ini Bikin Cagub Independen DKI Jakarta Sepi Peminat

Menurut Pakar, Dua Hal Ini Bikin Cagub Independen DKI Jakarta Sepi Peminat

Megapolitan
Pelabuhan Tanjung Priok Macet Total Hari Ini, Pengendara: Bikin Stres

Pelabuhan Tanjung Priok Macet Total Hari Ini, Pengendara: Bikin Stres

Megapolitan
Macet Total di Pelabuhan Tanjung Priok-Cilincing, Sopir JakLingko Habiskan 3 Jam Sekali Narik

Macet Total di Pelabuhan Tanjung Priok-Cilincing, Sopir JakLingko Habiskan 3 Jam Sekali Narik

Megapolitan
Kecelakaan SMK Lingga Kencana, Pengamat Transportasi: Insiden Serupa Terjadi Hampir Setiap Hari

Kecelakaan SMK Lingga Kencana, Pengamat Transportasi: Insiden Serupa Terjadi Hampir Setiap Hari

Megapolitan
Sespri Iriana Jokowi Optimistis Maju Cawalkot Bogor meski Belum Ada Partai Pengusung

Sespri Iriana Jokowi Optimistis Maju Cawalkot Bogor meski Belum Ada Partai Pengusung

Megapolitan
Walkot Tangsel Minta Sekolah Tunda Kegiatan 'Study Tour' ke Luar Daerah

Walkot Tangsel Minta Sekolah Tunda Kegiatan "Study Tour" ke Luar Daerah

Megapolitan
Dharma Pongrekun Fokus Perbaiki Syarat Dokumen untuk Maju Cagub Independen DKI Jakarta

Dharma Pongrekun Fokus Perbaiki Syarat Dokumen untuk Maju Cagub Independen DKI Jakarta

Megapolitan
Baik dan Buruk 'Study Tour' di Mata Orangtua Murid, Ada yang Mengeluh Kemahalan...

Baik dan Buruk "Study Tour" di Mata Orangtua Murid, Ada yang Mengeluh Kemahalan...

Megapolitan
Juru Parkir Liar Minimarket Bakal Ditertibkan, Pengamat: Siapa yang Mengawasi Keamanan Kendaraan?

Juru Parkir Liar Minimarket Bakal Ditertibkan, Pengamat: Siapa yang Mengawasi Keamanan Kendaraan?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com