Tim Puslabfor telah menggelar olah TKP, tepatnya dua hari usai jasad CHR ditemukan.
Dalam olah TKP itu, tim hanya menemukan sampel DNA yang berasal dari darah korban. Tidak ada sampel DNA yang berasal dari orang lain.
Baca juga: Hanya Ada DNA Korban di TKP, Bukti Tak Ada Unsur Pidana atas Tewasnya CHR
"Jadi, kami temukan DNA dari usapan darah korban. Nah, seperti di pintu itu kan kami usap, tetapi tidak ada DNA siapa pun. Karena pos itu sudah lama tidak digunakan," ujar Wiranatha.
Ketua Umum Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor) Nathanael EJ Sumampouw menyebut CHR ingin mengakhiri hidupnya sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP).
"Ada data yang konsisten tentang pikiran untuk mengakhiri hidup sejak SMP, serta ketertarikan ke hal-hal yang berkaitan dengan kekerasan dan sadisme," ungkap Nathanael.
Menurut Nathanael, Apsifor telah mewawancarai sekitar 24 saksi yang mengenal, berinteraksi langsung, dan mengetahui CHR semasa hidupnya.
Selaim itu, Apsifor juga meneliti TKP dan menganalisis dokumen berupa tulisan yang dibuat CHR, serta video atau gambar terkait.
Baca juga: Anak Pamen TNI AU yang Tewas Bunuh Diri di Halim Ingin Mengakhiri Hidupnya Sejak SMP
Berdasarkan hasil pemeriksaan secara insentif, ditemukan bahwa CHR ingin mengakhiri hidupnya sejak SMP karena sumber stres atau stresor yang menumpuk.
Akumulasi stresor yang dihadapi korban berdampak pada kondisi psikologisnya.
Temuan lainnya, CHR mengalami hambatan atau masalah dalam komunikasi dan interaksi sosial dalam berbagai konteks, baik verbal maupun nonverbal.
"Lalu, ada pola perilaku, ketertarikan, dan aktivitas yang berulang," ungkap Nathanael.
Karakteristik tersebut membuat CHR memiliki pola pikir, persepsi, penghayatan, dan cara menyelesaikan masalah yang berbeda dari remaja seusianya, terutama saat menghadapi tekanan dan stresor.
Lebih lanjut, semasa hidupnya, korban juga menghadapi berbagai stresor. Salah satunya adalah tuntutan untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain.
Baca juga: Anak Pamen TNI AU yang Tewas Bunuh Diri di Lanud Halim Hadapi Banyak Sumber Stres Semasa Hidup
Kemudian tekanan untuk memahami berbagai pelajaran, tuntutan akademik, serta keterpaparan dengan konflik yang dihadapi di lingkungan kehidupannya.
"Dan kesulitan untuk menyalurkan emosi negatif, terutama frustrasi dan kemarahan secara adaptif," ujar Nathanael.