Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Makanan" Sehari-hari Petugas Pintu Kereta Tanjung Priok: Caci Maki Pengendara dan Tawuran Antarwarga

Kompas.com - 19/01/2024, 12:28 WIB
Vincentius Mario,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kardina (48), penjaga pintu pelintasan kereta di Pos JPL 11 E Tanjung Priok, Jakarta Utara, berdiri di pinggir rel kereta setelah menekan tombol palang pintu, Kamis (18/1/2024).

Sorot matanya mengarah ke beberapa pengendara motor yang melewati batas pintu palang kereta.

"Mas, mundur, mas, kereta bentar lagi lewat. Kamu kena kalau di sini," kata Kardina sambil memberi aba-aba mundur dengan tangannya.

Baca juga: Antrean Kendaraan Kerap Mengular di Pelintasan Kereta Tanjung Priok, Petugas Ungkap Beberapa Penyebab

Pengendara motor pun mundur sesuai arahan. Dari seberang, beberapa sopir mobil angkut kontainer berteriak ke arah Kardina.

"Woi, masih lama, kenapa udah nutup aja ini?" protes sopir itu.

Kardina hanya tersenyum ke arah sopir tersebut dan meminta agar sang sopir sabar dengan aba-aba tangannya.

Kereta pun lewat dengan kecepatan di bawah lima km/jam. Kardina lalu kembali ke pos jaga dan menekan tombol buka pintu palang agar pengendara bisa lewat.

Dia menghela napas, membuka topi, lalu menyeruput kopi yang telah dingin.

"Kalau diikuti emosi, kita bisa emosi juga. Cuma kita di sini enggak mau cari masalah. Kita cari nafkah, sama-sama enak," kata Kardina kepada Kompas.com.

Baca juga: Fakta-fakta Penemuan Jasad Wanita dalam Peti Kemas Tanjung Priok, Ada Tanda Kekurangan Oksigen

Kemacetan di pintu kereta

Bagi masyarakat Tanjung Priok dan sekitarnya, kemacetan di titik pintu pelintasan kereta hingga pintu utama stasiun Tanjung Priok adalah hal yang lumrah.

Antrean itu disebabkan oleh beberapa hal di luar kendali Kardina sebagai petugas jaga.

"Ada (kereta) langsir, biasanya. Jadi kedatangan kereta itu mereka punya SOP harus berjalan di bawah lima km/jam. Setara orang jalan, katanya. Jadi enggak boleh cepat karena risiko, angkut barang. Setiap kedatangan, melalui perlintasan harus di bawah lima km/jam," kata Kardina.

Sebagai informasi, kereta khusus langsir atau shunting locomotive adalah alat yang digunakan untuk menarik atau mendorong kereta saat proses pemeliharaan.

Kardina menambahkan, kemacetan juga bisa disebabkan lamanya proses bongkar muat di stasiun akhir Pelabuhan Tanjung Priok.

"Kadang kereta pindah jalur. Atau proses bongkar muat juga bisa jadi. Karena di sana enggak prevail ujungnya. Jadi harus sampai di ujung," ungkap Kardina.

Proses pengangkatan kontainer dari kereta ke darat juga menjadi penyebab pintu kereta lama ditutup dan antrean kendaraan mengular.

"Ada juga proses pengangkatan kontainer. Jadi pakai alat berat diangkat, atau lagi dimuat. Makanya itu yang menyebabkan agak lama pintu kereta di sini," imbuh dia.

Baca juga: Pemprov DKI Jakarta Bakal Bangun 4 JPO Baru Tahun Ini

Kena caci maki

Kardina, Petugas Jaga Lintasan JPL 11 E Tanjung Priok saat mengarahkan kereta di pintu perlintasan Kereta Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (18/1/2024).KOMPAS.com/VINCENTIUS MARIO Kardina, Petugas Jaga Lintasan JPL 11 E Tanjung Priok saat mengarahkan kereta di pintu perlintasan Kereta Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (18/1/2024).

Antrean yang mengular, udara panas Tanjung Priok, dan lamanya waktu menunggu di pintu kereta membuat Kardina kerap menjadi bulan-bulanan caci maki warga.

"Kalau yang paling spesial di sini, saya sering kena caci maki pengguna jalan," ucap dia.

"Mereka pikir kelamaan nunggu, dianggapnya kami yang ulur waktu. Padahal kan tergantung kereta. Dan kami buka tutup pintu saja. Kalau kendali kereta itu kan hanya masinis aja. Kita enggak punya kendali. Yang kami lakukan untuk keselamatan mereka, kok," lanjut dia.

Meski begitu, semakin hari Kardina semakin mengerti. Emosi sesaat bisa menyebabkan hal-hal fatal terjadi, apalagi saat berhadapan dengan masyarakat Tanjung Priok.

