“Bisa saja (beli rumah), tapi bayarnya pas malam Lailatul Qodar, biar 1.000 bulan. Intinya, enggak bisa beli rumah di Jakarta kalau UMP Rp 5 juta,” tutur Egi, berkelakar.
Kami juga mewawancarai seorang buruh bernama Anggra (27).
Ia masih lajang, anak pertama dari dua bersaudara. Ia tinggal di sebuah rumah kontrakan bersama kedua orangtua serta adiknya.
Sebagai anak sulung yang ingin meringankan beban pengeluaran orangtua, Anggra terkadang memberikan uang kepada adiknya untuk biaya transportasi umum atau ojek online (ojol).
Baca juga: Keluhkan Kenaikan UMP DKI, PJLP: 2023 Naik Rp 200.000-an, Masak 2024 Cuma Rp 100.000-an
Terlebih, Anggra harus membiayai adiknya yang sebentar lagi bakal melanjutkan ke jenjang pendidikan di perguruan tinggi.
Ia mengatakan, setiap orang yang bekerja di DKI Jakarta akan setuju jika ada kenaikan gaji. Namun, yang menimbulkan pro dan kontra di masyarakat adalah perkara nominalnya.
“Saya pribadi setuju banget karena sudah lama enggak ada angin segar begini,” ujar Anggra.
Namun, Anggra mengaku, gaji senilai Rp 4,7 juta yang dia terima dari perusahaan setiap bulan ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Enggak cukup (untuk kebutuhan sehari-hari). Apalagi, kebutuhan sekarang harganya mahal. Padahal, semua pekerjaan kita di era sekarang, rata-rata enggak lepas dari internet,” kata Anggra.
Baca juga: Apindo Tak Akan Gugat Pemprov soal Kenaikan UMP DKI 2024
Oleh karena itu, Anggra harus mencari pekerjaan sampingan agar semua kebutuhan dan berlangsungnya kehidupan terpenuhi dengan baik.
“Untuk saya yang masih berusia 27 tahun, memang jalan satu-satunya cari sampingan,” ujar Anggra yang sudah menjadi karyawan tetap dan bekerja selama lima tahun bekerja di perusahaannya.
“Mau berharap dan mengemis sama siapa lagi kalau bukan dari kitanya sendiri yang harus berusaha? Kerja sudah capek banget soalnya, kebutuhan hidup banyak,” lanjut dia.
Menurut dia, jika hanya mengandalkan satu pekerjaan, sulit bertahan hidup di Ibu Kota.
Baca juga: Pemprov DKI Tak Bakal Ubah Angka Kenaikan UMP 2024 meski Ditolak Buruh
Sementara itu, seorang petugas penyedia jasa lainnya perorangan (PJLP), Salim (bukan nama sebenarnya), merasa bersyukur dengan adanya kenaikan UMP untuk 2024.
“Ya kalau saya pribadi mah alhamdulillah, Mas. Itu mah tergantung orangnya ya, cukup atau tidak cukup. Sejauh ini, saya cukup saja. Saya mah enggak muluk-muluk hidupnya,” ujar Salim.
Namun, karena gajinya setara UMP, Salim mengaku memiliki pekerjaan sampingan untuk membeli keperluan rumah tangga di luar kebutuhan pokok.
“Ya alhamdulillah punya juga. Tapi ya enggak seberapa sih, iseng saja saya,” kata Salim.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.