JAKARTA, KOMPAS.com - Udin (75), seorang pedagang gorden keliling, menumpahkan keluh kesahnya selama berjualan gorden keliling di Ibu Kota.
Udin berniaga gorden dari kampung ke kampung di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Namun, akhir-akhir ini dia kesulitan mendapat pembeli. Sebenarnya, cukup banyak warga yang menghampirinya untuk bertanya mengenai gorden yang dijual Udin.
Namun, dalam sepekan terakhir, tak ada satu pun warga yang membeli dagangannya.
"Ya begini (kerja di Jakarta), ketemu yang tanya-tanya doang, tapi enggak beli," kata Udin saat ditemui Kompas.com di Masjid Al Barkah, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Selasa (10/10/2023).
Baca juga: Kisah Udin Pedagang Gorden Keliling, Semangat Kerja di Usia 75 Tahun demi Sekolah Anak
Sudah 23 tahun Udin menjadi pedagang gorden keliling di Ibu Kota. Pahit manis kehidupan sudah dia lewati dengan senyuman.
Perbandingan berjualan godrden dulu dan sekarang, menurut Udin, sangat berbeda jauh.
Semakin maju perkembangan zaman, Udin merasa pembeli malah lebih sepi.
"Ya ada saja (dulu yang beli). Selangkah, dua langkah, ada (yang beli). Pada nungguin tukang gorden dulu," ujar Udin.
"Sekarang mah sudah modern, tinggal pencet," keluh Udin lagi.
Sebelum berjualan gorden, Udin juga pernah menjadi penjual pakaian dan minyak wangi sejak 1972.
Metodenya serupa, ia pergi dari kampung-kampung dan menawarkan dagangannya ke warga.
Baca juga: Sulitnya Berjualan Gorden Keliling di Jakarta, Sudah Seminggu Dagangan Udin Belum Laku
Kini, untuk makan sehari-hari saja, Udin merasa kesulitan. Sudah satu minggu terakhir dagangannya tidak ada yang beli.
"Belum (terjual). Banyak yang tanya doang, tapi enggak beli. Belum ini (satu minggu terakhir), belum pisan," kata Udin.
Saat wawancara bersama Kompas.com, Udin belum makan. Dia hanya mengonsumsi satu buah kue sebelum berangkat dari kontrakannya.
"(Setiap keluar kontrakan) ya kadang-kadang (enggak makan), minum air saja," ucap Udin sambil tersenyum.
Terpaksa menahan lapar di tengah terik matahari tampaknya sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Udin.
Justru, hal tersebut terlihat lumrah untuknya. Kata Udin, hitung-hitung puasa.
"Pernah (enggak makan satu hari), beli roti doang, enggak punya duit. (Ada) Rp 2.000, beli satu saja. Air sudah ada, dibawa dari masjid, kadang ada," ungkap Udin.
Baca juga: Kisah Tejo Jadi Petani di Jakarta, Kini Kerja Serabutan karena Lahannya Kekeringan
Untuk minum, Udin tidak mengkhawatirkannya. Terkadang, setiap masjid yang disinggahi tersedia dengan gratis.
Rupanya, ada alasan kuat tersendiri bagi Udin mengapa harus bekerja ketika usianya sudah menginjak senja.
"Ya karena masih punya anak, 3 lagi. 3 (dari 8) masih pada sekolah (di kampung). Iya (putuskan tetap bekerja karena anak masih sekolah), sama masih belum pada nikah juga," ungkap Udin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.