Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Kasus Pria Cekik Tetangga di Depok: Semula Dikira Masalah "Game", Ternyata karena Emosi Sesaat

Kompas.com - 19/10/2023, 08:58 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Jajang Jaya Atmaja (45) mencekik tetangganya, Romi Alexander Satlik (52) hingga tewas kehabisan napas di sebuah rumah kontrakan di Cipayung, Depok, Jawa Barat pada Kamis (12/10/2023) lalu.

Banyak informasi yang seliweran terkait kasus ini. Namun, apa sebenarnya motif pembunuhan ini?

Dalam pengembangan penyidikan, kasus ini mulanya disebut dilatari masalah game Ludo. kala itu tersangka sempat meminta keponakan korban, IRE, untuk mengunduh game di ponselnya.

Baca juga: Pria di Depok Diduga Cekik Kenalan hingga Tewas, Motifnya Masih Diselidiki

Kemudian, informasi berikutnya menyebutkan bahwa pelaku merasa kesal lantaran dirinya diledek IRE saat sedang marah.

Berikut Kompas.com rangkumkan duduk perkara kasus pembunuhan ini.

Bukan masalah game

Ternyata persoalan game yang disebut-sebut sebagai motif Jajajang mencekik Romi, merupakan sebuah kekeliruan.

Hal itu ditepis Jajang saat ia ditanya apa alasannya membunuh Romi, yang merupakan rekan seprofesi sebagai sopir.

Baca juga: Kronologi Pria di Depok Cekik Tetangga hingga Tewas, Diduga karena Urusan Download Game

"Enggak benar, memang saya minta dibikinin (diinstalkan), sehari sebelumnya, tapi karena (IRE) enggak mau ya sudah enggak apa, itu saja," ujar Jajang di Polres Metro Depok, Rabu (18/10/2023).

Khawatir anaknya tak kunjung pulang

Terkait kabar pelaku diledek oleh IRE, juga merupakan informasi yang keliru.

Pelaku mengaku bahwa peristiwa ini dipicu emosi sesaat terhadap IRE, tapi bukan karena diledek.

Pelaku menyebut peristiwa bermula saat IRE minta anak pelaku, R, mengantarnya membeli mangga pada Kamis (12/10/2023) malam.

Saat itu, pelaku sekalian menitip kepada anaknya agar dibelikan nasi uduk dan buah salak.

Baca juga: Cekik Tetangga, Pria di Depok Kesal Dicegah Saat Marahi Keponakan Korban

"Keponakan dia (korban) ini kan minta beli mangga, minta antar sama anak saya. Setelah itu saya bilang, ya sudah sekalian beli nasi uduk, dan adiknya R juga minta salak," ungkap Jajang.

Setelah IRE dan R pergi membeli mangga beserta nasi uduk, pelaku lantas ketiduran lantaran sedang dikerik oleh anak perempuannya.

Lalu, sekitar pukul 23.00 WIB pelaku tiba-tiba terbangun. Ia langsung mencari anaknya. Namun, anaknya pun belum di rumah.

Pelaku yang khawatir langsung bergegas ke rumah korban untuk bertanya, mengapa hingga tengah malam IRE dan R yang tadi pergi bersama belum juga kembali.

"Saya keluar menanyakan si korban, 'Bang sebetulnya nih bocah pada ke mana sih?'. Kata si korban beli mangga. Terus saya bilang, 'Ah elu sih bohongin gue mulu. Orang anak sampai jam segini belum pulang'," ujar Jajang.

Baca juga: Alasan di Balik Marahnya Pria di Depok hingga Cekik Tetangga, Kesal Diledek Keponakan Korban

Saat bertanya pada korban, tidak lama kemudian IRE pun tiba. Lalu, pelaku langsung bertanya pada IRE, di mana anaknya.

"Saya menanyakan, 'Si R ke mana?'. 'Enggak tahu', jawab keponakan korban," kata Jajang.

"Lah kok enggak tahu, bukannya tadi jalan sama lu? Enggak tahu kata dia," ujarnya lagi.

Ternyata, selang beberapa waktu kemudian, anak pelaku pun tiba. Namun, nasi uduk dan salak titipan pelaku tidak dibawa oleh anaknya.

Anaknya mengaku nasi uduk titipan pelaku habis diminta oleh teman-teman keponakan korban.

Selain itu, anak pelaku juga diludahi oleh teman-temannya IRE.

Mendengar ini, pelaku yang emosi pun menyeret anaknya dengan menarik kerah baju R untuk mengkonfrontasi langsung pada IRE.

"Ya sudah saya tarik tuh kerah anak saya, masuk ke dalam rumah korban. Terus saya kata, 'Tuh anak saya jujur loh. Lo jujur lo'. Ya karena itu, saya kan buat meluruskan biar si IRE itu mengaku," kata Jajang.

Pelaku juga mengaku bahwa ia bertanya pada keponakan korban sambil menarik kerah baju keponakan korban.

"Si Ican itu bukan dicekek, tapi ditarik kerahnya," lanjut dia.

Korban tak terima keponakannya dimarahi

Melihat kerah baju keponakannya ditarik oleh pelaku, korban pun tak terima dan menepis tangan pelaku.

"Tapi (korban) kan enggak terima, ya udah kecekik dah. Saya cekik dah tuh pamannya," lanjut Jajang.

Saat itu, korban sempat menantang pelaku agar memukulnya. Emosi Jajang pun kian tersulut hingga akhirnya mencekik korban.

"Saya cekik sambil dia ngomong, 'Nih pukul, nih pukul'. Terus saya bilang, 'Ah lu kalau gak ada hukum, gue pukul'" kata dia lagi.

Baca juga: Pria Cekik Tetangga hingga Tewas di Depok, Polisi: Pemicunya Bukan Terkait Game

Setelah pelaku melepas cekikannya pada korban, pelaku lantas kembali ke rumahnya.

Sementara korban yang pada saat itu masih hidup langsung menghubungi keluarganya untuk meminta bantuan karena merasa sesak napas.

"Setelah itu korban menghubungi keluarganya atau saudaranya dan meminta yang ada di situ untuk mengantar ke rumah sakit karena merasa sesak napas. Kemudian dari tempat tinggal, (korban) dibawa ke puskesmas, terus dirujuk ke rumah sakit, korban dinyatakan meninggal dunia," ungkap Kasatreskrim Polres Metro Jaya Kompol Hadi Kristanto dalam kesempatan yang sama.

Pelaku menyesal

Mengetahui korban meninggal dunia, Jajang mengaku menyesali perbuatannya. Terlebih, kata Jajang, korban adalah teman baik sekaligus rekan kerjanya sebagai sesama supir angkot.

"Bukan main menyesalnya, Pak, demi Allah saya menyesal karena saya enggak tahu (menyangka). Enggak tahu akan kejadian begini karena dia juga teman baik saya," kata Jajang tertunduk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Megapolitan
Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan 'OTT'

Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan "OTT"

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Megapolitan
Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Megapolitan
Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com