JAKARTA, KOMPAS.com - Munculnya wacana penerapan sistem ganjil genap untuk sepeda motor di Jakarta menuai protes keras dari pengemudi ojek online (ojol).
Pengemudi ojol menilai, wacana itu bakal semakin mempersulit kerja mereka jika diterapkan.
Adapun wacana ganjil genap untuk sepeda motor di ibu kota ini pertama kali dilontarkan oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Listyo menyoroti tingginya kontribusi kendaraan bermotor di Jakarta, termasuk dari sepeda motor, dalam menyumbang polusi udara.
Baca juga: Kualitas Udara DKI Masih Tak Sehat meski Sudah Terpasang 135 Water Mist di Jakarta
Rencananya, penerapan ganjil genap untuk sepeda motor hanya berlaku untuk kendaraan berbahan bakar bensin.
Sementara untuk sepeda motor listrik akan lolos dari aturan ini.
Pemprov DKI lantas merespons positif wacana yang dilontarkan Kapolri itu. Pemprov DKI bahkan akan mengkaji usul tersebut bersama Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya.
"Ya akan dipikirkan. Semua itu harus dikaji bersama-sama Polda," kata Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin (9/10/2023) lalu.
Respons negatif pengemudi ojol
Wacana itu kemudian direspons negatif oleh para pengemudi ojek online atau ojol. Salah satunya adalah Dedy Mulyadi (30).
Dedy protes karena bagi dirinya, peraturan itu tidak pro terhadap rakyat kecil, terutama mereka yang menggantungkan hidup dari sepeda motor.
"Harus ada solusinya juga bagi para warga Jakarta (yang mengendarai sepeda motor)," kata Dedy saat ditemui Kompas.com di seberang PGC Cililitan, Jakarta Timur, Rabu (11/10/2023).
Baca juga: Protes Wacana Ganjil-Genap Sepeda Motor, Ojol: Jangan Mempersulit
Dedy sendiri menyatakan diri untuk tetap menaati peraturan apabila memang sepeda motor ikut dikenakan peraturan ganjil genap di DKI Jakarta.
Namun, sebelum peraturan itu terlaksana, alangkah baiknya pemerintah memperhatikan dampak lainnya
"Taat sih taat, tapi harus memperhatikan rakyat kecil lah," jelas Dedy.