Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ragam Keluhan Penumpang KRL Berkait Eskalator dan Lift Mati di Stasiun Bekasi...

Kompas.com - 19/10/2023, 08:32 WIB
Firda Janati,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Fasilitas eskalator dan lift di pintu keluar Stasiun Bekasi tidak bisa digunakan sementara waktu karena sedang dalam perbaikan.

Kompas.com lantas memantau bagaimana para pengguna kereta rel listrik (KRL) turun melalui tangga manual yang memiliki 49 pijakan anak tangga di sisi selatan Jalan Ir H Juanda.

Tak beroperasinya eskalator dan lift, terutama di pintu selatan, membuat pengguna KRL merasa kelelahan karena harus turun menggunakan tangga manual.

Keluhan datang bukan dari anak-anak muda, melainkan para ibu-ibu membawa anak dan lansia yang masuk dalam penumpang prioritas.

Baca juga: Eskalator dan Lift Stasiun Bekasi Mati, Lansia Turun Tangga Perlahan karena Pengapuran

Susah payah sambil gendong anak

Seorang ibu muda bernama Eva (28) susah payah menuruni tangga manual sambil menggendong anak keduanya yang tertidur dan menuntun anak pertamanya yang berusia 5 tahun.

"Bawa anak ini, dua, yang ini (tertidur) tiga tahun, yang satu lima tahun. Ngos-ngosan ya rasanya, mesti nuntun juga kan, capek juga," tutur dia saat ditemui di lokasi.

Hal yang paling disayangkan menurut Eva selain eskalator mati yakni fasilitas lift keluar juga tidak berfungsi. Karena itu, ia tidak punya pilihan selain melalui tangga manual.

Baca juga: Ketika Ibu dan Anak Dibuat Repot dan Lelah Gara-gara Eskalator Mati di Stasiun Bekasi

Eva mengatakan, sekitar sebulan yang lalu, lift dan eskalator tersebut masih bisa digunakan. Namun, kini ditutup karena adanya perbaikan.

"Eskalator sama lift-nya beberapa bulan lalu itu masih bisa digunakan, nah sekarang eskalator enggak bisa, lift enggak bisa, bawa-bawa anak ini agak susah. Tadi lift enggak berfungsi dari atas," jelasnya.

Eva menuturkan, kondisi eskalator dan lift mati sudah terjadi sejak terakhir kali dia ke Stasiun Bekasi dua minggu lalu.

"Beberapa minggu lalu ke sini juga, dan sampai sekarang belum diperbaiki, belum berfungsi. Jadi agak merepotkan, belum ada perkembangan," sesalnya.

Baca juga: Cerita Penumpang KRL Gotong Koper Turun Tangga Akibat Lift dan Eskalator Stasiun Bekasi Rusak

Hal senada juga disampaikan Sabila (26). Ia juga menggendong anaknya yang tertidur, berusia 3 tahun.

Sebelum turun ke lantai dasar, Sabila berhenti sejenak di lantai 1. Dia melihat betapa tingginya tangga manual yang harus dilewatinya.

"Ini makanya ngecas dulu (berhenti sejenak) biar enggak capek. Tadi naik lift mau keluar itu (dari peron) bejubel kan ada orangtua juga. Jadi berhenti di sini bernapas sejenak," ujar Sabila.

Baik Sabila maupun Eva berharap adanya tindakan dari pengelola agar pengguna seperti mereka merasa nyaman saat menggunakan jasa transportasi KRL.

Gotong koper sendiri

Penumpang KRL lain, Indah (29) harus menggotong sendiri kopernya sendiri seberat 17 kilogram untuk turun ke lantai dasar.

"Koper ini ada berat sekitar 17 kilogram, turun dari atas nenteng 17 kilogram sendirian," ucap Indah.

Indah bisa saja keluar dari pintu utara yang liftnya berfungsi. Namun, dirinya harus memutar jauh untuk sampai ke lokasinya.

"Makanya tadi ngeliat tangga, aduh. Tapi ya sudah deh, enggak ada jalan lain, mau enggak mau kan," kata dia.

Indah mengakui bahwa turun melalui tangga manual cukup sulit. Ia berharap PT KAI segera membenahi fasilitasnya agar dapat membuat penggunanya nyaman.

Baca juga: Lift dan Eskalator Stasiun Bekasi Mati, Penumpang Ngos-ngosan Turun lewat Tangga

"Supaya cepat diperbaikilah biar orang enggak susah, tadi aku bawa koper berat juga, capek. Kalau saya sih enggak apa-apa ya bawa barang. Kalau misal ibu-ibu (prioritas) gimana," ucapnya.

