Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

17 Tahun Aksi Kamisan, Berjuang Menuntut Keadilan sampai Akhir Hayat...

Kompas.com - 19/01/2024, 06:55 WIB
Baharudin Al Farisi,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sudah 17 tahun sejak 18 Januari 2007, Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK) menggelar kegiatan rutin bernama Aksi Kamisan yang berlangsung setiap Kamis di seberang Istana Negara, Jalan Merdeka Utara, Gambir, Jakarta Pusat.

Aksi Kamisan menjadi wadah bagi korban dan keluarga korban kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di masa lalu untuk menuntut keadilan dari negara. Sebab, selama puluhan tahun, kasus ini dibiarkan tanpa penyelesaian secara yudisial.

Gagasan soal Aksi Kamisan dicetuskan oleh ibunda Bernardinus Realino Norma Irmawan alias Wawan, Maria Katarina Sumarsih (71), dan istri pejuang HAM Munir Said Thalib, Suciwati (55).

Baca juga: Aksi Kamisan Sudah 17 Tahun Berlalu, Kapan Keadilan Itu Datang?

Untuk diketahui, Wawan yang merupakan mahasiswa Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya menjadi salah satu korban penembakan dalam Tragedi Semanggi I pada 11-13 November 1998.

Sementara itu, Munir meninggal setelah diracun di udara dalam perjalanan menuju Belanda pada September 2004.

Dalam rapat JSKK, Sumarsih mengusulkan payung sebagai simbol yang digunakan saat aksi.

Kemudian, Suciwati memberikan ide pakaian peserta aksi serba hitam, sebagai lambang keteguhan dalam mencintai manusia.

Aksi Kamisan terinspirasi dari ibu-ibu Plaza de Mayo yang melakukan aksi damai untuk memprotes penghilangan dan pembunuhan anak-anak mereka oleh Junta Militer Argentina.

Seperti halnya ibu-ibu Plaza de Mayo, Sumarsih dan JSKK menggelar aksi di depan Istana Merdeka, Jakarta, yang dianggap sebagai simbol kekuasaan.

Diam dan tutup mata

Korban dan keluarga korban serta pegiat HAM berkumpul di seberang Istana Negara pada hari peringatan 17 tahun Aksi Kamisan, Kamis (18/1/2024).

Mereka berdiri dan berbaris secara teratur menghadap tempat kerja orang nomor satu di Indonesia, yakni Presiden Joko Widodo.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, mereka mengenakan pakaian serba hitam serta dilengkapi payung warna serupa. Di payung tersebut tertulis sejumlah pelanggaran HAM berat yang sampai saat ini “dicuekkan” negara.

Baca juga: Istri Munir: 17 Tahun Aksi Kamisan, Hal yang Memprihatikan

Di depan mereka terdapat sejumlah foto korban berwarna hitam putih yang ditempelkan di atas kain hitam.

Beberapa di antaranya adalah korban penculikan di Aceh Zainal Abidin, korban peristiwa Talangsari Azwar Kaili, korban peristiwa Jamboe Keupok Mukminin, korban peristiwa 65/66 Supradi.

Sama seperti Aksi Kamisan yang sudah-sudah, mereka hanya diam tanpa mengeluarkan satu patah kata pun. Mereka juga menutup mata memakai kain berwarna hitam.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Jemaah Haji Asal Bogor Diimbau Waspada dan Jaga Kesehatan

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Jemaah Haji Asal Bogor Diimbau Waspada dan Jaga Kesehatan

Megapolitan
Tiap Hari, Jukir Liar Minimarket di Koja Mengaku Harus Setoran ke RW

Tiap Hari, Jukir Liar Minimarket di Koja Mengaku Harus Setoran ke RW

Megapolitan
Aturan Walkot Depok, Dishub Wajib Rilis Surat Kelayakan Kendaraan 'Study Tour'

Aturan Walkot Depok, Dishub Wajib Rilis Surat Kelayakan Kendaraan "Study Tour"

Megapolitan
Penyelenggara 'Study Tour' di Depok Diimbau Ajukan Permohonan 'Ramp Check' Kendaraan ke Dishub

Penyelenggara "Study Tour" di Depok Diimbau Ajukan Permohonan "Ramp Check" Kendaraan ke Dishub

Megapolitan
KNKT Telusuri Lisensi Pilot Pesawat Tecnam P2006T yang Jatuh di Tangsel

KNKT Telusuri Lisensi Pilot Pesawat Tecnam P2006T yang Jatuh di Tangsel

Megapolitan
KNKT Sebut Pesawat Jatuh di Tangsel Statusnya Bukan Pesawat Latih, tapi Milik Perseorangan

KNKT Sebut Pesawat Jatuh di Tangsel Statusnya Bukan Pesawat Latih, tapi Milik Perseorangan

Megapolitan
Jenazah Korban Pesawat Jatuh Telah Diambil dari RS Polri, Kini Dibawa Keluarga Menuju Rumah Duka

Jenazah Korban Pesawat Jatuh Telah Diambil dari RS Polri, Kini Dibawa Keluarga Menuju Rumah Duka

Megapolitan
948 Calon Jemaah Haji Asal Kota Bogor Diberangkatkan pada Musim Haji 2024

948 Calon Jemaah Haji Asal Kota Bogor Diberangkatkan pada Musim Haji 2024

Megapolitan
Casis Bintara yang Dibegal di Kebon Jeruk Dapat Hadiah Motor Baru

Casis Bintara yang Dibegal di Kebon Jeruk Dapat Hadiah Motor Baru

Megapolitan
Jenazah Korban Pesawat Jatuh di Tangsel Utuh, RS Polri: Kematian Disebabkan Benturan

Jenazah Korban Pesawat Jatuh di Tangsel Utuh, RS Polri: Kematian Disebabkan Benturan

Megapolitan
Jasad Wanita di Selokan Bekasi, Polisi Masih Dalami Dugaan Korban Hamil

Jasad Wanita di Selokan Bekasi, Polisi Masih Dalami Dugaan Korban Hamil

Megapolitan
Muncul Lagi meski Sudah Ditertibkan, Jukir Liar di Koja: Makan 'Gimana' kalau Dilarang?

Muncul Lagi meski Sudah Ditertibkan, Jukir Liar di Koja: Makan "Gimana" kalau Dilarang?

Megapolitan
Sebelum Hilang Kontak, Pilot Pesawat Jatuh di Tangsel Sempat Hubungi Menara Pengawas

Sebelum Hilang Kontak, Pilot Pesawat Jatuh di Tangsel Sempat Hubungi Menara Pengawas

Megapolitan
KNKT Pastikan Pesawat yang Jatuh di Tangsel Tidak Punya 'Black Box'

KNKT Pastikan Pesawat yang Jatuh di Tangsel Tidak Punya "Black Box"

Megapolitan
Siasat Begal di Jaktim: Berpura-pura Jadi 'Debt Collector' lalu Tuduh Pengendara Motor Berwajah Lugu Telat Bayar Cicilan

Siasat Begal di Jaktim: Berpura-pura Jadi "Debt Collector" lalu Tuduh Pengendara Motor Berwajah Lugu Telat Bayar Cicilan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com