Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa SMPN 132 Jakarta Dapat Pendampingan Psikologis Usai Insiden Pelajar Jatuh dari Lantai 4

Kompas.com - 10/10/2023, 19:39 WIB
Zintan Prihatini,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Semua siswa di SMPN 132 Jakarta, Cengkareng, Jakarta Barat akan mendapatkan pendampingan psikologis setelah insiden pelajar berinisial D (16) tewas terjatuh dari lantai empat.

Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Ai Maryati Solihah mengatakan, perlindungan dan pendampingan ini juga bakal didapatkan para saksi.

"Kami akan memonitor untuk perlakuan-perlakuan khusus. Tidak mudah anak ini memberikan keterangan, menyaksikan temannya sendiri sampai meregang nyawa," ujar Ai saat ditemui di SMPN 132 Jakarta, Selasa (10/10/2023).

Total, ada 755 siswa yang akan menerima pendampingan psikologis. Dia kemudian menyoroti jendela tanpa kaca dan terali, yang dilalui korban untuk bisa berdiri pada pijakan di balik tembok.

Baca juga: Lewati Jendela Bolong lalu Terjatuh, Siswa SMP di Cengkareng Disebut Hendak Merokok Diam-diam

Menurut pihak sekolah, jendela masih terpasang terali dan kaca pada Jumat pekan lalu.

"Barusan kami gali bersama, ini yang menjadi perhatian bagi kami sehingga memang perlu langkah-langkah selanjutnya," kata Ai.

"Tetapi kan kalau fakta ada di Kepolisian. Cuma kalau kami berdialog, itu masih ada sebenarnya terali itu," sambung dia.

Kendati begitu, Ai menyebut akan menunggu hasil penyelidikan dari Kepolisian. Hal ini termasuk penyebab korban bisa melewati jendela.

"Nanti mungkin lebih dicek lagi, kok bisa anak sampai keluar. Apa dicopotin, atau bagaimana. Sekali lagi, kami tidak punya kewenangan karena rilis resminya masih di Kepolisian," jelas Ai.

Sementara itu, Kapolsek Cengkareng Kompol Hasoloan Situmorang memastikan bahwa D tak mengalami bullying atau perundungan. Sementara ini, dia berujar, korban diduga jatuh karena terpeleset dari lantai empat.

Baca juga: Polisi Pastikan Siswa SMP di Cengkareng yang Jatuh dari Lantai 4 Tak Alami Bullying

"Langkah-langkah penyelidikan dari Kepolisian tetap berjalan sampai hari ini. Nanti kami akan lakukan rilis resminya, supaya juga gamblang," ungkap Hasoloan.

Dia berujar, korban sempat merokok bersama temannya sebelum tewas. Dengan menggunakan bangku, mereka melewati jendela yang berada di pojok kelas.

"Jadi dia bertiga, habis dari (lantai) bawah jajan terus naik ke atas. Korban ini sama rekannya mau merokok di pojokan. Nah jendela itu ada di pojok kelas," tutur dia.

Polisi menduga, korban D tak ingin ketahuan saat merokok ketika jam istirahat sekitar pukul 09.30 WIB. Sehingga mereka memilih melewati jendela tanpa terali dan kaca tersebut. Korban kemudian berdiri di atas pijakan, di balik jendela kelas lalu terjatuh.

"Jadi berdasarkan keterangan rekan korban, saksi, kami temukan ada korek api di sekitar jatuhnya (korban) itu," kata Hasoloan.

Baca juga: Belum Beri Sanksi ke Sekolah, Disdik DKI Masih Tunggu Penyelidikan Polisi atas Tewasnya Siswa SMP di Cengkareng

Ia mengungkapkan, polisi juga tengah mendalami dugaan kelalaian dari sekolah terkait jendela yang bolong. Begitu pula alasan korban, dan temannya yang berada di kelas saat jam istirahat.

"Karena karakteristik gedung sekolah ini kan hampir sama aja. Tetapi intinya anak-anak jam segitu harusnya di bawah, malah mereka di atas," sebut Hasoloan.

Kini, sudah ada lima saksi yang diperiksa dan dibawa ke Mapolsek Cengkareng untuk dimintai keterangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Megapolitan
Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com