"Jauh banget, makanya kayak orang dibanting, gedebuk, gitu," imbuh dia.
Kini Tejo menghadapi keadaan yang lebih buruk. Sejak dua bulan terakhir, lahan garapan Tejo mengalami kekeringan akibat kemarau panjang.
Tanah yang retak terlihat saat Kompas.com menghampiri Tejo di gubuknya.
Oleh lahan kekeringan, tidak sedikit petani yang terpaksa menunda menanam padi meski bibit sudah bisa ditandur.
"Di Rorotan kering, enggak ada air, (sudah) hampir dua bulan," ungkap Tejo.
Baca juga: Sewa Lahan Milik Orang, Berapa Modal dan Penghasilan Petani di Ibu Kota?
Tidak sedikit pula petani yang kini banti setir kerja serabutan demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Ya enggak andalkan dari petani, cari yang lain, kerjaan yang lain, kayak kuli bangunan," kata dia.
Tejo menjelaskan, para petani sudah memiliki alkon untuk memompa air dan sumber terdekat. Namun, sumber air seperti danau dan kali juga mengalami kekeringan.
"Ya biasanya kalau kering begini, kami pompa pakai alkon dari danau atau dari sungai, itu pun kalau ada air. (Sekarang kondisinya) kering, paling tinggal sedengkul lagi," tutur dia.
Kini, Tejo berharap hujan segera mengguyur wilayah Rorotan agar para petani bisa segera menandur padi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.