Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebut Perilaku Pamer Alat Kelamin Dapat Ditekan, Pakar: Salah Satunya Pengawasan dan Penegakan Hukum

Kompas.com - 21/11/2023, 23:36 WIB
Abdul Haris Maulana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Perilaku memperlihatkan alat kelamin atau ekshibisionisme belum lama ini terjadi di Depok, Jawa Barat.

Tindakan tersebut membuat pelaku yang berinisial ARF (19) ditangkap polisi akibat perbuatannya yang memamerkan alat kelaminnya kepada perempuan yang ia temui di jalan.

Berkait hal itu, Ahli psikologi forensik, Kasandra Putranto menyebut perilaku menyimpang seperti memperlihatkan alat kelamin kepada orang lain sebenarnya dapat ditekan, salah satunya dengan pengawasan dan penegakan hukum.

Baca juga: Orang Pamer Alat Kelamin Makin Marak Terjadi, Ahli Psikologi Forensik: Antisipasi Harus Mulai dari Keluarga

"Ini demi memberikan efek jera dan mencegah perilaku berulang," kata Kasandra kepada Kompas.com, Selasa (21/11/2023).

Kasandra menjelaskan, tindakan pengawasan dan penegakan hukum perlu melibatkan kerjasama antara pihak kepolisian, lembaga penegak hukum, dan masyarakat untuk melaporkan dan menindak pelaku.

Kemudian, pendidikan dalam keluarga terhadap orangtua dan anak juga penting demi memastikan pengembangan keterampilan sosial emosional.

"Terutama pada tahap perkembangan yang kritis seperti masa remaja," ujarnya.

Baca juga: Tak Punya Pekerjaan, Pemuda Ini Mengaku Gabut Keliling Depok untuk Pamer Alat Kelamin ke Perempuan

Demi membantu memahami batasan perilaku yang tepat dan membangun hubungan sehat dengan orang lain, kata Kasandra, diperlukan untuk memberikan dukungan emosional dan mempromosikan nilai-nilai yang positif.

"Pendekatan lingkungan berperan penting dalam meningkatkan kepekaan masyarakat terhadap situasi sekitar agar mampu mencegah perilaku menyimpang dan melindungi individu yang berpotensi menjadi korban," jelasnya.

Selanjutnya, pendidikan dan kesadaran tentang konsekuensi dan dampak negatif dari perilaku menyimpang seperti ekshibisionis juga menjadi bagian penting lainnya untuk menekan perilaku menyimpang.

Hal ini bisa dilakukan melalui kampanye sosial, program pendidikan di sekolah, dan penggunaan media agar terhindar dari potensi risiko menjadi pelaku atau korban.

Baca juga: Perilaku Menyimpang Pamer Kelamin Terus Berulang, Pakar: Dampak Masifnya Paparan Pornografi di Medsos

"Bantuan psikologis terhadap korban untuk mengatasi trauma dan mengelola emosi, serta terhadap pelaku perilaku menyimpang demi mengubah perilaku secara efektif," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Megapolitan
Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan 'OTT'

Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan "OTT"

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Megapolitan
Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Megapolitan
Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com