Jenjang pendidikan baru itu kemudian membawa Pak Wi masuk sebagai guru seni dan budaya di dua sekolah lain di Jakarta. Hal itu membuat keluarganya semakin baik kesejahteraannya.
Wiyono bercerita susah senangnya mengajar di masa-masa awal. Ia hanya menggunakan transportasi umum dan sepeda saja untuk bekerja ke tiga sekolah sekaligus pada waktu itu.
"Tahun 1981 saya ngajarnya enggak kayak sekarang, kan jalanan enggak seperti sekarang. Jalanan becek banget jadi harus nenteng sepatu, itu daerah Ciracas.
Baca juga: Kisah Galih, Guru SD yang Lolos Beasiswa LPDP ke UCL
"Lalu, setelah tahun 1984, saya ikut rapelan mengajar, dapat SK mengajar kan ada gaji, saya beli Vespa tahun 1985," tutur pria kelahiran Klaten itu.
Kendati demikian, semangatnya tidak pernah surut untuk memberi pendidikan terbaik bagi anak bangsa.
Bahkan, meski sudah purnabakti, Wiyono tetap menjadi pengajar angklung di SMPN 27 Duren Sawit. Dengan begitu, hingga kini tercatat 39 tahun sudah lamanya Wiyono mengabdi sebagai tenaga pendidik PNS di Jakarta Timur.
Di usia yang tidak muda lagi, Pak Wi hanya berharap bisa terus mengabdikan diri untuk perkembangan seni budaya di kalangan remaja Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.