JAKARTA, KOMPAS.com - Belakangan ini, media sosial diramaikan dengan video seorang sopir bajaj jago bahasa Inggris saat berbincang dengan wisatawan mancanegara.
Sopir bajaj itu adalah Johan (35), warga RT 005/RW 011 Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur, yang biasa mangkal di kawasan Monas, Jakarta Pusat.
Johan viral karena video dirinya mengobrol dengan YouTuber asal Jerman, Ken Abroad, diunggah di akun YouTube dan Facebook warga negara asing (WNA) itu.
Banyak warganet kagum karena Johan dapat berbahasa inggris dan bisa berbincang santai dengan bule yang jadi penumpangnya.
Rupanya, ia lancar berbicara bahasa inggris hanya dari modal belajar di sekolah. Sisanya, ia pelajari secara otodidak dan modal nekat.
Baca juga: Viral Video Sopir Bajaj Jago Ngobrol Bahasa Inggris dengan Bule, Ini Sosoknya
Johan mengatakan, ia memang sengaja menyapa setiap wisatawan mancanegara dengan bahasa inggris agar mereka tertarik menggunakan jasanya.
"Awalnya saya bilang, 'Hello Mister, hello Miss. Where are you going?'. Mungkin dengan bahasa Inggris itu, mereka tertarik (untuk naik bajaj). Saya speak English karena menurut saya itu bahasa global," ujar dia kepada Kompas.com di Cakung, Jakarta Timur, Selasa (17/10/2023).
"Kalau dia (wisman) tertarik, tunjukin map di HP, saya beraniin lagi ngomong 'you can try to me with tuk-tuk'. Dia tertarik, tinggal negosiasi harga," sambung Johan.
Johan baru mangkal di Monas awal tahun 2023. Sejak menjadi sopir bajaj pada 2017, ia selalu bekerja di kawasan Tanah Abang.
Karena pasar itu mulai sepi pengunjung, Johan memutuskan untuk mengitari Ibu Kota mencari penumpang.
Ketika melintasi kawasan Monas, ia melihat bahwa di sana ramai wisatawan. Johan pun memutuskan untuk mulai mencari penumpang di sana.
"Saya di pintu Monas Selatan, di patung kuda. Sejak di Monas sering angkut wisatawan, tapi kalau Minggu orang-orang yang CFD (car free day)," terang Johan.
Modal belajar sejak SD
Johan bisa berbahasa inggris dari modal belajarnya selama sekolah hingga tingkat SMA.
Namun, kemampuan berbahasa inggris itu awalnya tak dia tonjolkan. Saat mangkal di Tanah Abang, Johan juga pernah mendapatkan penumpang WNA.
Kendati demikian, saat itu ia masih belum berani menunjukkan kemampuannya dalam berbahasa Inggris.
Ia masih merasa bingung tentang apa yang perlu dibicarakan. Alhasil, Johan hanya mengantarkan orang asing itu tanpa bersuara.
"Bulenya saya bawa, tapi saya diemin. Saya mikir, enggak ada yang bisa saya tunjukin. Sejak di Monas, saya beranikan untuk ngomong pakai bahasa Inggris," jelas dia.
Selain itu, ia juga merasa perlu mempertajam kemampuan yang telah dipelajari sejak SD-STM.
Ia mengaku sempat kesulitan karena bahasa Inggris yang dipelajari semasa sekolah bukanlah jenis percakapan sehari-hari.
"Yang dipelajari dan diterapkan langsung beda. Jadinya kalau komunikasi langsung, otomatis apa yang diucapkan jadi semrawut," ungkap Johan.