Justru, DAP meminta plastik ke petugas klinik untuk membuang janin dan plasentanya.
Petugas yang melihat F dan DAP menggenggam plastik itu curiga. Ia lantas menghubungi Polres Metro Jakarta Timur.
"Mereka langsung laporan, kami datang, dan membawa korban ke RS Polri Kramatjati," ucap Sri.
Bayi laki-laki itu dibawa untuk keperluan otopsi, sedangkan DAP untuk perawatan karena sakit.
Sebelumnya, F dan DAP memang sudah sepakat agar DAP rutin meminum sejenis jamu selama sepekan demi menggugurkan kandungannya.
Mereka tidak ingin memiliki anak dari hasil hubungan di luar menikah.
Baca juga: Terlibat Kasus Aborsi, ASN di Kota Bogor Diberhentikan Sementara
Sehari sebelum DAP melahirkan, seorang tukang pijit mencurigai postur tubuh wanita itu seperti orang haml. Namun, DAP membantah tudingan bahwa ia sedang "berbadan dua".
"Sehari sebelum kejadian, DAP meminta pijat. (Saat dipijat), tukang pijat menyampaikan, 'Kamu hamil'. Tapi dia (DAP) tetap berdalih. Dia membantah, 'Enggak. Saya enggak hamil'" tutur Nicolas.
Pada hari diduga pembunuhan terjadi, DAP juga masih berbohong bahwa dirinya tidak hamil meski suster di klinik tempatnya berobat memberi tahunya.
DAP merasakan sakit pada perutnya. Ia pun bergegas ke kamar mandi. Rupanya, perutnya sakit karena kontraksi.
Adapun motif F dan DAP melakukan aborsi lantaran takut ketahuan. F takut kondisi DAP yang sedang hamil akan diketahui oleh pihak keluarga masing-masing.
Mereka juga tidak ingin kehamilan DAP diketahui majikan. Sebab, mereka bukanlah pasangan suami istri (pasutri). Mereka hanya bekerja di tempat yang sama.
Lambat laun, keduanya pacaran dan berhubungan badan. Sebab, F dan DAP sering ditinggal sendirian oleh majikan mereka yang kerap bepergian ke luar kota.
"Keduanya juga sama-sama belum bersedia menjadi pasangan suami dan istri," kata Nicolas.
Usai perbuatannya ketahuan, F digiring ke Polres Metro Jakarta Timur untuk diinterogasi. Ia mengakui perbuatannya dan kekasihnya.