"Ancaman itu jadi hal biasa, makanan sehari-hari. Mereka mencaci. Tapi semakin ke sini semakin mengerti," ujar Kardina.

Sejauh hitungan Kompas.com menggunakan stopwatch, buka tutup pintu kereta Tanjung Priok memang bisa memakan waktu 3.50 menit hingga 4 menit.

Jalur yang sempit juga membuat mobil kontainer dan kendaraan lainnya harus mengantre hingga terjadi kemacetan yang terus berulang di lokasi tersebut.

Baca juga: Puncak Bogor Masih Diguyur Hujan, Debit Air Bendung Katulampa Dikhawatirkan Naik

Saksikan tawuran

Selain caci maki, Kardina juga menyebut jalur pelintasan kereta yang dijaganya sebagai jalur merah. Tawuran antarkelompok warga kerap terjadi di sana.

"Kita kan ada empat orang, tiga shift dan satu biasanya libur. Di sini 24 jam. Kereta barang 24 jam lewat terus. Tapi enggak sesering siang hingga sore kalau malam. Nah, sering banget tuh, tawuran antarwarga," tutur Kardina.

Selain tawuran, ada jambret dan copet yang juga kerap Kardina saksikan langsung.

"Saya sering lihat tawuran, pagi siang malam di sini. Ada juga pencopetan, jambret, sering di sini," tutur dia.

Handheld transceiver (HT) di tangan kanan Kardina tiba-tiba berbunyi, mengurungkan niatnya yang hendak membakar rokok.

"Masuk, JPL 11E, kereta mau lewat, masuk," kata suara pria di ujung HT.

"Diterima, masuk, segera ditutup, copy," jawab Kardina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pria 50 Tahun Diiming-imingi Rp 1,8 Juta untuk Edarkan Narkoba di Jaksel

Pria 50 Tahun Diiming-imingi Rp 1,8 Juta untuk Edarkan Narkoba di Jaksel

Megapolitan
Polisi Temukan 488 Gram Sabu Saat Gerebek Rumah Kos di Jaksel

Polisi Temukan 488 Gram Sabu Saat Gerebek Rumah Kos di Jaksel

Megapolitan
KPU: Mantan Gubernur Tak Bisa Maju Jadi Cawagub di Daerah yang Sama pada Pilkada 2024

KPU: Mantan Gubernur Tak Bisa Maju Jadi Cawagub di Daerah yang Sama pada Pilkada 2024

Megapolitan
Heru Budi Sebut Pemprov DKI Bakal Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket yang Ditertibkan

Heru Budi Sebut Pemprov DKI Bakal Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket yang Ditertibkan

Megapolitan
Heru Budi Sebut Pemprov DKI Jakarta Mulai Tertibkan Jukir Liar Minimarket

Heru Budi Sebut Pemprov DKI Jakarta Mulai Tertibkan Jukir Liar Minimarket

Megapolitan
Rute KA Tegal Bahari, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Tegal Bahari, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
20 Pelajar SMA Diamankan Polisi akibat Tawuran di Bangbarung Bogor

20 Pelajar SMA Diamankan Polisi akibat Tawuran di Bangbarung Bogor

Megapolitan
Jakarta Utara Macet Total sejak Subuh Buntut Trailer Terbalik di Clincing

Jakarta Utara Macet Total sejak Subuh Buntut Trailer Terbalik di Clincing

Megapolitan
Polisi Periksa 36 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Periksa 36 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Ngerinya Kekerasan Berlatar Arogansi Senioritas di STIP, Tradisi yang Tak Benar-benar Hilang

Ngerinya Kekerasan Berlatar Arogansi Senioritas di STIP, Tradisi yang Tak Benar-benar Hilang

Megapolitan
Hanya Raih 4 Kursi DPRD, PKB Kota Bogor Buka Pintu Koalisi

Hanya Raih 4 Kursi DPRD, PKB Kota Bogor Buka Pintu Koalisi

Megapolitan
Ahmed Zaki Bertemu Heru Budi, Silaturahmi Lebaran Sambil Diskusi Daerah Khusus Jakarta

Ahmed Zaki Bertemu Heru Budi, Silaturahmi Lebaran Sambil Diskusi Daerah Khusus Jakarta

Megapolitan
Toyota Fortuner Picu Kecelakaan Tol MBZ, Ternyata Mobil Dinas Polda Jabar...

Toyota Fortuner Picu Kecelakaan Tol MBZ, Ternyata Mobil Dinas Polda Jabar...

Megapolitan
Truk Trailer Terbalik di Clincing akibat Pengemudinya Kurang Konsentrasi

Truk Trailer Terbalik di Clincing akibat Pengemudinya Kurang Konsentrasi

Megapolitan
Penyidikan Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Belum Final...

Penyidikan Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Belum Final...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com