Langgar pantangan

Zurini (58) melanggar pantangan penyakit pengapuran yang tidak disarankan naik-turun tangga karena tidak punya pilihan lain.

"Saya harus pelan-pelan memegang pegangan itu karena turun tangga juga harus hati-hati jangan sampai jatuh. Memang pantangan penyakit pengapuran ini tidak boleh naik turun tangga," imbuhnya.

Zurini menuturkan, kereta rel listrik (KRL) menjadi moda transportasi yang diandalkannya menuju Rumah Sakit Pelni untuk menjalani terapi pengapuran tiga kali dalam seminggu.

Sayangnya, eskalator dan lift kerap kali mati selama empat bulan belakangan ini.

"Seorang lansia apalagi pengapuran, naik tangga itu enggak bisa sebenarnya, sementara liftnya juga rusak. (Eskalator) kadang-kadang nyala, kadang-kadang hidup, sudah agak lama juga sih sekitar tiga empat bulan ada, jadi mati nyala," tuturnya.

Harapan Zurini sebagai pengguna, pengelola dapat membenai fasilitas tersebut secepatnya.

"Jadi saya minta segera diperbaiki karena ini kan salah satu merupakan pelayanan juga ya yang harus direspons untuk lebih baik ke depannya," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gelar Jakarta Water Hero 2024, PAM Jaya Beri Apresiasi untuk Pahlawan Pelestari Air di Jakarta

Gelar Jakarta Water Hero 2024, PAM Jaya Beri Apresiasi untuk Pahlawan Pelestari Air di Jakarta

Megapolitan
Polisi Pegang Identitas Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Polisi Pegang Identitas Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Megapolitan
Polisi Terbitkan DPO Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Polisi Terbitkan DPO Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Megapolitan
Polisi Rekayasa Arus Lalu Lintas saat Acara HUT Bhayangkara di Monas

Polisi Rekayasa Arus Lalu Lintas saat Acara HUT Bhayangkara di Monas

Megapolitan
Pemkot Bogor Bakal Sanksi Tegas ASN yang Terlibat Judi 'Online'

Pemkot Bogor Bakal Sanksi Tegas ASN yang Terlibat Judi "Online"

Megapolitan
182.000 Peserta Bakal Hadir pada HUT Bhayangkara di Monas, Masyarakat Diminta Hindari Kepadatan Lalu Lintas

182.000 Peserta Bakal Hadir pada HUT Bhayangkara di Monas, Masyarakat Diminta Hindari Kepadatan Lalu Lintas

Megapolitan
Bocah yang Diduga Diculik Ternyata Dibawa Ibu Kandung, Kasus Berakhir Damai

Bocah yang Diduga Diculik Ternyata Dibawa Ibu Kandung, Kasus Berakhir Damai

Megapolitan
Bocah 4 Tahun Diduga Diculik di Jakpus, Ternyata Dibawa Ibu Kandungnya

Bocah 4 Tahun Diduga Diculik di Jakpus, Ternyata Dibawa Ibu Kandungnya

Megapolitan
Pemkot Bogor Keluarkan Larangan Judi Konvensional dan 'Online'

Pemkot Bogor Keluarkan Larangan Judi Konvensional dan "Online"

Megapolitan
Truk Trailer Tabrak Pembatas Jalan di Tol JORR, Sopir Tewas di Tempat

Truk Trailer Tabrak Pembatas Jalan di Tol JORR, Sopir Tewas di Tempat

Megapolitan
'Debt Collector' Keroyok Tukang Mi Ayam di Tangerang, Berawal dari Teriakan 'Maling'

"Debt Collector" Keroyok Tukang Mi Ayam di Tangerang, Berawal dari Teriakan "Maling"

Megapolitan
Fahira Idris: Calon Gubernur Jakarta Harus Prioritaskan Solusi Polusi Udara

Fahira Idris: Calon Gubernur Jakarta Harus Prioritaskan Solusi Polusi Udara

Megapolitan
Pria Paruh Baya Ditemukan Tewas di Aliran Sungai Cidepit Bogor

Pria Paruh Baya Ditemukan Tewas di Aliran Sungai Cidepit Bogor

Megapolitan
Hanyut di Selokan Saat Banjir, Jasad Bocah di Bekasi Ditemukan 1,5 Km dari Lokasi Kejadian

Hanyut di Selokan Saat Banjir, Jasad Bocah di Bekasi Ditemukan 1,5 Km dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Bocah yang Terseret Arus Selokan di Bekasi Ditemukan Tewas

Bocah yang Terseret Arus Selokan di Bekasi Ditemukan Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com